Istri Kecil Tuan Ju

Undangan Pameran.



Undangan Pameran.

0Mereka semua terdiam mendengar keputusan Maxwell yang sepertinya sudah tidak bisa di ganggu gugat lagi itu.     
0

"Baik bos, kami akan melakukan yang terbaik untuk mengurus masalah ini!" Sahut mereka semua.     

"Kalau begitu rapat aku akhiri sampai disini dan kalian bisa kembali kepada tugas kalian masing-masing!" Setelah mengatakan itu, Maxwell beranjak dari duduknya sambil melonggarkan dasinya lalu pergi meninggalkan ruang rapat yang diikuti oleh asistennya.     

'Hanya beberapa jam saja, aku merasa tercekik disini. Kenapa harus menggunakan dasi, haruskah aku mengubah peraturan kantorku?'Batin Maxwell sambil berjalan melewati beberapa karyawannya yang terpesona padanya.     

Satu Minggu kemudian.     

Kantor Pusat JJ Grup.     

Julian menghentikan pekerjaannya saat ia melihat Andi sudah berdiri di hadapannya.     

"Apakah malam ini aku ada acara? " Tanya Julian sambil memperhatikan Andi karena dia berharap tidak akan ada acara sehingga ia bisa mengajak Zio untuk menemui Qiara yang sudah kembali ke kosnya setelah menyelesaikan syutingnya.     

"Malam ini anda harus menghadiri lelang luksian yang diselenggarakan galeri seni nona Rena. Acara ini di sponsori oleh pusat seni Noble yang terbesar di kota A." Jawab Andi.     

Wajah Julian sedikit kecewa karena rencananya untuk mengajak Zio keluar bertemu Qiara ternyata tidak terwujut.      

Dia juga tidak mungkin menolak undangan Rena dan mengecewakan direktur utama Noble yang merupakan rekannya terbaiknya.     

"Acara ini juga digelar oleh Noble untuk mengumumkan tentang kembalinya pusat seni Noble. Jadi, saya sudah menerima undangan dari pihak Nona Rena dan Noble sendiri. Anda juga akan datang bersama nona Viona."      

"Kenapa aku harus datang bersama Viona? " Tanya Julian dengan tatapan yang sinis.     

"Nona Viona juga menjadi sponsor acara ini. Selain itu dia juga ingin memperkenalkan anda dengan pelukis kenamaan Amerika Serikat yaitu Nicko yang semua karya terbaiknya di lelang untuk membantu pembangunan yayasan menampung anak-anak yang tidak mampu melanjutkan pendidikan. " Jelas Andi.      

Julian terdiam mendengar penjelasan Andi. Kali ini dia tidak bisa menolak untuk datang bersama Viona yang sudah memberikan sebagian waktunya untuk Zio dari kecil hingga besar.     

"Baiklah aku akan datang dengannya, jadi kamu atur saja. Sekarang, aku akan melanjutkan pekerjaanku, kamu bisa keluar! " Kata Julian setelah menarik nafas dalam.      

"Baik bos! " Setelah mengatakan itu, Andi langsung keluar dari ruangan Julian dengan cepat.      

Tiba-tiba Julian teringat percakapan Zio dengan Qiara malam itu. Walau hanya terhalang panggilan Vidio, tapi Julian bisa merasakan ia indahnya bisa tidur bertiga.     

'Malam itu aku tertidur saking ngantuknya sehingga aku tidak sempat bicara dengan Qiara. Entah perasaan apa yang aku rasakan. Namun, aku benar-benar rindu dengannya. Tapi, bagaimana caranya agar kami bertiga bisa berkumpul lagi? 'Batin Julian seraya menatap foto Qiara yang menjadi wallpaper ponselnya selama lima tahun ini.      

Seusai membatin, Julian langsung menatap layar laptopnya untuk melanjutkan pekerjaannya.      

Malam di kosnya Qiara.     

Sekitar jam 7 malam, Qiara yang baru saja selesai mandi dan mengerjakan semua urusannya itu, kaget saat melihat mobil mewah sedang parkir di depan kosnya. Ia pun menyingkap kelambunya agar bisa melihat dengan lebih jelas siapa pemilik mobil itu. Akan tetapi ia tidak berhasil melihatnya.     

