My Coldest CEO

Empat puluh satu



Empat puluh satu

0Disinilah Sean saat ini, di gedung tua posisi awal dirinya menculik Xena bersamaan dengan Hana. Hana, gadis menyedihkan yang selalu merasa lebih jika di bandingkan dengan dirinya. Orang-orang selalu mencari dirinya dan selalu di bayar dengan jumlah besar, berbeda dengannya. Bahkan orang-orang tidak percaya dengan kemampuannya. Lihat? Memangnya seburuk apa dirinya? Ia yang berhasil membunuh Hana hanya dengan sebuah pistol biasa di tangannya.     
0

Dan mengingat bagaimana dirinya bisa lolos dari penjara, jawabannya karena dia selalu memiliki akses tersendiri.     

Throwback     

Sean duduk manis di kursi yang di sediakan di dalam penjara. Ia tersenyum kala melihat seorang petugas yang selalu menjaga dan mengecek kesehatan para kriminalitas ini dengan teliti.     

"Apa kabar hari ini, lebih baik?"     

Nama petugas keamanan itu biasa di sebut dengan D.Krack, nama yang biasa Sean sebut untuk dirinya.     

Sean tersenyum miring. "Aku tidak pernah merasa jauh lebih baik dari sebelumnya. Bagaimana pendapatmu jika aku membunuh kamu pada detik ini juga?"     

"Aku yang akan lebih dulu meracuni dirimu, Sean." Balas D.Krack dengan kekehan yang terdengar menyeramkan. Dulu, dia adalah laki-laki yang selalu memiliki catatan kriminal di setiap penjara yang berada di New York City. Namun berkat kecerdasannya saat ini, dia berhasil menjadi petugas kesehatan di dalam penjara yang tentunya di salah artikan untuk membantu para tahanan yang sekiranya dapat memberikan dirinya keuntungan besar. Tentu saja hal ini sudah di persiapkan oleh D.Krack dengan penyamaran yang sangat sempurna.     

Sean tersenyum miring. "Masih sama ternyata ancamannya hanya obat-obatan tidak berguna itu." Ucapnya sambil menumpuk kaki kanannya di atas kaki kirinya. "Bisa berikan aku penyamaran mu? Aku masih memiliki tugas di luar sana."     

D.Krack yang selesai mengecek kondisi ruangan yang di tempati Sean pun menoleh. "Untuk apa penyamaran? Jika aku menaruh kamu ke dalam penjara yang sudah khusus di buatkan jalur untuk meloloskan dirim. Periksa cermin di sana dan kamu akan menemukan tombol ruang bawah tanah yang langsung membawa kamu ke hutan."     

Sean tersenyum, D.Krack memang selalu memiliki cara untuk membuat dirinya terkesan. "Karena kamu selalu meloloskan aku dari penjara, maka diamlah dan secara otomatis tabungan di rekeningnya kamu akan bertambah sebagai imbalannya."     

"Senang bekerja sama dengan pembunuh bayaran."     

Sean hanya mengangguk melihat D.Krack yang perlahan meninggalkan tempatnya.     

"Senang kembali masuk ke dalam target, Xena."     

Throwback off     

Sean menyesap sebatang rokok yang sedari tadi menemani kesunyiannya. Ia benar-benar akan menjadi pembunuh bayaran yang paling hebat, lihat saja.     

Ia lagi-lagi tersenyum miring karena bangunan tua ini sudah ia modifikasi menjadi ladang ranjau yang mematikan. Jangan sampai salah melangkah.     

Jika Xena sulit untuk ia gapai dengan tangannya sendiri, maka ia akan membawa gadis itu menemui dirinya. Mudah sekali karena Vrans kekasihnya akan ia pisahkan dari gadis itu.     

Jika Hana membunuh menggunakan cara yang klasik, kali ini ia akan sedikit bermain-main dengan otaknya.     

Ia sudah membuat beberapa ilusi untuk mengecoh Xena dan Vrans yang beranggapan jika Paula berada di satu gedung yang sama dengannya. Padahal tidak. Ia berharap supaya rencana pengecohannya akan berhasil. Beberapa teman mereka hanya bisa menjadi hama yang merepotkan.     

"let's start the game."     

...     

Xena membuka pintu bangunan tua ini dengan berbagai macam perasaan. Ia menatap Vrans yang menatap dirinya dengan sorot mata khawatir, padahal sudah berkali-kali ia bilang pada kekasihnya itu jika dirinya baik-baik saja.     

"Tenang, Vrans."     

"Bagaimana bisa aku tenang jika kamu terancam bahaya?"     

"Ya aku tidak tau. Tapi kalau sampai aku baik-baik saja, traktir aku taco ya, bosayang." Ucap Xena dengan sangat bersemangat. Ia sedikit rindu dengan kelezatan taco yang menyapa indra pengecap miliknya.     

