Istri Kecil Tuan Ju

Di Abaikan!



Di Abaikan!

0Hati Qiano terasa sangat sakit saat mendengar penolakan Qiara. Dia tidak menyangka kalau sinyal yang Qiara berikan padanya selama ini hanyalah fatamorgana.      
0

"Apapun yang kamu katakan dan seperti apapun kamu menolakku. Tapi, aku tidak akan pernah menyerah. Aku mencintaimu dan itu berlaku untuk hari yang akan datang. Kalau begitu, aku akan pergi sekarang, sepertinya kamu memang butuh waktu untuk berfikir jernih, telpon aku jika kamu butuh sesuatu. Nomerku masih sama seperti yang kemarin. "     

Setelah mengatakan itu, Qinao pun melangkah keluar dengan perasaan yang terluka. Matanya memerah dan dia benar - benar tak tau lagi bagaimana dia harus bicara.      

Setelah dari runah sakit. Qiano pun pulang dengan jalan kaki. Dia ingin menikmati suasana jalanan yang ramai. Serta, dia berharap kalau Qiara akan menghubunginya sebelum dia jauh dari rumah sakit.      

Sementara itu, Rena juga meninggalkan kampus untuk menghadiri acara pembukaan pameran terbarunya.      

Di dalam perjalanan, Rena terus kefikiran dengan Qiano yang merupakan adik tingkatnya itu. Dia juga penasaran dengan sosok Qiara yang membuat Qiano ketakutan. .     

Karena merasa bingung, Rena pun membuka kaca mobilnya menatap keluar mobil. Udara yang semakin panas dan riuh, membuatnya merasa sesak.      

Tepat saat itu ia melihat Qiano sedang berjalan kaki sambil menunduk.     

'Qiara ... Aku sudah terbiasa denganmu. Jadi, tolong jangan usir aku dari hidupmu. Jika berteman adalah cara yang lebih baik, maka aku akan memilihnya asalkan aku tetap berada di sampingmu. ' Batin Qiano sambil menatap sendu layar ponselnya yang menunjukkan wajah bahagia Qiara yang tersenyum lebar.      

"Stop ! " Teriak Rena.      

Sang Asisten pun langsung berhenti tepat di depan Qiano.      

"Yaaa... Apa kakak gila? Aku hampir saja menabrak orang" kata Melly asistennya Rena.      

"Dasar Asisten kurang ajar. Beraninya kamu mengatakan kalau aku ini gila. Siapa kamu? Aku yang menggajimu. " Semprot Rena dengan kasar.      

"Ya, maaf! Lain kali kakak harus memberitahu dengan pelan. " Sahut Melly sambil mengangguk malas.      

"Aisss... Lihatlah dirimu itu! Ya sudahlah, aku akan turun sebentar! " Kata Rena seraya menyeringai kepada Melly.      

"Tapi, kakak kita sudah. ... "      

Belum sempat menyelesaikan kalimatnya. Rena sudah keburu keluar dari mobil tanpa memperdulikan apa yang dia katakan.      

"Qiano... Apa yang kamu lakukan, disini? " Tanya Rena setelah berdiri di depan Qiano.      

Melihat t Rena tiba - tiba muncul di depan matanya. Qiano pun melotot, matanya membulat sempurna namun tatapanya seakan siap untuk membunuh Rena.      

'Kenapa aku harus bertemu anak nya kuntilanak ini? Karena dia, aku dan Qiara jadi salah faham. Baiklah, aku pura - pura tidak melihatnya saja!' Batin Qiano. Setelah itu ia melewati Rena begitu saja seakan tidak melihatnya.      

Rena pun menghentakkan kakinya karena kesal. Dia tidak menyangka Qiano berpura - pura tidak melihatnya.      

"Yaaa... Qiano ... Apa yang kamu lakukan? Aku sedang bertanya padamu, jadi lihatlah aku! " teriak Rena sambil merentangkan tangannya di depan Qiano lagi.      

Mendengar suara teriakan itu, Qiano pun mendongak pelan tanpa ekspresi.      

"Ada apa?" Tanya Qiano dengan suara dingin.     

"Ummm ... Ada apa ya?" Rena menggaruk lehernya karena dia tiba - tiba bingung mau mengatakan apa.      

"Ha ha ha ... Oh iya, saya tadi tidak sengaja melihatmu jalan seperti orang gila. Makanya saya berhenti, niatnya sih mau mengajak ngasih kamu tumpangan. Bagaimana" kata Rena lagi dengan canggung.      