'Mobil siapa itu? Jangan bilang kalau itu Julian? 'Batin Qiara sambil mengerutkan keningnya.      

Tidak lama kemudian, terdengar suara ketukan pintu beberapa kali.     

Seketika itu Qiara kembali terkejut.     

"Oh astaga... Apakah itu si pemilik mobil?"     

Karena sangat penasaran, Qiara pun segera menghampiri pintu. Qiara mengerutkan keningnya saat melihat siapa yang berdiri di depannya setelah ia membuka pintu itu.     

"Selamat malam Qiara ..." Senyum lelaki itu sungguh menawan walaupun berada di bawah lampu yang tidak begitu terang.     

"Anda siapa? " Tanya Qiara seraya memperhatikan lelaki tampan dengan tubuh tinggi dan berotot itu. I menggunakan stelan jas abu-abu yang sangat mewah dan elegan, selain itu rambutnya di sisir kebelakang dan terlihat sangat rapi sehingga Qiara tidak bisa mengenalinya.     

"Ini aku ... Maxwell. " Jawab lelaki itu sambil tersenyum.      

Qiara langsung mengedip-ngedipkan matanya karena dia tidak percaya kalau Maxwell yang biasanya berpakaian santai dengan celana jins hitam dan baju kaosnya itu bisa tampil setampan dan serapi ini.      

"Bos, apakah ini benar-benar anda? " Tanya Qiara untuk memastikan kalau itu memang Maxwell.     

"Apakah aku terlalu tampan sampai kamu tidak mengenaliku? " Tanya Maxwell dengan tatapan yang nakal.     

"Anda memang berbeda malam ini, akan tetapi wajah anda hanya sedikit terlihat lebih rapi bukan lebih tampan. " Jawab Qiara dengan jujur.      

"Haha... Kamu bisa saja. Kalau begitu, apakah kita bisa bicara sekarang?"     

"Tentu saja. Kita bisa bicara di teras depan. Maaf tidak bisa mengajak bos masuk karena tidak enak apabila dilihat orang. " Ucap Qiara seraya mempersilahkan Maxwell untuk duduk di kursinya yang berada di teras.     

"Oke. Tidak masalah! " Maxwell duduk dengan tenang di kursi samping kursi Qiara.     

"Ada urusan apa bos datang kemari malam-malam begini? " Qiara memulai membuka pertanyaan lebih dahulu karena ia heran melihat bos besarnya datang ke kosnya yang sederhana.     

"Malam ini ada acara lelang beberapa lukisam ternama. Aku mendapat undangan dari pusat seni Noble yang terbesar di kota ini untuk menghadiri lelang itu. Walaupun sebenarnya Aku tidak suka berada di acara seperti ini. Awalnya aku ingin mengajak Kevin tapi dia sangat sibuk dengan pekerjaannya. Asisten ku juga tidak bisa. Namun, ketika aku mendengar kamu sangat menyukai lukisan Nicko Jims asal Amerika itu, aku pun langsung kesini untuk mengajakmu. Jika kamu mau pergi bersamaku, maka aku akan menghadiahkan mu satu luksian Nicho. Bagaimana? " Jelas Maxwell.      

Qiara tidak bisa menahan senyumnya ketika mendengar Maxwell menyebut nama Nicho yang merupakan idolanya itu.     

Nicho adalah pelukis asal Amerika serikat yang sangat terkenal didunia para seniman lukisan dan namanya diakui di beberapa negara sabagai pelukis jenius.      

"Tentu saja aku mau bos, karena bertemu dan memiliki salah satu dari karya agung Nicho adalah impianku. Tapi, acaranya dimana? " Jawab Qiara dengan antusias seraya bertanya kembali.     

"Di Galeri Rena. Aku fikir kamu juga kenal dengan Rena jika penggemar lukisan. " Jawab Maxwell sambil memandang wajah Qiara yang tidak bisa berhenti tersenyum itu.      

"Tentu saja aku mengenalnya. Baiklah, aku akan ganti pakaian terlebih dahulu. Bos tunggu sebentar! "     

"Kamu bisa pakai gaun ini! " Kata Maxwell sembari menyerahkan kotak yang cukup besar itu.     

