Istri Kecil Tuan Ju

Keinginan Qiara.



Keinginan Qiara.

1Setelah itu, Qiano memberanikan diri untuk duduk di pinggir tempat tidur Rena lalu menyentuh wajahnya yang penuh keringat.     

"Panas banget, apakah dia demam?" tanya Qiano dengan raut wajah yang mulai panik.      

Saking panik nya, Qiano pun beranjak dari tempat tidur untuk mengambil obat dan kompres. Namun, Rena menarik tangannya sehingga ia mengurungkan niatnya.      

Qiano pun langsung menoleh dan menatap Rena yang mata nya masih terpejam.     

"Ada apa? Apa kamu butuh sesuatu?" Tanya Qiano dengan suara lembut dan dengan penuh perhatian.     

"Tolong aku! "     

Satu kata itu keluar dari mulut Rena yang menegaskan akan buruknya mimpi yang dia alami.      

"Tolong aku! "kata Rena lagi mengulangi kata-kata yang sama dengan ekspresi wajah yang ketakutan dan tubuhnya semakin parah.      

Mendengar itu, Qiano pun mencoba membangunkan Rena.      

Sayangnya Rena tidak juga bangun, Qiano pun tidak punya pilihan selain memegang tangan Rena sambil menunggi reaksi yang akan dia tunjukkan.      

'Ada apa dengan gadis ini? Dia yang selalu kuat dan tampak percaya diri, malah terlihat sangat rapuh malam ini. Ada hal apa yang mengganggu fikirannya? 'Batin Qiano seraya meperhatikan raut wajah Rena yang pucat.      

Setelah Rena merasa tenang, Qiano pun keluar dari kamar nya mengambil obat dan kompres.      

Karena Rena, Qiano tidak bisa tidur sesuai jadwalnya karena malam ini mendadak ia menjadi orang yang paling sibuk karena harus merawat wanita yang selalu membuatnya kesal.      

Tidak lama kemudian Qiano kembali ke kamar Rena dengan di liputi perasaan khawatir.      

Qiano duduk di pinggir tempat tidur seraya meletakkan kompres di dahi Rena, setelah itu dia membantu Rena untuk minum obat penurun demam.     

"Rena, minumlah obat ini agar besok kamu bisa segera sembuh!" Seru Qiano sambil mengangkat bahu Rena dengan susah payah setelah itu membantu nya meminum obat itu.     

Qiano merasa lega karena Rena mau menelan obat itu. Tidak lama setelah itu Rena sedikit tenang dan tidak meringis lagi tapi keringat terus bercucuran di wajah nya.      

"Rena, kenapa kamu tiba-tiba demam begini? Ada apa denganmu? "Tanya Qiano sambil menyeka keringat di wajah Rena dengan tangannya.      

Tepat saat itu Rena kembali merintih karena kedinginan, Qiano pun kembali panik dan segera menyelimuti tubuh Rena. Tapi Rena masih saja merintih kedinginan.     

"Kenapa dia tidak berhenti merintih kedinginan?" Kata Qiano seraya berfikir keras sambil mondar mandir di samping tempat tidur dengan ekspresi bingung.      

"Dingin."ucap Rena sambil menggigil menutup diri nya dengan selimut itu.     

Karena tidak tahan dengan rintihan Rena, Qiano pun tidak punya pilihan.      

Dia melepas bajunya lalu naik ke ranjang. Setelah itu, ia membawa tubuh Rena kepelukannya sambil menarik selimut itu.      

'Aku tidak punya pilihan selain melakukan ini. Ini sudah larut malam, aku tidak mungkin membawanya ke rumah sakit karena kemungkinan aku tidak bisa mendapatkan taxi.' Batin Qiano sambil mengusap-usap tangan Rena untuk menciptakan rasa hangat yang dia salurkan dari tubuh nya ke tubuh Rena.      

Tidak lama kemudian, Rena mulai merasakan suhu hangat dari tubuh Qiano, dan dengan manja dia memeluk erat pinggang Qiano seraya membenamkan wajah nya dalam pelukan Qiano.     

"Rena, apakah kamu sudah lebih baik?" tanya Qiano sembari mengusap-usap bahu Rena yang basah oleh keringat.     