Mendengar penjelasan Rena. Qiano langsung memalingkan wajahnya, setelah itu ia melanjutkan perjalanannya karena dia tidak ada tenaga untuk berdebat sama Rena.      

'Sial ... Aku di cuwekin. Hanya dia satu - satunya lelaki yang sangat suka cuwekin aku. Memangnya siapa dia? Berani sekali ia melakukan nya. Tidakkah dia tau kalau banyak lelaki kaya yang menginginkanku. Tapi, dia hanya seorang mahasiswa semester awal, yang bermodalkan tampang nya enak dilihat. Aku tidak terima dengan penghinaan ini.' Batin Rena seraya mengepalkan tinju nya.      

"Melly. Ayo pergi! " Seru Rena setelah ia kembali masuk ke dalam mobil.      

"Oke kak! " sahut Melly.      

"Pelan - pelan saja! Karena aku masih butuh bicara dengan lelaki tadi! " Kata Rena sambil menunjuk kearah Qiano.      

"Okeehhh... "      

Melly cemberut karena Rena masih saja mengulur waktu, padahal mereka dalam keadaan terburu - buru.      

"Memangnya siapa dia? Sepertinya dia hanya lelaki miskin yang hanya ingin menumpang hidup pada perempuan kaya. " kata Melly lagi dengan ketus.      

"Jangan banyak bicara jika kamu tidak mau aku pecat! Sekarang fokus ke depan!" ucap Rena dengan kesal.      

Melly pun langsung mengangguk karena dia tau betul dengan karakter Rena yang mengerikan.     

"Qiano... Ayo aku antar pulang! " kata Rena sambil tesenyum manis.      

Qiano tidak menghiraukan Rena, dia tetap saja berjalan seperti orang yang kehilangan arah.      

"Apakah kamu menolak tawaranku? Tidakkah kamu tau kalau banyak orang yang ingin masuk ke mobilku? Apa kamu hanya ingin jual mahal saja? Ayolah masuk ke mobilku! Kapan lagi kamu bisa merasakan kenyamanan berada di mobil yang mewah ini" Kata Rena lagi setelah mobilnya sejalan dengan laju jalan Qiano.      

Apapun yang dia katakan. Qiano tetap saja berjalan seakan tidak mendengar apa yang dia katakan. Melihat itu, Rena semakin berapi - Api dan kesal melihat Qiano yang terus mengabaikannya.      

'Arrrrggg ... Aku tidak percaya dengan apa yang aku lakukan. Mengemis pada adik tingkat sendiri. Sayangnya, dia tetap saja mengabaikanku. Meski begitu, kenapa aku tidak merasa lelah apa ini karena aku hanya penasaran?" Batin Rena seraya menatap Qiano yang terus berjalan tanpa menoleh kepadanya.      

Tepat saat itu, Rena menerima panggilan dari Managernya. Ia pun dengan kesal mengangkat panggilan itu.      

"Hallo ... " Teriak Rena setelah menggeser icon berwarna hijau di ponselnya.      

"Rena ... Dimana kamu sekarang? Kemana kamu lama sekali datangnya? Apakah kamu mau melihatku darah tinggi hah? " balas sang Manager dengan suara yang lebih kencang.      

Seketika itu, Rena menjauhkan ponselnya karena gendang telinganya terasa mau pecah mendengar teriakan sang Manager.      

Aku ada di jalan bersama Melly. Ada apa? Kenapa harus berteriak begitu hah? " Tanya Rena dengan malas sambil memperhatikan Qiano yang terus berjalan.      

"Apa kamu lupa? Bukankah hari ini adalah pembukaan pameran pertamamu? Semua pengunjung sudah datang dan berdiri di depan pintu menunggu kamu. Apakah kamu mau menghancurkan acarmu sendiri? " Teriak sang Manager lagi sambil menggertakan giginya.      

"Baik. Aku akan kesana. Lima menit! " Setelah mengatakan itu, Rena mematikan telponnya.      

"Keluar kamu! Biarkan aku menyetir! " Seru Rena pada Melly.      

"Tapi kak... "      

Melly merasa tidak enak jika Rena yang menyetir, namun dia tidak bisa membantahnya. Ia pun segera keluar dari mobil lalu masuk ke sebelahnya.      

Sedang Rena melompat dari belakang menuju bangku pengemudi.      


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.