My Coldest CEO

Sembilan puluh enam



Sembilan puluh enam

0Xena melempar tubuhnya pada kasur king size yang berada di kamar Vrans. Dengan paper bag yang berhamburan di atas kasur sama seperti dirinya, ia mulai menatap langit-langit kamar dengan senyum yang merekah.     
0

"BOSAYANG, XENA SENANG!" teriaknya sambil menutup wajah dengan bantal saking bahagianya. Pasalnya, ia sangat lah senang mengingat 'friends time' yang dilakukan tadi. Mulai dari berbelanja bersama, membeli beberapa barang yang serupa, serta melakukan kegiatan salon bersama. Oh jangan lupa, Erica dengan senang hati mengantarkan mereka sampai ke rumah dengan selamat.     

Sedangkan Vrans yang baru keluar dari kamar mandi merasa terkejut dengan keberadaan Xena yang sudah tertidur di kasurnya. "Eh? Sejak kapan sudah pulang?" Tanyanya sambil membenarkan kaos polos yang tadi tersingkap, menampilkan enam kotak maskulin yang tercetak jelas di perutnya.     

Melihat hal itu, Xena langsung saja mengerjapkan bola matanya merasa jika penglihatannya ini sudah ternoda dengan pemandangan yang membuat air liur dapat menetes pada detik ini juga. "Astaga, keren sekali kamu." ucapnya tanpa sadar, padahal pikirannya sudah mewaspadai perkataan yang akan keluar dari mulutnya ini. Tapi ternyata, kenyataan berkata lain.     

Vrans terkekeh kecil lalu berjalan mendekati Xena yang kini sudah mulai mengubah tidurnya menjadi duduk di atas kasur. "Jangan mesum," ucapnya sambil menutup mata gadisnya. Ia rasanya ingin mengeluarkan gelak tawa saat mengingat wajah terdiam Xena tadi yang terlihat... sangat konyol sekaligus menggemaskan. Oh ayolah, apa gadisnya itu tidak pernah melihat body seorang laki-laki sebelumnya?     

Dengan cepat, Xena langsung saja menyingkirkan tangan Vrans yang menutupi matanya. "Bau, pasti belum mandi!" serunya sambil menutup hidung dengan jari tangan kanannya. Ia menjulurkan lidahnya bertingkah seperti meledek laki-laki yang kini berada di depannya tapi masih setia berdiri, membuat dirinya harus mendongakkan kepala untuk menatap wajah tampan itu.     

Vrans menaikkan sebelah alisnya, lalu bergerak untuk mencium kedua ketiaknya secara bergantian. Tidak, ia tidak menemuka bau apapun. Bahkan keringatan saja tidak, karena baru sejam yang lalu ia berendam di bathtub untuk menyegarkan kembali tubuhnya yang terasa lengket dan lelah akibat hampir seharian bekerja. "Jangan bohong, dasar gadis pluto." ucapnya sambil mengerling jahil.     

Jika gadisnya ini mempunyai tingkat jahil yang tinggi, bukan berarti tidak bisa dijahili juga. Iya kan?     

Xena yang mendengar itu langsung menggembungkan pipinya dengan sebal. "Hei!" ucapnya sebagai kalimat protes yang tidak terima di panggil dengan nama seperti itu.     

Memangnya apa bagusnya dipanggil 'gadis pluto'? Apa dia sama dengan planet yang mengorbit matahari secara langsung itu? Menyebalkan sekali. Padahal ada julukan lain yang lebih romantis dan terdengar tidak terlalu menjijikkan. Tapi dari awal tetap saja itu panggilan permanen untuk dirinya.     

"Apa?" Tanya Vrans seolah-olah tidak merasa bersalah sama sekali karna sudah memanggil gadisnya dengan julukan seperti itu. Lagipula, unik bukan? Laki-laki mana lagi memangnya yang memanggil gadisnya dengan sebutan pluto atau bahkan aneh? Pasti tidak ada.     

Vrans tau Xena itu berbeda dengan tingkah yang unik. Dan untuk mendeskripsikan itu semua, ia lebih memilih pluto sebagai objek yang dapat disamakan oleh gadis itu.     

"Itu bukan nama ku, bosayang!" lagi-lagi, Xena meluncurkan kalimat protes karena masih tidak ingin dipanggil dengan nama seperti itu.     

Vrans mengulum sebuah senyuman manis yang terlihat sangat menyebalkan di mata Xena. "Lalu? Memang nama ku bosayang? Nama aku Vrans Moreo Luis." ucapnya sambil mendekati Xena sambil duduk di atas kasur tepat di samping gadisnya.     