Rena belum juga merespon pertanyaan Qiano. Seketika itu ia semakin khawatir karena ini rumahnya dan akan buruk apabila Rena kenapa-napa.     

"Kenapa panasmu gak turun-turun juga? Haruskah aku bawa kamu ke dokter? Atau aku panggilkan dokter? tapi jam segini apakah ada dokter?" kata Qiano dengan bingung seraya memeluk tubuh Rena.      

"Aku tidak apa-apa, panas yang semakin tinggi ini adalah efek dari obat yang kamu berikan tadi sepertinya. "Sahut Rena dengan terbata-bata dan membuka matanya pelan-pelan. Seketika itu mata teduhnya langsung nenyorot wajah tampan Qiano dan dada bidangnya yang tidak menggunakan baju.     

"Kamu sudah sadar? Syukurlah!" ucap Qiano ketika mendengar suara Rena, dia merasa senang karena Rena sudah kembali pada kesadaran nya.     

"Rena, apa yang kamu rasakan sekarang? Apakah kamu mau sesuatu?" tanya Qiano dengan spontan.      

Rena kembali tidak meresponnya, dia malah semakin mengeratkan pelukan nya pada tubuh Qiano untuk mendapatkan kehangatan dari tubuh Qiano.      

Melihat apa yang dilakukan Rena, Qiano pun memilih diam dan membiarkan Rena istirahat tanpa mengajaknya bertengkar, karena ia merasa iba melihat kondisi Rena, selain itu ia tau kalau Rena tinggal sendiri.      

Malam itu, Qiano berusaha menahan mata nya untuk tidak tidur. Tidak lama kemudian, Qiano menatap wajah polos Rena yang seperti bayi saat tidur dengan berlumut keringat. Seketika itu muncul keinginan Qiano untuk membelai wajah Rena dengan lembut di barengi senyum manis di sudut bibirnya yang memerah.      

'Kenapa aku merasa nyaman berada didekat Rena? Aku kesini untuk belajar dan berada dekat bersama Qiara, tapi kenapa justru aku dipertemukan dengan gadis yang aneh dan keras kepala ini. Apa sebenarnya yang Tuhan rencanakan untuku?' Batin Qiano.     

Setelah membatin, tanpa sadar Qiano mengantuk berat dan tidak bisa menahannya lagi. Seketika itu ia tertidur sambil menyangga kepala nya di bantal dan menyender di tiang kasur.      

Keesokan Paginya, sinar sang surya menyelinap di balik cenda kamar itu, angin sepoi di pagi hari bertiup lewat celah-celah kecil dan menyapu lembut wajah Qiano dan Rena.      

Sinar itu jatuh tepat mengenai wajah mereka yang masih tertidur saling berpelukan, bahkan Rena masih mendekap erat tubuh Qiano karena dia merasakan kehangatan yang luar biasa saat itu.      

Tepat saat itu sepasang mata cantik Rena bergetar, perlahan dia membuka mata nya karena masih terasa begitu berat akibat demam yang dia rasakan semalam.      

Setelah matanya terbuka sempurna, Rena kaget saat melihat tubuh seksi Qiano yang suka olah raga itu terpampang nyata di hadapannya. Tubuh itu milik lelaki yang dia cintai tentu saja dia tidak bisa menahan diri untuk mendekapnya lama-lama.      

'Ya ampun, apa aku mimpi? Apa yang sudah terjadi semalam? Kenapa Qiano tidak menggunakan baju? Apa kami melakukan itu semalam? 'Batin Rena sambil menyentuh dada Qiano yang berotot dan berisi.      

Setelah puas memandang Qiano, Rena pun tersenyum karena satu ide terlintas dalam fikirannya.      

Setelah itu, dengan pelan Rena bangun dari tidur nya lalu, dengan cepat ia turun dari ranjang.      

Sebelum pergi meninggalkan ranjang itu, Rena menatap wajah Qiano lagi dengan seksama sambil tersenyum, seketika itu ia merasa tenteram menatap wajah tampan lelaki yang berhasil mencuri hatinya.      

"Terimkasih sudah merawatku!" Ucap Rena seraya memcium kening Qiano.      

