Istri Kecil Tuan Ju

Tidak Seperti Biasanya.



Tidak Seperti Biasanya.

0Reina tampak berfikir. Dia ingin bersama Qiano sampai malam menjelang. Oleh karena itu dia harus menemukan tempat yang indah dan romantis untuk melewati sisa hari berdua bersama Qiano.      
0

"Nanti aku beritahu!" Setelah mengatakan itu, Reina menarik tangan Qiano dengan gembira karena ia sudah mendapatkan tempat yang bagus dan romantis di Jeju.     

Hari ini Reina ingin melukis banyak kenangan dalam ingatannya bersama Qiano.      

Tidak lama setelah itu, mereka sampai di parkiran. Sebelum naik ke atas motornya, Qiano  melirik Reina  yang kedinginan.     

Demian pun tersenyum sambil  menyelimuti tubuh Reina  dengan mantel yang ada di jok motornya.     

Reina  sedikit kaget melihat tindakan Qiano yang sangat manis baginya.      

'Ada apa dengan Qiano? Hari ini dia sangat manis dan menggemaskan? Mungkinkah hatinya sudah terbuka untukku?' Batin Reina.     

"Pakai mantel ini dengan benar agar kamu tidak kedinginan!" Kata Qiano sambil merapikan mantel itu agar menutup tubuh Reina yang basah.     

"Terimakasih!" Reina menunduk malu karena tatapan Qiano membuat jantungnya berdebar hebat.     

"Sepertinya kita harus membeli baju untukmu! Maaf karena aku tidak berpikir panjang sebelum menceburkan kamu ke air " Kata Qiano sambil mencari toko pakaian yang terdekat dari pantai itu karena dia tidak mau Reina kedinginan terlalu lama.     

"Iya. " Reina setuju dengan Qiano karena dia tidak mungkin bepergian menggunakan pakaiannya yang basah.     

Seandainya Qiano memberitahu nya kalau mereka akan ke pantai, kemungkinan Reina membawa banyak persiapan. Tapi, semua sudah terlanjur sehingga Reina hanya bisa patuh mengikuti perkataan Qiano.     

Tidak lama setelah itu, mereka sampai di sebuah toko pakaian yang sederhana.     

"Sepertinya cuma ada toko ini di sekitar sini. Apakah kamu tidak apa-apa?" Tanya Qiano dengan cemas.     

Qiano sangat mengenal bagaimana gaya berpakaian Reina yang glamor. Tidak hanya itu, semua pakaian dan aksesoris Reina merupakan barang branded.      

Oleh karena itu, Qiano ragu membawa Reina ke toko sederhana. Setidaknya itulah salah satu perbedaan Reina dan Qiara bagi Qiano.     

"Aku tidak masalah! Yang penting kamu yang bayar." Jawab Reina dengan senang hati.     

"Iya. " Qiano tersenyum sambil mengangguk.     

Setelah itu, mereka berdua masuk ke toko kecil itu untuk memilih baju yang cocok dengan Reina.     

Di waktu yang sama, Kevin sedang berada di ruangannya bersama Aurel.     

"Liana tidak bisa di hubungi. Apa yang harus kita lakukan sekarang?" Tanya Aurel sambil duduk bersandar di kursi yang berada di depan meja Kevin.     

Mendengar pertanyaan Aurel, Kevin terdiam. Ia tidak fokus sejak Maxwell membawa Gavin ke kota A. Itu artinya, Agatha sendirian di London.      

Kevin tidak tenang karena dia merasa malu menghubungi Agatha untuk menanyakan kabarnya.     

Setelah terdiam beberapa saat, Kevin  melirik Aurel  dengan sedikit ragu karena dia ingin menanyakan sesuatu  yang sangat sensitif.     

"Sepertinya kamu mau bertanya sesuatu? Kenapa hanya menatap ku? Ayo tanyakan!" Kata Aurel yang sangat paham dengan karakter Kevin.     

Kevin menarik nafas dalam. Ia keringat dingin, tapi ia harus bertanya agar ia tahu apa yang sedang terjadi padanya.     

"Apa kamu percaya cinta? " Tanya Kevin. Setelah berjuang mengucapkan pertanyaan yang sangat sulit itu.     

Aurel mengerutkan keningnya. Ia tidak percaya mendengar pertanyaan seperti itu dari Kevin.     

"Aku tidak percaya." Jawab Aurel tanpa ekspresi.      

"Kenapa? " Kevin mulai penasaran dengan jawabam Aurel yang terlihat santai setelah menjawab pertanyaan tentang cinta itu.     

"Karena cinta yang ku kenal hanyalah  cinta yang penuh dengan pengkhianatan. " Jawab Aurel dengan ekspresi rumit.      