"Tidak peduli, aku akan tetap memanggil dengan sebutan bosayang." ucap Xena seakan-akan tidak ingin mengalah. Ia menyilangkan kedua tangannya di depan dada sambil mengalihkan pandangannya ke arah lain. Ia tidak ingin mengalah, karena ia adalah seorang pemenang. Iya, pemenang hati CEO yang sebelumnya berhati beku ini.     

"Dan aku akan tetap memanggil mu gadis pluto atau gadis aneh, bagaimana?" Tanya Vrans sambil meraih dengan pelan dagu Xena supaya menatap ke arahnya. Ia tersenyum manis, lalu mengelus pelan pipi gadisnya.     

Xena yang mendapatkan perlakuan seperti itu langsung membuat pipinya merah merona, sambil masih menahan egonya untuk merajuk sebal ia masih saja menatap Vrans dengan tajam. Ah lebih tepatnya mungkin menggemaskan di mata laki-laki itu. "Menyebalkan!" cicitnya sambil menahan kekehan yang ingin meluncur dari dalam mulutnya.     

"Anggap saja itu panggilan aku untuk dirimu, sayang." ucap Vrans sambil mendekatkan wajahnya ke wajah Xena. Ia bernapas sampai terasa tepat di permukaan wajah gadisnya itu.     

Pada detik selanjutnya,     

Cup     

Satu kecupan singkat berhasil mendarat tepat di bibir Xena yang mungil.     

"Sayang, habis pulang itu langsung saja ke kamar mandi untuk bersih-bersih tubuh." ucap Vrans dengan sangat lembut. Ia adalah laki dingin yang jatuh cinta pada seorang gadis. Dan secara harfiah, tingkat kepedulian seorang 'cold man' lebih tinggi daripada laki-laki biasa lainnya.     

"Tap--"     

"Apalagi kamu pasti lelah, atau aku mau mandiin?" Tanya Vrans sambil mengerling jahil memotong pembicaraan Xena yang bahkan belum sempat menyelesaikan kalimatnya sedikit pun.     

Pada detik itu juga, semburat merah jambu kembali merona dengan sangat. Apa yang dikatakan Vrans barusan pasti membuat detak jantungnya memompa dengan cepat. "VRANS MOREO LUIS!" pekiknya dengan kepala yang seolah-olah mengeluarkan tanduk iblis tak kasat mata. Tidak, ia bukan marah seperti ingin murka. Tapi dirinya terlewat sebal dengan ucapan Vrans yang menurutnya sangat vulgar itu.     

"Apa Nyonya Luis?" ucapnya yang tetap mengulum senyuman jahil. Ia sepertinya belum berniat untuk berhenti menjahili gadisnya ini.     

Blush     

Baiklah, Xena sudah tidak tahan dengan kalimat godaan yang diluncurkan oleh laki-laki itu dengan sengaja. "Berani bicara sedikit lag--"     

"Apa? Kamu ingin mencium ku?" Tanya Vrans kembali memotong ucapan Xena sebelum gadisnya itu bisa menyelesaikan ucapannya.     

"Iya!" tiba-tiba saja, gadis itu langsung mendekatkan wajahnya untuk meraih bibir penuh yang terlihat sangat sexy menggoda itu.     

Cup     

"KABUR ADA TUAN TAMPAN YANG MALU AHAHA!" Teriak Xena dengan gelak tawa yang memenuhi setiap sudut kamar.     

Dengan berbekal nekat yang tinggi, Xena langsung saja beranjak dari duduknya lalu berlari masuk ke dalam kamar mandi seperti lari dari tanggung jawab karena sudah mencium Vrans dengan tiba-tiba tanpa persiapan sedikitpun.     

Sedangkan Vrans, laki-laki itu dengan tubuh yang menegang segera memegang bibirnya yang habis mendapatkan sebuah kecupan singkat dari gadis kesayangannya. "Lama-lama sepertinya aku akan di mabuk asmara," gumamnya sambil mengerjapkan mata supaya kesadarannya kembali pada titik yang normal.     

Berusaha mengatur detak jantungnya, Vrans langsung beranjak dari duduk dan berjalan menuju ke arah ruang kerjanya dengan santai.     

Kembali mengerjakannya pekerjaan kantor di rumah adalah kegiatan paling favorit yang selalu ia lakukan. Tanpa bekerja dengan giat, mungkin ia tidak akan pernah bisa mempunyai rumah megah dengan isinya yang terlampau terdapat banyak barang-barang harga fantastis.     