Qiara yang hendak masuk itu pun berhenti dan menatap kotak itu dengan bingung.     

"Terimakasih bos, tapi aku lebih nyaman menggunakan gaun kesukaanku. Tenang saja, gaun ku tidak jelek ataupun terlihat kuno. Hehhe... " Setelah mengatakan itu, Qiara segera masuk tanpa mengambil kotak baju yang ingin diberikan Max kepadanya itu.     

Maxwell pun pun duduk sambil tersenyum melihat tingkah Qiara yang begitu lucu dan sederhana.      

Namun, ia sudah terlanjur membawa kotak pakaian itu, ia pun meletakkannya di meja kecil yang ada di teras.      

Max menunggu dengan tenang di teras, walaupun Qiara dandanya cukup lama, tapi Max tidak keberatan untuk menunggunya.      

Tidak lama kemudian, Qiara keluar dengan gaun yang selutut berwarna merah muda dengan rambut yang di kuncir kuda.      

"Ayo berangkat bos!"      

Mendengar suara Qiara, Maxwell langsung menoleh, seketika itu dia terdiam karena Qiara terlihat seperti gadis muda yang sangat imut dan lucu.      

"Bos, kenapa anda diam saja? " Tanya Qiara ketika melihat bos nya terdiam sambil melihatnya.      

Max terdiam tidak hanya karena penampilan Qiara yang manis, tapi karena gaun Qiara yang terlihat sangat tidak asing bagi Maxwell. Malahan gaun yang dia bawa tidak seindah gaun yang Qiara pakai.      

"Maaf, tapi apa aku boleh memegang kain gaunmu? " Tanya Max dengan sedikit ragu karena takut Qiara akan tersinggung.      

"Boleh kok! " Jawab Qiara sambil tersenyum.      

Maxwell pun langsung menyentuh kain gaun Qiara dengan tatapan yang sendu.      

'Gaun ini terbuat dari kain sutra nomer satu. Dari jahitan dan model gaun ini mengingatkanku pada rancangan seorang teman yang sudah meninggal lima tahun lalu. Ini adalah rancangan terakhir yang dia buat sebelum meninggal. Aku ingat sekali waktu itu, bagaimana Qiara bisa memiliki gaun langka yang memiliki pesonanya sendiri. Terlihat sederhana tapi sangat cantik dipakai dengan ukuran tubuh nya yang kurus atau besar. Siapa Qiara ini? ' Batin Maxwell sambil menatap Qiara.      

"Bos, kenapa anda diam dan terlihat berbeda ketika memegang gaun saya? " Tanya Qiara dengan bingung.      

"Ini adalah rancangan teman baik saya. Semua karya terakhirnya tidak dia perjual belikan, hanya koleksi pribadi keluarganya. Jadi, bagaimana kamu bisa mendapatkannya? " Tanya Maxwell dengan ekspresi yang serius.      

Qiara terkejut mendengar pertanyaan Maxwell yang menurutnya sangat membingungkan. Karena dia tidak tahu harus menjawab apa.      

Tidak mungkin dia mengatakan kalau gaun itu pemberian Julian kepada nya. Bahkan hampir semua gaun indahnya pemberian Julian. Dan yang di pakai sekarang adalah salah satu gaun yang paling dia sukai.      

'Apakah ini ulah Julian? Karena hanya dia yang mungkin bisa melakukan ini. Mungkinkah Qiara adalah orang yang pernah spesial dalam hidupnya? 'Batin Max.      

"Tidak perlu di jawab, sebaiknya kita berangkat sekarang sebelum acara berakhir. " Ucap Max sambil tersenyum.      

Qiara pun langsung menganggukkan kepalanya seraya menyunggingkan senyum di wajahnya dan bernafas lega.     

Setelah itu Qiara masuk ke mobil Maxwell dengan gugup karena ini pertama kalinya satu mobil dengan bos nya yang aneh itu.     

Tidak lama kemudian mobil Max meninggalkan area kos Qiara dengan cepat.      

Di tengah perjalanan, Qiara melirik Maxwell beberapa kali karena dia merasa Maxwell adalah tipe bos yang unik dengan dandanannya yang biasa dan elegan di waktu-wakti tertentu.      

