Istri Kecil Tuan Ju

Bersaing.



Bersaing.

0Mendengar perkataan Qiara, ekspresi Viona langsung berubah gelap, "Jadi maksudmu, kamu ingin bersaing denganku untuk mendapatkan Julian kembali?".     
0

"Betul sekali" Qiara menyatakan itu dengan penuh percaya karena Julian sudah menjadi miliknya tanpa sepengetahuan Viona.     

"Apakah kamu yakin bisa menang dariku?"      

"Menang kalah itu urusan belakang yang penting kita bersaing secara sehat dulu. Bagaimana? " Qiara pura-pura menantang Viona agar tidak dicurigai.     

"Menang kalah itu urusan belakang yang penting kita bersaing secara sehat dulu. Bagaimana? " Qiara pura-pura menantang Viona agar tidak dicurigai.     

Sebenarnya Qiara tidak begitu memusingkan siapa yang menang atau kalah karena orang yang dia rebutin adalah suaminya. Bisa dikatakan kalau dia sudah melakukan hal sia-sia dengan Viona, walaupun ia tahu begitu tapi ia tetap mengikuti kemauan Viona.      

Karena dia tidak ingin terlihat lemah dan menyedihkan seperti dulu, cukup sekali dia di remehkan, di hina dan menjadi frustasi karena perceraian itu, selain urusan cinta dia hanya ingin fokus mengejar impiannya dah membahagiakan anak dan suaminya.      

Yang terlewatkan biarlah hidup di masa lalu, hari yang cerah dan baru haruslah di sambut dengan gembira tanpa menghadirkan masa lalu yang melelahkan.      

'Perpisahan selama lima tahun sudah mengajarkan banyak hal padaku yang tumbuh menjadi wanita dewasa sendirian, adanya wanita seperti Viona membuatku lebih sadar lagi kalau aku adalah orang paling beruntung karena memiliki suami dan anak seperti Julian dan Zio. Oleh karena itu, aku tidak akan membiarkan mereka direbut siapapun.'Batin Qiara.      

"Aku terima tantangan mu, tapi asal kamu tau saja, Julian adalah orang yang tidak akan pernah memungut apa yang sudah dia buang. Jadi, sebaiknya kamu mundur lebih dulu sebelum kamu mempermalukan dirimu!." Ucap Viona.     

"Lebih baik saya menanggung malu dari pada menyerah duluan sebelum bertarung. Aku tidak akan mengatakan apapun agar membuat mu mundur, sebab hal itu hanya dilakukan oleh seorang pecundang." Sahut Qiara.     

Ekspresi Viona semakin gelap, dia tidak menyangka kalau mulut Qiara masih saja kurang ajar seperti kemarin.     

"Baiklah kalau kamu sudah memutuskan nya. Jika aku kalah maka aku siap menjadi budak mu."Viona tidak ragu sedikit pun saat mengatakan menjadi budakmu.     

Qiara tersenyum sambil berkata, " Aku tidak butuh budak manja sepertimu. Tapi jika itu sudah menjadi taruhan mu maka aku akan menerimanya dengan senang hati."     

Viona mengepalkan tinjunya mendengar perkataan Qiara yang terkesan begitu sombong seakan dia mencoba memberitahu Viona kalau dia pasti menang. Tentu saja dia pasti menang, karena tanpa bertanding pun dia sudah menang.      

'Gadis brengsek ini ternyata tidak kenal takut, padahal aku sudah mengancamnya sedemikian rupa tapi ia tetap tidak mundur. Sialan, aku bertambah tugas kalau begini. Karena gadis ini dekat dengan Maxwell sehingga aku harus hati-hati!' Batin Viona sembari mengepalkan tinjunya.     

"Tapi, jika kamu kalah maka kamu dilarang keras untuk menemui Zio dan Julian. "Sambung Viona sambil tersenyum licik.      

"Kenapa aku harus menghilang? Apa kamu takut Julian akan tergoda jika aku tetap muncul di hadapannya? Apa kamu seputus asa itu bersaing dengan wanita sepertiku? "Tanya Qiara sambil menyembunyikan senyum di sudut bibirnya.      

Qiara benar-benar membuat Viona merasa jengkel dari awal ucapan hingga detik ini.      

"Baiklah, aku setuju dengan pengaturan mu" Kata Qiara lagi sebelum Viona menjawab pertanyaannya yang memprovokasi emosi Viona.      