"Kalau begitu, sebaiknya aku kembali bekerja." gumamnya sambil mengalihkan pikirannya supaya tidak kembali memikirkan tindakan manis Xena yang sangat jarang gadisnya itu lakukan.     

Demi memperbaiki suasana hatinya yang mulai berantakan karena efek samping dari kecupan Xena, ia langsung saja duduk di kursi kerja kembali menatap layar laptop dengan serius.     

"BOSAYANG! AKU LUPA MENGAMBIL HANDUK!"     

Baru saja dirinya ingin membuat jemarinya menari-nari di atas keyboard laptop, ia langsung saja beranjak lagi dari duduknya.     

Pelupa, salah satu sifat dominan yang Xena miliki juga. Padahal sebelum mandi seharusnya gadis itu mengingat benda utama yang sangat di perlukan untuk menyudahi aktivitas di kamar mandi.     

Vrans kembali keluar dari ruang kerjanya, lalu langsung bergegas membuka lemari pakaian gantung dan mengambil baju handuk milik gadisnya yang berwarna putih bersih itu. Ia langsung saja melangkahkan kaki mendekati pintu kamar mandi.     

Tidak ingin menghabiskan suaranya untuk berteriak atau memanggil Xena, ia langsung saja membuka pintu kamar mandi tanpa memberitahu gadis yang berada di dalam sana.     

"Sayang ini handukn--"     

Tepat sekali pada arah matanya, Vrans langsung melihat pemandangan yang membuat dirinya mematung dengan sempurna.     

"AAAAA MESUM!" Teriak Xena begitu melihat Vrans yang masuk ke dalam kamar mandi tanpa aba-aba. Pasalnya, ia sudah melepaskan semua bahan yang melekat pada tubuhnya. Ah iya, kecuali pakaian dalamnya yang kini masih terpakai di tubuhnya.     

Dengan cepat, Xena langsung saja berlari ke arah tirai yang terdapat di dekat bathtub. "KEMARIKAN HANDUK KU, DAN SEGERA KELUAR LAH BOSAYANG!"     

Vrans mengerjapkan kedua bola matanya kala melihat Xena yang sudah menyembunyikan tubuhnya pada tirai. "Lagipula aku sudah melihatnya, seharusnya kamu saja yang keluar." ucapnya sambil berjalan mendekati gadisnya yang hanya menimbulkan kepala dengan wajah cantiknya saja.     

Xena bersiap untuk melempar sikat gigi yang berada di dalam genggamannya. "Cepat kemarikan, awas saja mendekat lebih dekat."     

"Kamu mengatakan apa? Sangat berbelit sekali." ucap Vrans sambil terkekeh geli. Ia menggelengkan kepalanya lalu menyodorkan handuk kepada Xena dengan alis yang naik turun. Ia ternyata kembali berniat menggoda gadisnya dan melupakan apa yang dikatakan gadisnya itu.     

Xena menjulurkan lidahnya ke arah Vrans sambil menekuk senyuman. "Apa?!" ucapnya sambil merebut handuk yang dijulurkan oleh laki-laki yang kini menatap dirinya dengan kekehan kecil.     

Merasa sudah puas dengan perlakuan dirinya terhadap Xena, ia akhirnya berdehem untuk menginterupsi suasana supaya kembali normal. "Kalau begitu, aku kembali bekerja. Jangan berlama-lama mandinya nanti dingin karena hari sudah gelap." ucapnya sambil melangkah meninggalkan Xena yang sudah menatapnya dengan sorot mata lega.     

Huft     

Begitu Vrans sudah hilang dari balik pintu kamar mandi, ia keluar dari tempat persembunyiannya dengan helaan napas. "Astaga, aku panik sekali."     

Karena bagaimanapun juga, ia adalah gadis suci yang sebelumnya tidak pernah mengumbar bentuk dirinya pada banyak laki-laki. Ah membayangkan hal itu ia sangat jijik. Tapi, berhubungan Vrans sudah berstatus sebagai tunangannya jadi hal ini bukanlah masalah besar. Lagipula apapun yang terjadi tidak dapat terulang kembali dan memutar waktu supaya tidak terjadi.     

Lebih salutnya lagi, Vrans sama sekali tidak pernah berpikiran kotor pada dirinya. Ia selalu memanjatkan puji syukur karena mempunyai seorang laki-laki yang dekat dengan dirinya tanpa berniat untuk merusak.     

"I'm proud and I love him,"     

...     

Next chapter     

:red_heart::red_heart::red_heart::red_heart::red_heart:     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.