Setelah mengatakan itu, Rena pergi diam-diam dari rumah Qiano karena ada hal yang harus dia lakukan.      

Sementara di rumah besar Julian.      

Qiara, Julian dan Yumi tampak santai menikmati sarapan pagi mereka bersama. Walau merasa di tahan dan tidak enak tinggal terlalu lama di rumah Julian, Yumi tidak bisa berbuat apa-apa. Ia masih bersyukur karena ada Qiara didalam rumah itu yang ternyata adalah istri Tuan Ju yang terkenal itu, bisakah dia dikatakan beruntung sudah menjadi teman baik seorang bos besar sekaligus kakak dari lelaki yang dia cintai.      

Mereka terlihat gembira seakan kejadian semalam tidak teringat lagi dibenak mereka.      

"Qiara, bagaimana keadaanmu pagi ini? Maaf karena semalam aku sangat mengantuk sehingga tidak tau kamu pulang. " ucap Yumi setelah menelan makanan yang sudah dia kunyah.      

"Tidak apa-apa. Aku juga langsung tidur semalam. " Jawab Qiara sambil tersenyum.      

Setelah itu, Qiara menoleh kearah Julian yang sedari tadi diam sampai ia menyelesaikan makanannya.      

"Oh iya, bukankah hari ini ada jadwal kita kencan?" kata Qiara seraya menatap Julian dengan ekspresi yang rumit.      

Qiara tidak mau gagal lagi, jika kemarin dia di janjikan jalan-jalan tapi tidak jadi, maka hari ini dia akan menagihnya.      

Julian terdiam mendengar pertanyaan Qiara. Seketika itu ia berusaha mengingat janji kencan yang di maksud oleh Qiara.      

Perasaan, kemarin dia hendak kencan tapi terkadala dengan rapat dan masalah kantornya, tapi setelah itu Julian tidak mengucapkan janji apapun untuk mengganti hari nya atau mengajaknya kencan.      

"Juliah kenapa kamu diam?"     

Tanya Qiara seraya cemberut karena Julian tidak memberikan respon apapun pada nya.      

"Kencan? Memang nya kencan kemana?" tanya Yumi yang spontan ingin tau, karena sejujurnya dia tidak pernah tau rasanya kencan.      

Julian yang bingung merasa terselamatkan oleh Yumi.      

"Kami akan kencan sebagaimana layak nya pasangan yang imut dan menggemaskan. "Jawab Qiara dengan antusias.      

"Bukankah Tuan Ju sangat sibuk? Selain itu, bukankah kamu tidak mau ada yang tau hubunganmu dengan Tuan Ju? Lalu, kenapa kamu mau kencan, kecuali diam-diam? "kata Yumi lagi yang mencoba mengingatkan Qiara.      

"Aku tidak tau kenapa aku ingin melakukannya, tapi aku merasa tidak tenang jika aku tidak kencan bersamanya. "Jelas Qiara dengan cemberut.      

"Apa itu pertanda kamu ngidam? " Kata Yumi yang mencoba menebak situasi yang dialami Qiara.      

"Ukhu ... Ukhuk ... "Julian langsung terbatuk mendengar apa yang dikatakan oleh Yumi.      

Melihat gelagat Julian, Yumi merasa ada yang dia sembunyikan. Apakah itu tentang kehamilan Qiara, fikir Yumi.      

"Hahaha ... Aku tidak mungkin hamil, jadi jangan asal nebak kamu. " Kata Qiara yang tidak suka dengan tebakan Yumi. Namun, ia membungkus ketidak sukaannya dengan tawa terpaksanya itu.      

"Aku ingin melakukan nya karena baik sebelum menikah atau sesudah kami ini tidak pernah kencan normal layaknya pasangan kekasih. Makanya aku ingin melakukan nya sebelum dia kembali kepada kesibukannya."Kata Qiara lagi untuk menguatkan alasannya.      

"Ukhuk ... Ukhuk ... "      

Mendengar penjelasan Qiara, Yumi langsung terbatuk karena apa yang dijelaskan Qiara itu sangat lucu menurut nya.      

Secara dia tidak pernah menyangka kalau seorang Julian tidak pernah membawa istrinya untuk kencan.      