"Ada apa? Kenapa kamu mencuri pandang padaku sedari tadi? "Tanya Maxwell sambil tersenyum tanpa melirik Qiara.      

Seketika itu Qiara langsung memalingkan wajahnya dengan cepat dan gugup.     

'Ahh ... Kenapa dia seperti Julian yang sangat peka dan mudah menebak orang. Aku jadi malu!.' Batin Qiara.     

"Tidak perlu malu sama saya, kamu bisa melakukan apapun kepada saya. "Kata Maxwell.     

Qiara tertegun mendengar perkataan Maxwell yang menurutnya terlalu berlebihan untuk ukuran orang yang baru kenal satu sama lain.      

" Terimakasih bos! " Ucap Qiara dengan tulus.      

Max hanya menanggapi perkataan Qiara dengan senyum manis di wajah tampannya.      

Galeri Rena.     

Sementara itu di depan Galery Rena, semua wartawan dari berbagai perusahaan sudah berkumpul diantara karpet merah.      

Ini adalah pemeran megah pertama yang dilaksanakan oleh Galery Rena yang juga mendapatkan dukungan dari beberapa perusahaan besar di dalam hingga dari luar negeri.      

"Apakah semuanya sudah siap? " Tanya Rena kepada pegawainya yang sudah di tugaskan untuk mengurus persiapan itu.      

"Sudah semua bos!" Jawab mereka bersamaan.      

Rena langsung tersenyum dan merasa bahagia karena mimpinya terwujut untuk menggelar pameran tunggal yang dirangkaikan dengan acara lelang lukisan dari beberapa pelukis terkenal.      

"Kalau begitu, bukalah pintunya dan biarkan para wartawan yang memiliki undangan untuk masuk. Sepuluh menit lagi para tamu penting kita akan datang!." Kata Rena memerintahkan agar pintu utama di buka karena semuanya sudah siap.      

"Oke. Semangat buat kita yang sudah bekerja keras selama tiga hari ini untuk melakukan persiapan!" Teriak para pegawai Rena dengan semangat.      

"Semangatttt... " Ucap Rena dengan antusias.      

Rena yang sekarang dengan yang dulu benar-benar berubah karena Qiano mau menjadi teman baiknya yang setiap hari dengannya bertukar pikiran walaupun hanya lewat pesan karena Demian melanjutkan S2 nya di Belanda.     

Tepat saat itu, Qiano yang sudah kembali ke kota A itu muncul membawa seikat bunga tulip berwarna biru yang indah dengan senyum yang merekah.     

Walaupun Rena tahu kalau bunga tulip biru adalah lambang persahabatan, tapi dia merasa bahagia karena Qiano sudah mau datang setelah ia bujuk dan rayu.      

"Khemm ... " Semua pegawai Rena langsung menggodanya.      

Rena hanya tersenyum sambil berjalan mendekati Qiano yang sedang berdiri di depan pintu masuk yang baru saja di buka oleh pegawai nya itu.     

"Selamat atas pamerannya. Semoga sukses!"Ucap Qiano  sembari menyerahkan bunga itu kepada Rena sambil tersenyum.     

"Terimakasih karena kamu sudah menyempatkan diri untuk datang. Padahal aku tahu betul kalau kamu sangat sibuk setelah kembali ke kota ini."Kata Rena setalah mengambil bunga itu dengan senyum terbaiknya.     

Rena tidak bisa menahan dirinya untuk tidak terpesona dengan sosok Qiano  yang berkarisma dengan senyum dinginnya yang mampu membekukan perasaannya sehingga ia tidak bisa berpaling darinya walaupun hanya dianggap sahabat saja.     

"Aku suka konsep pameran ini. Aku ingin menjadi salah satu pemilik lukisan mu dengan uangku sendiri melalui lelang hari ini, sepertinya akan sangat seru. "Kata Qiano.     

"Hahahaha... Aku tidak menyangka kalau kamu bisa bercanda seperti ini. Tidak perlu ikut lelang, semua lukisanku yang kamu suka bisa kamu miliki dengan mudah. "Kata Rena sambil terkekeh.      