Kevin sedikit kaget dengan jawaban Aurel. Selama ini dia tidak tahu kalau wanita tegar di hadapannya itu membenci cinta.      

Apakah itu alasan Aurel belum  menikah walaupun ukurnya hampir 40 tahun?     

"Apakah cinta selalu mengkhianati?" Tanya Kevin.     

Melihat Kevin  yang semakin cerewet dan tidak sesuai dengan sifat dinginnya, Aurel pun menarik nafas dalam.     

"Tidak semua pertanyaan butuh jawaban. Lagi pula, kita memiliki urusan yang lebih mendesak dari pada memikirkan cinta. Sebenarnya ada apa denganmu? Apakah kamu sedang jatuh cinta? Setahuku kamu sangat membenci orang yang membahas tentang cinta. Ada apa denganmu?" Kata Aurel dengan ketus.     

Kevin menelan ludah dalam-dalam karena dia merasa malu.      

"Aku akan datang mencari Liana. Jadi, kamu tenang saja!" Kata Kevin setelah memalingkan wajahnya dari Aurel.     

"Baiklah. Tapi, kamu jangan banyak melamun tentang cinta  karena jatuh cinta itu merepotkan. Hehehe ... " Aurel tersenyum setelah menggoda Kevin.     

"Kamu ... " Wajah Kevin berubah memerah karena malu dengan godaan Aurel. Tapi, dia tidak sempat menyelesaikan perkataannya Aurel sudah pergi dari hadapannya.      

Tepat saat itu, suara ponsel Kevin berbunyi dan itu dari Maxwell.     

"Kenapa makhluk menyebalkan ini menelpon? Apa dia mau membuat masalah lagi?" Tanya Kevin pada dirinya sendiri setelah melihat ID pemanggil.     

"Ada apa!" Tanya Kevin setelah menggeser icon hijau di ponsel canggihnya.     

"Apa aku perlu membawa Agatha kembali ke kota A? Sepertinya kamu sangat merindukannya." Terdengar suara lembut Maxwell dari sebrang telpon.     

"Apa kamu sudah gila?" Teriak Kevin yang sudah tidak bisa sabar lagi menghadapi  Maxwell.     

"Hahaha ... Aku bercanda. Apakah kamu punya waktu? Aku butuh bantuan mu!"      

"Apa itu?"      

"Aku ingin menemui Ayahmu. Jadi, bisakah kamu membantuku untuk bertemu dengannya. Hanya kamu yang bisa membuat nya datang tanpa syarat. " Jawab Maxwell.     

Tatapan Kevin  menyala buas saat mendengar perkataan Maxwell.     

"Aku tidak akan pernah melakukannya. Apa kamu lupa tentang kejadian itu?" Kata Kevin sambil mengepal tangannya.     

"Aku masih ingat. Tapi, aku butuh bantuan dia untuk menemukan rekaman dasboard mobilnya.  Karena kata anak buah ku, kalau di tempat kejadian ada mobil ayahmu berhenti dan menyorot kejadian itu. Itu artinya kamera dasboard nya pasti merekam kejadian itu. Tapi, semenjak dia bangkrut, dia tidak lagi menampakan dirinya makanya aku kesulitan menemukannya." Maxwell menjelaskan kondisi yang sebenar-benarnya agar Kevin mau membantunya.     

Sebenarnya, Maxwell berdiri di balik pintu ruangan Kevin sehingga ia bisa mendengar pertanyaan Kevin tentang cinta itu karena pintu terbuka sedikit.      

Tapi, dia tidak ingin masuk karena dia tidak ingin melihat ekspresi buruk Kevin saat menyebut Ayahnya.     

"Akan aku pikirkan." Setelah mengatakan itu, Kevin menutup telponnya dengan kesal.     

Sudah terlalu lama dia tidak tahu kabar ayahnya. Walaupun ia sering di hubungi, tapi Kevin tidak pernah mengangkatnya. Kevin juga tidak ingin mengetahui kabar ayahnya.     

Seketika itu, Kevin bersandar di kursinya. Ia memejamkan mata dan mengingat semua luka yang dia terima dari Ayahnya dan membuat ia harus kehilangan ibunya.      

Flas Back.      

Hari itu hujan lebat mengguyur kota A. Kevin  yang masih duduk di bangku sekolah menengah pertama, Kevin  tergopoh-gopoh berlari memasuki rumahnya.      

Tepat saat itu, dia mendengar suara ribut dari kamar orang tuanya. Karena penasaran, Kevin pun berjalan dengan mengendap-endap sambil  mendengar pertengkaran itu.      


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.