"Oke, deal" Ucap Viona sembari menjulurkan tangannya kearah Qiara dengan sinis.      

Dia mengabaikan pertanyaan Qiara karena pertanyaan Qiara hanyalah sampah baginya yang tidak perlu di ladeni.      

"Oke. Setuju!" Qiara tersenyum sambil menjabat tangan Viona.     

Setelah menyelesaikan obrolan yang lumayan menegangkan itu, Qiara langsung pamit untuk masuk ke dalam hotel.      

Akan tetapi, Qiara tidak masuk ke Aula, ia malah mencari toilet untuk bersembunyi. Karena dia tidak mungkin masuk jika ada Viona di acara itu karena itu bisa membongkar identitasnya.     

Toilet Hotel.      

Setelah ia sampai di dalam toilet itu, Qiara langsung membuat panggilan untuk Julian agar Julian tidak menunggunya. Selain itu ia berfikir ulang kalau dia belum siap bertemu langsung dengan keluarga Julian.      

"Kamu dimana? " Tanya Julian dari seberang telpon dengan nada suara berbisik bisik setelah panggilan Qiara tersambung.      

"Aku sudah ada di hotel, tapi aku tidak bisa masuk karena sepertinya aku belum siap muncul dihadapan Papa dan Mama. Jadi, aku akan kembali ke rumah sekarang juga menggunakan taxi, kamu jangan khawatirkan aku!." Jawab Qiara dengan suara pelan.      

"Apakah situasinya memang sangat buruk? " Tanya Julian lagi dengan khawatir.      

"Mungkin akan lebih buru lagi jika aku masuk. Oleh karena itu kamu selamatkan Nathan dan Kak Yumi sekarang. Mereka berhak bahagia. Karena aku tidak akan rela Nathan menikah dengan perempuan bermuka dua itu." Kata Qiara dengan kesal sebab ia sangat mengenal Clara.     

"Baiklah, tunggu aku di rumah. Tapi, kamu jangan lupa jemput Zio di sekolahnya kalau kamu memang tidak sedang bekerja." Kata Julian mengingatkan Qiara.      

"Oke, sayang." Setelah mengatakan itu Qiara langsung menutup panggilannya dengan senyum-senyum sendiri.      

Setelah itu ia segera meninggalkan kamar mandi itu sambil mengendap-endap.     

Tidak lama setelah itu, ia langsung naik taxi. Untungnya dia bisa menemukan taxi dengan cepat sehingga ia tidak perlu menunggu lama karena banyak tamu yang datang pada hari ini.     

"Syukurlah aku bisa meloloskan diri. Tapi, kenapa takdir mempertemukan aku dulu dengan si perawan tua itu? Entah apa mimpiku semalam sehingga aku mengalami hari buruk seperti ini."     

Qiara sangat menyesali kalau ia terpancing oleh Viona.      

"Kenapa aku ngomong sendiri begini? Aarggg .... Terserah sudah aku tidak perduli, yang terjadi maka biarlah terjadi apapun resikonya aku akan hadapi. Mungkin sejarah akan terulang lagi antara aku dan perawan tua itu."     

Qiara masih sibuk dengan pikirannya sampai membuatnya kesal sendiri, tanpa sadar dia mengacak-acak rambutnya yang sudah rapi menjadi berantakan dalam sekejap mata. Untungnya supir taxi itu tidak mengenalinya.      

Melihat kelakuan Qiara, supir taxi bergidik ngeri dan menganggap kalau Qiara adalah perempuan yang sudah gila.     

'Apakah gadis ini gila? ' batin supir taxi dengan ekspresi aneh.     

"Nona mau kemana? apakah nona mau saya antar ke rumah sakit jiwa atau kemana? " tanya supir taxi.     

Mendengar perkataan supir taxi, Qiara merasa tersinggung dan menatap tajam kearah depan.     

"Kenapa aku harus ke rumah sakit jiwa?" Tanya Qiara dengan ketus.      

Tatapan Qiara sangat buas, sehingga supir taxi itu semakin takut walaupun melihatnya hanya dari kaca spion depan.      

"Jangan tatap saya begitu nona, saya kan hanya bertanya. Jika nona butuh perawatan kejiwaan maka harus ke rumah sakit jiwa. Tapi kalau tidak, saya akan mengantar nona pulang". Jelas supir taxi itu dengan ketakutan.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.