Vrans tersenyum simpul. Ia hanya takut tidak bisa menjaga gadis ini untuk kedua kalinya. Ia tidak ingin kehilangan senyum Xena untuk kedua kalinya, ia tidak akan pernah siap dengan segala kemungkinan buruk yang akan terjadi.     

Karena Vrans, sudah menyiapkan segalanya untuk Xena.     

"Berjanjilah untuk tidak--"     

"Janji-janji terus ih. Kamu sangat cerewet, aku tidak kenapa-kenapa dan tidak akan kenapa-kenapa. Harus aku bilang sejuta kali?"     

"Harus."     

Xena mencubit pinggang Vrans. Disaat seperti ini laki-laki itu masih saja membuat dirinya gemas. Memang menyebalkan.     

Vrans menatap bingung pintu masuk yang menjadi memiliki dua akses pintu masuk lagi untuk menuju ke dalam. Apa-apaan ini semua? Sean benar-benar ingin bermain dengan dirinya dan juga Xena. Atau... hanya ingin bermain dengan gadisnya saja?     

"Tetap bersamaku, Xena."     

Xena menggeleng. "Sean ingin kita terkecoh. Jika salah satu dari kita berhasil mencapai jalan yang laki-laki itu inginkan, jangan lupa untuk tetap berhati-hati." Ucapnya sambil melangkah menuju pintu yang sebelah kiri.     

Sebelum gadis itu sempat meraih gagang pintu, Vrans menarik pergelangannnya supaya tidak melangkah tanpa ada pengawasan darinya. "Aku bilang tetap bersamaku, gadis pluto yang sangat keras kepala."     

Xena melepaskan genggaman tangan Vrans pada pergelangan tangannya. "Kalau nanti kita mengambil jalan yang salah, itu lebih memakan waktu, Vrans. Percayalah." Ucapnya sambil mengecup pipi kiri Vrans, ia mengusap jambul laki-laki itu dengan lembut. "Jangan khawatir."     

Vrans menghela napasnya. "Jika terjadi sesuatu pada kamu, aku tidak akan memaafkan diriku sendiri."     

"Bawel kamu, bosayang."     

"Tetap aktifkan ponsel kamu, ya. Kamu harus menghubungi aku jika terjadi sesuatu, begitu juga sebaliknya."     

Xena mengangguk lalu tersenyum manis. "Sampai jumpa, semoga setelah ini kita akan menikah ya bosayang."     

Mereka mengejar apa yang tidak perlu di kejar. Mereka tidak akan menyelamatkan siapa-siapa, justru merekalah yang memang di incar oleh Sean.     

Vrans menatap kepergian Xena yang sudah menghilang di balik pintu. Rasa khawatir itu muncul kembali, ia segera menyusul Xena namun gagang pintu tersebut kaku seperti tidak bisa di gerakkan.     

"Shit!!"     

Ia berusaha mendobrak pintu tersebut, tapi nihil. Pintunya benar-benar terkunci dengan rapat, tidak ada peluang bagi dirinya untuk masuk ke dalam.     

Kali ini yang ada di pikiran Vrans, Permainan apalagi yang dilakukan Sean untuk Xena-nya?     

Ia memijat pelipisnya, sekeras apapun dirinya berusaha pintu ini memang benar-benar tidak bisa terbuka. Seberapa matang rencana yang di buat Sean tanpa keluar penjara sedikit pun?     

Lagi-lagi, ia perlu berhati-hati dengan pembunuh bayaran yang memiliki banyak akses untuk apapun.     

Vrans segera membuka pintu bagian kanan. Ia mulai melangkah masuk, dan ya, seperti pintu milik Xena tadi, pintu miliknya juga langsung terkunci rapat. Seolah-olah Sean sudah tau jika hanya ada dua orang saja yang akan masuk ke dalam sini. Laki-laki itu sangat profesional.     

Ia mengernyit kala melihat sekeliling lorong yang terdapat banyak figura foto. Tau Giovanni Brusca? pembunuh tersadis sekaligus sangat di kenal dalam sejarah mafia Sisilia terpajang jelas di dinding lorong.     

//     

Fyi; Giovanni Brusca, atau nama julukannya U verru atau U scannacristiani, lahir di San Giuseppe Jato, 20 Februari 1957; umur 63 tahun, adalah seorang pembunuh bayaran tersadis yang pernah ada di dunia. Ia terhitung telah menghabisi nyawa setidaknya 200 orang.      

//     

Banyak sekali pembunuh bayaran di dunia yang di pajang jelas, entah apa maksud Sean mendekorasinya seperti ini.     

Yang ia lebih bingung kan adalah, saat ini ia memasuki ruangan yang di penuhi kaca.     

Sepertinya Vrans berada di labirin kaca.     

...     

Next chapter     

:red_heart::red_heart::red_heart::red_heart::red_heart:     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.