"Kalau seperti itu tidak akan seru, aku hanya ingin mendapatkan lukisan mu yang berkwalitas dengan sedikit usaha. Hehehe... "     

"Baiklah, kalau begitu kamu harus menemaniku dari awal acara hingga akhir. Bagaimana? "      

"Setuju! " Sahut Qiano sambil menunjukkan jempolnya.      

Rena merasa bahagia karena Qiano  setuju untuk menemaninya sepanjang acara. Itu artinya dia tidak akan sendirian.     

'Terimakasih Qiano , karena kamu sudah mau menemaniku selama ini, aku tidak pernah merasa kesepian. Walau kita hanya berkirim pesan dan bicara lewat telpon, tapi aku sangat bahagia. Aku berharap hatimu sudah terbuka buatku.'Batin Rena.     

"Ayo kita sambut tamu! " Ucap Rena seraya menarik tangan Qiano menuju pintu utama.      

"Oke." Qiano mengangguk lalu mengikuti Rena dengan patuh.      

'Apakah mungkin Qiara akan datang ke sini? Aku berharap bisa melihatnya disini.'Batin Qiano.     

Waktu terus berlalu, semua tamu sudah berdatangan, terutama para pecinta seni. Tidak kalah keren lagi, ketika Nicho yang merupakan pelukis kelas dunia mau datang ke pameran Rena serta menyumbangkan lukisan terbaiknya untuk ikut lelang.      

Wartawan mulai meliput dan memberikan informasinya kepada penonton di rumah.     

"Pemirsa yang di rumah, ini adalah acara lelang sekaligus pameran terbesar yang pernah di gelar di kota A. Semua tamu berasal dari kalangan elit dan para pecinta seni. Bukankah sangat keren? " Kata salah satu reporter yang sejak pagi sekali sudah menunggu di depan Galery Rena.     

Para warganet pun langsung ribut, seluruh TV swasta menyiarkan acara ini, selain itu penonton juga tidak sabar ingin melihat siapa saja tamu luar biasa yang akan datang.      

"Aku ingin sekali berada di acara ini untuk bertemu Nicho sang pelukis kelas dunia itu. Katanya semua lukisannya dibayar ratusan juta. "     

"Aku juga melihat betapa bagusnya lukisannya melalui beberapa gambar yang aku temukan di google."     

"Rena memang pelukis yang mengharumkan nama kota ini. Aku akan menjadi fans beratnya. "     

"Oh iya, dengar-dengar kalau Presiden Direktur JJ Grup akan datang. Ini pasti sangat menarik. "     

"Aku dengar, yang datang tidak hanya Presiden direktur JJ Grup yang akan datang, melainkan ada satu lagi, dia Presiden Direktur dari YM Grup. Katanya dia tidak kalah tampannya dari Tuan Ju."     

"Benarkah? Aku tidak sabar untuk melihatnya, ini pasti akan sangat seru. "     

Para warga net mulai ribut di kolom komentar. Mereka benar-benar tidak sabar untuk melihat dua Presiden Direktur yang katanya sangat berpengaruh di kota A itu.      

"Selamat datang! " Sapa Rena dengan ramah kepada para tamu yang berdatangan. Semua pegawainya juga langsung menempati tempat yang seharusnya.      

Qiano membantu Rena semaksimal mungkin sesuai dengan kemampuannya. Dia tidak pernah meninggalkan Rena kemanapun Rena pergi sehingga beberapa orang menganggap Demian adalah pacar Rena.      

Tepat saat Rena dan Qiano sedang ngobrol sama tamu yang sudah datang. Terdengar suara ribut para wartawan dari luar.      

Rena dan Qiano  langsung menoleh ke sumber suara.      

"Sepertinya Nicho sudah datang. " Ucap Rena sambil tersenyum.      

"Kalau begitu mari kita sambut! " Kata salah satu rekan bisnis Rena.      

Seketika itu, Rena langsung mengangguk. Karena dia juga tidak sabaran untuk menyambut Nicho.     

"Itu Tuan Ju! " Kata para wartawan ketika melihat Julian dan Viona kelaur dari mobil. Yang tidak kalah menarik perhatian adalah anak kecil yang tampan dan menggemaskan yang Julian gendong.      

