Istri Kecil Tuan Ju

Khawatir Dan Panik



Khawatir Dan Panik

0Julian merasa aneh dengan kediaman Qiara yang membuatnya merasa curiga. Ia pun berusaha mencari tahu apa yang Qiara fikirkan dari ekspresinya.      
0

'Makanan kesukaan? Apakah Julian benar-bebar tau? Aku kan tidak pernah mengatakannya. Bahkan ketika kami makan bersama di restauran aku tidak pernah memesan makanan kesukaanku. Apakah Mama memberitahunya?'. Batin Qiara seraya memperhatikan Julian dengan bingung.     

"Sayang ada apa? Kenapa kamu malah diam begitu? Apakah kamu sudah sangat lapar sehingga raut wajahmu tampak seperti itu?" tanya Julian ketika dia menyadari kediaman Qiara.     

"Umm ... Aku tidak apa-apa. Aku memang sangat lapar dan tidak bisa menahannya, itulah sebabnya aku diam. " jawab Qiara dengan sedikit grogi dan tersenyum pahit agar Julian tidak bisa menebak apa yang sedang dia fikirkan.     

"Ohhh ... Begitu rupanya. Sekarang kita akan segera makan karena pelayan sudah datang membawakan makanan kesukaanmu." Kata Julian sambil tersenyum pada Qiara.     

"Tadi kamu bilang, Makanan kesukaanku? Apa kamu tau apa?" Tanya Qiara yang sudah tidak tahan dengan rasa penasaran nya, sebab Julian tidak pernah mempertanyakan nya. Namun yang Qiara tidak tau adalah, Julian mengetahuinya dari Renata sang mertuanya. Ia memberi tahunya dengan senang hati karena ia bersyukur anaknya memiliki suami seperti Julian.      

"Ayam bakar kecap manis. Benar kan?" Ucap Julian dengan percaya diri.      

"Iya benar. Tapi, kamu tau dari mana tentang makanan kesukaan ku? Bukanya aku tidak pernah memberitahumu?" tanya Qiara dengan ekspresi yang semakin penasaran.      

"Aku bertanya pada Mama. Aku bersedia melakukan apapun yang akan membuatmu bahagia termasuk mencari tau apa yang kamu suka dan yang tidak. Ini bukti cintaku padamu. "Jelas Julian dengan tatapan yang lembut.      

"Iya terimaksih! " Ucap Qiara dengan tatapan yang teramat lembut seolah memancarkan ketulusan dan cinta yang murni namun masih kaku untuk mengatakan kalau dia juga mencintai Julian.      

Julian hanya tersenyum mendengar ucapan terimakasih dari Qiara. Padahal yang dia harapkan adalah ungkapan cinta sebagaimana dirinya yang sudah berani jujur akan perasaannya.      

Tidak lama setelah itu pelayan membawakan makanan yang sudah di pesan oleh Julian.      

Tepat saat itu, Qiara melempar tatapannya keberbagai arah di restauran itu. Ia baru menyadari kalau ternyata di Restauran mewah itu hanya ada dia dan Julian serta para pelayan yang memperhatikan mereka dari kejauhan.      

Seketika itu, Qiara menduga kalau Julian sengaja menyewa Restauran itu hanya untuk diri nya seperti yang sebelumnya Julian lakukan.      

Setelah semua sajian di sajikan. Mereka berdua pun langsung menyantap makanannya dengan lahap. Karena Qiara benar-benar lapar, ia pun langsung menyantap habis makanan itu.      

"Ini enak banget. Terimakasih sudah menyiapkannya untukku!" Ucap Qiara sambil mengunyah makanannya.      

"Sama-sama! Kalau kamu senang, kita bisa berkunjung ke restauran ini sesering yang kamu mau. Oh iya, kamu makannya pelan-pelan saja kasian dia kalau kamu kekeyangan. " Ucap Julian tanpa sadar.      

Qiara menghentikan makannya ketika mendengar ucapan Julian yang menurutnya janggal dan aneh. Ia pun langsung menatap Julian dengan ekspresi penasaran.      

"Dia? Siapa maksudmu? "Tanya Qiara.      

"Aaa... ?" Julian langsung menyadari kalau dia sudan keceplosan.      