Padahal ia tahu bahwa Julian lebih dari kata mampu untuk melakukannya dan membuat kencan romantis untuk Qiara.      

"Kakak kenapa terbatuk seperti Julian? "Tanya Qiara dengan heran.      

"Sepertinya aku salah makan. "Jawab Yumi sambil menunduk agar Qiara tidak mencurigainya.      

Setelah mengatakan itu, Yumi langsung melanjutkan makannya sambil menahan senyum nya, dia tidak mau mengatakan apa yang dia fikirkan dengan jujur karena dia cukup tau bagaimana Qiara.      

Bisa jadi, Julian mengamuk padanya kalau membuat Qiara sampai marah atau sedih.      

Sedang Qiara hanya mengangguk pelan melihat tingkah Yumi, setelah itu dia kembali fokus pada Julian yang masih terdiam setelah terbatuk.      

"Julian, kenapa kamu terdiam dari tadi? Apa yang kamu fikirkan? Apakah kamu tidak mau kencan denganku untuk menepati janjimu? "tanya Qiara dengan heran.      

"Siapa bilang kalau aku tidak mau?" tanya Julian sambil mengerutkan keningnya.      

"Aku hanya bertanya bukan menuduhmu. Sekarang katakan dengan jujur, mumpung aku masih baik padamu. "Kata Qiara dengan ketus.      

"Tentu saja, hari ini kita akan kencan!"     

Julian langsung menjawab sambil tersenyum agar tidak membuat Qiara marah dan kecewa pas.      

"Kalau begitu kamu mau kan menggunakan pakaian couple sama aku? Biar kita kembali terlihat seperti anak muda. Aku melakukan ini hanya untuk menghindari perkataan orang. Masak, gadis muda dan lucu sepertiku malah jalan bersama lelaki tua sepertimu, kan tidak lucu. "Kata Qiara dengan bersemangat.      

Mendengar perkataan Qiara. Julian merasa aneh ketika membayangkan hal yang Qiara sebutku, meski begitu dia tetap mengangguk.     

"Iya sayang, apapun yang kamu mau aku akan ikuti!" balas Julian dengan ekspresi yang dipaksakan Semua demi Qiara agar tidak marah-marah.     

"Begitu dong, hehehe ... "      

Qiara terlihat gembira mendengar apa yang dikatakan Julian padanya.      

"Cie ... Yang mau kencan. Oh ya, memangnya kamu mau mengajak Tuan Ju kencan kemana?" Kata Yumi yang mulai menggoda Qiara.      

"Aku ingin ke Mall dan ke Taman hiburan. Aku mau masuk rumah hantu, naik Roller Coaster dan banyak lagi! Selan itu kami akan bermain di suatu tempat yang sering di datangi oleh pasangan muda untuk kencan. Aku ingin bermain sampai malam!" jawab Qiara sambil menyederkan kepala nya di bahu Julian.      

Mendengar perkataan Qiara. Julian kaget karena Qiara lagi hamil muda tidak baik bermain atau sampai kecapek an. Apalagi yang dia inginkan sangat berisiko.      

"Sayang, apa kamu yakin? "Tanya Julian dengan hati-hati.      

"Tentu saja. Ya sudah, aku akan ke kamar dulu untuk bersiap-siap! "Kata Qiara dengan antusias.      

"Tuan Ju, sepertinya anda terlihat sangat khawatir! Apa ada masalah? "Tanya Yumi setelah Qiara pergi ke kamarnya.      

"Tidak ada apa-apa. Oh iya, pulang kuliah kamu akan di jemput oleh Andi untuk rekaman. Usahakan agar merahasiakan hal ini demi kebaikanmu. " Setelah mengatakan itu Julian bangun dari duduknya lalu menghampiri Qiara di kamar.      

"Baik Tuan! " Sahut Yumi dengan sedikit bingung. Dia masih penasaran dengan tujuan Julian yang tiba-tiba begitu baik ingin melindunginya. Sebenarnya apa yang Julian fikirkan dan inginkan.      

Setelah lama kemudian, Qiara sudah siap dengan dandanannya yang sangat centil menggunakan kaos berwarna putih lengan pendek dengan rambut yang di kuncir kuda.      