"Apakah dia anak Tuan Ju? "      

"Sepertinya begitu, dia sangat tampan seperti Papa nya. "     

"Tapi, siapa ibunya? Apakah wanita yang ada di sebelah Tuan Ju? "     

"Kemungkinan dialah Istri Tuan Ju. "     

"Ayo ambil gambar mereka sebelum mereka masuk ke pameran itu. "     

Para wartawan itu mulai pada berbisik tentang Julian yang datang bersama Viona dan putranya. Viona pun merasa bangga dan terhormat karena dia bisa berdiri di depan kamera bersama Julian. Tentunya dia adalah calon nyonya Ju.     

"Tuan Ju, hadap sini! " Teriak para wartawan itu agar Julian dan Viona mau menoleh kepada mereka.      

Julian pun langsung menoleh kepada wartawan itu dengan menyunggingkan senyum di bibirnya.      

Sayangnya, Bintang Kecil tidak mau melihat kamera, ia menunduk dan menyembunyikan wajahnya.      

"Sayang, ayo lihat kamera! " Kata Viona yang berusaha menunjukkan kepada media kalau dia adalah ibu yang baik untuk Bintang Kecil.      

"Enggak mau! " Bintang Kecil menarik tangannya dari Viona karena dia tidak suka di paksa untuk melakukan apa yang tidak ingin dia lakukan.      

Viona merasa kesal karena niat baik nya dan rencananya menjadi gagal gara-gara Bintang kecil itu menolak dirinya.      

"Aku akan membawamu masuk!" Setelah itu Julian segera membawa Bintang Kecil masuk ke dalam karena ia tidak mau Zio membuat kekacauan jika dia sudah mengamuk.     

Viona mengikuti dibelakang mereka berdua dengan patuh seraya melukis senyuman manisnya di depan kamera walaupun sebenarnya hatinya sedang terbakar amarah.     

"Selamat datang Tuan Ju dan Bintang Kecil! " Sambut Rena dan Demian dengan sopan.     

Mereka pikir Nicho yang datang, tahu nya Julian lah yang membuat para wartawan menjadi histeris.     

"Apakah acara sudah di mulai! " Tanya Julian sambil melihat Rena tanpa ekspresi.      

"Pameran sudah di mulai dari tadi, tapi acara lelang belum di mulai karena Nicho belum datang. " Jelas Rena kepada Julian.      

"Ouh ... begitu."     

"Iya."     

Qiano hanya terdiam memperhatikan tatapan mata Bintang Kecil yang tampak akrab.     

'Tatapan itu sepertinya aku kenal baik, kenapa sangat mirip dengan Qiara? Siapa sebenarnya anak kecil ini? ' Batin Qiano dengan penasaran.      

"Kalau begitu kami akan masuk dulu, karena putraku sudah tidak sabaran untuk melihat karyamu yang luar biasa. " Kata Julian lagi dengan ramah.      

"Tentu saja. Silahkan masuk! " Sahut Rena.     

Julian pun langsung mengangguk dan membawa Bintang kecil itu untuk masuk untuk melihat pameran itu.      

"Rena, apakah itu putra Tuan Ju? " Tanya Qiano  yang tidak tahan dengan rasa penasarannya.      

"Iya, memangnya kenapa? " Jawab Rena.      

"Siapa Ibu nya? Apakah wanita yang ada di samping Tuan Ju itu? "      

Rena terdiam mendengar pertanyaan Qiano, dia berusaha membawa dirinya ke masa lalu untuk menemukan jawaban dari pertanyaan Qiano.     

"Kenapa kamu diam? Apakah kamu tidak tahu? " Tanya Qiano yang tidak sabaran.      

"Pertama ketemu Bintang Kecil adalah dua tahun lalu waktu aku mengunjungi Eropa. Julian mempersilahkan aku untuk main ke rumahnya. Aku tidak menemukan siapa Ibu dari Bintang Kecil, semua pelayannya pun tidak ada yang tahu. Kalau wanita yang di samping itu adalah calon tunangan Tuan Ju. " Jelas Rena dengan jujur.      

Julian sengaja merahasiakan siapa Ibu Bintang Kecil karena dia tidak ingin menggores luka di hati siapapun.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.