Mendengar pertanyaan Qiara, Julian sempat berfikir akan memberitahunya, tapi ia ragu saat melihat ekspresi tegang Qiara.      

"Dia? Apa aku bilang itu tadi? " Tanya Julian balik seolah ia salah bicara.      

"Iya, kamu bilang kasian dia jika aku kekeyangan. Apa maksudmu dengan itu? "kata Qiara lagi dengan perasaan yang mulai tidak enak.      

"Hahaha ... Kamu salah dengar mungkin. Aku mau bilang kalau kamu kasian jika kekeyangan karena itu tidak baik bagi kesehatan. "Jelas Julian sambil terkekeh untuk meyakinkan Qiara.      

"Apa kamu yakin?" Tanya Qiara untuk memastikan ucapan Julian itu jujur apa adanya.      

"Yakin. " Sahut Julian sambil menganggukkan kepalanya.      

Mendengar jawaban Julian, Qiara pun melanjutkan makannya lagi tanpa bertanya atau mengatakan apapun lagi karena dia tidak merasa penasaran.      

Tidak lama setelah itu ayam bakar kecap manisnya langsung habis oleh Qiara.      

Melihat itu Julian mengerutkan keningnya dengan heran melihat Qiara yang makan dengan begitu lahap, dia berfikir lagi kalau itu pasti karena kehamilannya.      

"Sayang, makannya pelan-pelan saja. Kalau sudah kenyang berhentilah! " Kata Julian dengan khawatir.      

Tepat saat itu, Qiara berhenti makan karena merasakan sakit dibagian perutnya.      

"Sayang, kenapa dengan ekspresimu itu? Apa ada yang sakit? " tanya Julian lagi sambil menatap Qiara dengan khawatir.      

"Tadi perutku terasa sangat sakit. Tapi, sekarang sudah baik-baik saja." Kata Qiara setelah menarik nafas dalam.      

Julian ikut menarik nafas dalam lalu ia hembuskaan secara perlahan. Tadinya dia sangat panik akan terjadi sesuatu yang tidak diinginkan pada istri dan anaknya.      

Beberapa menit kemudian semua berjalan baik-baik saja hingga akhirnya Julian panik ketika mendengar Qiara mendesah kesakitan sambil memegang perutnya.      

Seketika itu wajah Qiara berubah sangat pucat.      

"Aaarrggg.... Sakit. " Ringis Qiara sambil meremah perutnya.      

'Srekk'     

Suara bangku yang menggeser terdengar kerasa karena Julian mendorong nya kebelakang dengan panik. Ia pun bergegas menghampiri Qiara.      

"Qiara, apa perutmu sakit lagi? "Tanya Julian seraya memegang perut Qiara.      

"Iya, perutku sakit banget. Rasanya melilit. "Jawab Qiara disela ringisan nya menahan sakit.      

Mendengar jawaban Qiara, Julian pun merasa panik, namun ia lebih kaget lagi ketika melihat darah mengalir di kaki Qiara.      

"Darah? "Ucap Julian setelah menyentuh nya.      

Mendengar ucapan Julian, Qiara pun langsung menunduk, seketika itu ia kaget melihat darahnya.      

"Sayang, kita harus segera ke rumah sakit? "Kata Julian sambil membantu Qiara yang terdiam untuk segera berdiri.      

'Brak ...'      

Belum sempat berdiri, Julian kembali di buat terkejut. Mata nya membulat sempurna saat melihat Qiara merosot kelantai, seketika itu ia langsung menangkap tubuh istrinya yang hampir tergeletak di lantai.      

"Qiara ... Sayang ... Bangun! Kamu kenapa?" mata Julian berkaca-kaca saat melihat Qiara terkulai lemas dengan wajah pucat di pelukannya.      

Tidak lama kemudian, Julian pun langsung mengangkat tubuh Qiara lalu berlari cepat membawa tubuh Qiara yang terus mengeluarkan darah itu keluar dari Restauran.      

Semua pelayan terlihat bingung melihat Julian yang tampak terburu-buru sambil mengendong istrinya keluar dari Restauran..      

Tidak lama setelah itu mobil Julian sampai di Rumah Sakit, ia pun dengan cepat membawa tubuh Qiara ke UGD.     