Julian yang sudah melepaskan jas dan kemaja putihnya dan berganti dengan baju kaos putih yang sudah disipakan Qiara sudah siap juga.      

"Ayo berangkat! "kata Qiara sambil menggandeng tangan besar Julian.      

"Kamu duluan keluar karena aku harus menelpon Andi. "Kata Julian dengan lembut.      

Tanpa mengatakan apapun, Qiara malah memeluk Julian yang dia anggap sangat tampan dan terlihat seperti anak muda itu. Julian mengerutkan keningnya melihat Qiara yang memeluknya.      

"Sayang, kamu tunggulah di depan sebentar, aku akan segera menyusulmu! "Kata Julian seraya melepas pelukan Qiara darinya.      

0

"Sebentar lagi ya! Aku sudah terlanjur merasa nyaman memelukmu apalagi hari ini kamu terlihat sangat tampan. Aku ingun mendengar detak jantungmu." kata Qiara sambil memeluk erat dada bidang Julian.      

Mendengar apa yang dikatakan oleh Qiara. Julian pun langsung tertawa melihat tingkah manja istri nya itu. Akhir nya dia berdiri seperti patung dan membiarkan Qiara melakukan apapun terhadap diri nya dan menunda untuk menghubungi Andi.      

"Sayang?"     

"Iya?" sahut Julian sambil merangkul Qiara dengan penuh cinta dan kehangatan.      

"Apa kamu mencintaiku?" tanya Qiara sambil mendongak melihat wajah Julian.      

Julian mengerutkan keningnya mendengar pertanyaan Qiara yang menurutnya itu adalah pertanyaan yang sudah dia tau jawabannya karena seingatnya dia pernah mengungkapnya sebelum Qiara masuk ke rumah sakit.      

"Kenapa kamu menanyakan itu? Bukankah kamu sudah tau jawaban nya?"Tanya Julian.      

"Aku mau denger lagi, apakah itu terlalu berat buatmu? Apakah mungkin perasaanmu sudah hilang padaku hanya karena aku tidak memberimu jawaban? "tanya Qiara dengan cemberut.      

Julian tersenyum mendengar keluhan Qiara. Tanpa memberikannya jawaban, Julian langsung menunduk mencium bibir mungil Qiara dengan mesra dan lembut, cukup lama Julian menikmati bibir yang sudah di beri lipstik itu sampai bibir Julian itu ikut memerah.      

Tidak lama setelah itu, Julian melepas ciumannya sambil berkata, "Apakah ciuman ini cukup mewakilkan kalimat aku cinta kamu? "     

"Baiklah aku percaya. Hanya saja, aku ingin sekali mendengarnya. Aku pun tidak mengerti kenapa aku ingin mendengarnya. "Kata Qiara dengan ekspresi yang rumit.      

"Aku mencintaimu istriku!" ucap Julian secara spontan.      

Julian tidak pernah menyangka kalau ternyata segitu gila cinta nya pada gadis yang ada di pelukan nya itu sampai dia bersedia melakukan apapun untuk nya. Padahal, ia menikahinya hanya karena sebuah wasiat.      

"Ya sudah, kita berangkat sekarang! "Kata Julian lagi setelah melihat jam di tangannya.      

"Oh iya, aku hampir lupa, ya sudah ayo kita berangkat! "Sahut Qiara seraya melepas pelukannya dari Julian.      

Setelah itu, mereka segera keluar dari kamar nya dengan bersemangat.      

Tidak lama kemudian, mereka sudah berada di mobil. Tepat saat itu ia menerima sebuah pesan bersisi vidio.      

Sebelum membukanya, Julian melirik Qiara di sampingnya karena dia tidak mungkin bisa memeriksa nya selagi Qiara ada di dekatnya.      

Julian mengerutkan keningnya melihat pesan yang berupa Vidio dari salah satu teman nya di Amerika.      

'Aku meminta nya menyelidiki keberadaan Virsen. Tapi kenapa dia malah mengirim vidio. Apakah ini tentang keberadaan Virsen yang ternyata belum mati? 'Batin Julian.      

Tidak lama kemudian, Julian mengirim pesan untuk menanyakan vidio itu, namun dia hanya dapat balasan untuk di minta mencari tau sendiri tentang vidio ini dan fokus nya pada salah seorang yang mencurigakan dan ada hubungan nya sama Virsen.      