"Dokter, tolong periksa istri saya! Darah terus mengalir, saya takut akan terjadi apa-apa sama istri dan anak saya" Kata Julian dengan panik.      

"Baikalah, kami akan berusaha membuat istri dan anak Tuan selamat. Kalau begitu anda bisa tunggu di luar!" kata dokter itu dengan ramah karena dia tau siapa Tuan Ju. Namun, ia merasa penasaran dengan perempuan yang dipanggil istri ini, karena yang dia tau kalau Julian belum menikah dan tidak pernah diberitakan tentang hal itu.     

Mendengar perkataan dokter Itu, Julian pun mengangguk dengan mata yang berca-kaca.      

Qiara pun dibawa masuk ke ruang pasien untuk menjalani pemeriksaan     

"Apakah tuan Ju adalah suami wanita tadi?" tanya tim medis yang merasa mengenal Julian.      

"Iya, saya suami nya. Ada apa suster?" tanya Julian dengan ekspresi gelap.      

"Bukankah anda Tuan Ju dan belum nenikah? " Tanya suster itu lagi dengan raut wajah penasaran.      

"Bisakah kamu tidak mengganggu dengan pertanyaan yang tidak penting ini. Karena hati saya lagi cemas akan keselamatan istri saya." Kata Julian dengan sinis pada sang suster..      

"Maaf Tuan Ju! Saya hanya penasaran saja. Kalau begitu, saya akan pergi sekarang! " Kata Suster itu sambil memberi hormat pada Julian.      

Setelah itu ia pergi meninggalkan Julian dengan ekspresi menahan malu.      

Tidak lama setelah itu, Julian duduk di bangku tunggu dengan perasaan yang tidak tenang, sedang malam semakin larut, hatinya pun terasa semakin dingin.      

Tepat saat itu, dokter keluar dari ruangan pemeriksaan. Seketika itu Julian berdiri dan menghampiri dokter itu.      

"Dokter, bagaimana keadaan istri saya? "Tanya Julian dengan tidak sabaran.      

"Istri anda beruntung karena dia dan anaknya bisa selamat. Untung saja anda membawanya tepat waktu. Selamat ya Tuan Ju! Sebentar lagi anda akan punya anak. "Jelas dokter itu sambil tersenyum ramah pada Julian.      

Julian bisa bernafas lega sambil tersenyum saat mendengar penjalasan dari dokter. Ia fikir akan kehilangan anaknya detik ini juga.      

"Tunggu dulu! Kejadian ini tidak akan membuat bayiku terancam kan dokter? " Tanya Julian yang ternyata belum bisa tenang sebelum benar-benar memastikan kalau Qiara akan baik-baik saja setelah kejadian ini.      

"Tidak apa-apa Tuan. Dia hanya perlu menjaga emosinya agar tidak terjadi seperti ini lagi. Jika masih terjadi maka akan berbahaya bagi bayinya. Keguguranpun tidak bisa dihindari. "Jelas dokter itu.      

Julian terdiam mendengar penjelasan sang dokter. Ia fikir itu akan sulit untuk memastikan Qiara berada dalam emosi yang baik. Karena dia tau betul bagaimana istrinya yang sangat mudah marah dan susah di kontrol.      

"Tuan Ju! Apakah anda baik-baik saja? "Tanya Dokter itu yang mulai merasa tidak aman dengan kediaman Julian.     

"Ohhh .... Saya hanya sedang berfikir saja. Oh iya, tolong rahasiakam tentang kehamilan ini dari siapapun termasuk istri saya. Bukan berarti dia istri simpanan, dia istri sah saya dimata hukum dan agama. Akan tetapi, ada beberapa hal yang membuat saya tidak bisa mempublikasikan istri saya. Apakah anda mengerti? " Sahut Julian seraya meminta dokter itu untuk tetap diam.      

"Apa anda yakin untuk tidak memberitahu istri anda? Karena, sangat bahaya jika seorang ibu tidak tau dirinya hamil." Kata dokter itu. Ia merasa kalau keputusan Julian yang merahasiakan kehamilan, sangat tidak baik bagi istrinya.      


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.