Karena dia tidak bisa melanjutkan penyelidikan hari ini, Julian pun langsung mengirim vidio itu ke Andi untuk dia selidiki. Karena Julian sedikit was-was jika Virsen ada di kota A. Tentunya tidak hanya Rena yang kena inbasnya, kemungkinan Virsen akan menyentuh istrinya jika dia berhasil tau tentang keluarga barunya.      

Setelah selesai mengirim vidio itu, Julian segera menjalankan mobilnya karena Qiara terlihat sudah tidak sabaran.      

Sementara itu di Amerika terlihat Sebuah Lamorgini hitam memasuki pintu gerbang rumah mewah keluarga Julian.      

Mobil itu langsung mengambil parkir di sudut paling kiri dari parkiran yang luas dimana di depan dan kanannya tampak mobil-mobil mewah seperti Ferrari warna merah, Lamborghini, Mercedes Benz dan mobil mewah lainnya yang terparkir di sana.      

Tidak lama kemudian, pintu mobil kemudi terbuka, seorang perempuan cantik dengan kaki panjang yang ramping dan mulus berambut pendek berwarna pirang, keluar dengan kaca mata hitam menutupi mata indah nya yang kecoklatan.      

"Hallo Tante Sarah! "Sapa gadis iti seraya tersenyum manis.      

"Viona? "Sambut Sarah dengan ramah.      

Gadis bernama Viona itu pun langsung tersenyum dan memeluk Sarah yang sudah lama tidak dia lihat itu.      

Pnampilannya yang mencerminkan seorang sosialita kelas atas yang cantik dan elegan membuatnya dikagumi oleh semua pelayan rumah besar keluarga Julian.      

"Tante, aku sangat merindukanmu. Bagaimana keadaanmu? "Kata Viona setelah melepas pelukan Sarah.      

"Jangan bicara disini, sebaiknya kita masuk dulu dan bicara di ruang tamu." Ucap Sarah seraya menarik tangan Viona untuk masuk ke dalam.      

"Oke. "     

Viona pun segera mengikuti Sarah masuk dengan menggandeng nya. Gadis itu terlihat sangat manja pada Sarah.      

"Oh ya, kenapa rumah ini sangat sepi? Dimana Kak Jasmin, Julian dan Natan? Apakah mereka ikut Jihan yang tinggal di Australia? Paman juga tidak terlihat. "Tanya Viona setelah mereka duduk di ruang tamu.      

Ekspresi Sarah berubah sendu ketika mendengar pertanyaan Vion. Seketika itu, Vino merasa ada yang aneh dan bersalah.      

"Tante, ada apa? Apakah aku salah bertanya?"Tanya Viona lagi seraya menatap Sarah dengan raut wajah yang heran.      

"Tante tidak apa-apa kok! Tate hanya teringat anak-anak tante yang sudah tinggal jauh. Jasmin tinggal di Apartemannya, Julian tinggal di rumahnya yang lain, sedang Natan baru saja pergi bersama Jihan dan Papa nya ke Australia, sekarang tante hanya tinggal sendirian di rumah yang besar ini? "Jawab Sarah sambil tersenyum pahit karena dia merasa sangat kesepian.      

Viona merasa kasian kepada Sarah, dia tau betul kalau Tuan Jhosep sangat gila kerja sehingga dia jarang sekali ada di rumah.      

"Tante jangan sedih lagi! Viona kan sudah ada disini untuk menemani tante. "Kata Viona seraya menepuk-nepuk bahu Sarah.      

"Benarkah? Bukankah kamu hanya sebentar disini? Soalnya, Mama mu telpon dan memberitahuku tentang kamu. "Kata Sarah dengan heran. Tapi, jika memang benar kamu mau menetap disini, maka Tante berharap kamu bisa tinggal bersama tante disini. Bagimana? "Kata Sarah dengan penuh harap agar dia memiliki teman bicara saat di rumah.     

"Tentu saja aku mau jika Tante tidak keberatan, terlebih aku dulu pernah tinggal disini. Akan menyenangkan jika bisa tinggal seperti dulu." Jawab Viona dengan percaya diri.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.