My Coldest CEO

Tiga puluh lima



Tiga puluh lima

0  "Vrans, aku ingin tidur." Rengek Xena melihat ke arah laki-laki yang kini tengah menyesap secangkir teh hangat sambil memeluk tubuhnya dengan erat, seolah-olah tidak ingin ia pergi dari jangkauannya.     
0

  Vrans menaikkan sebelah alisnya, lalu menatap kedua manik mata Xena dengan tatapan yang menelusuri. Terlihat mata gadis itu yang sudah memerah menahan kantuk dan juga kantung mata yang sudah sedikit menghitam. Sepertinya gadis ini benar-benar mengantuk.    

  "Jam baru menunjukkan pukul tujuh malam, kamu yakin ingin tertidur?" Tanya Vrans mengingat jam tidur Xena yang memang selalu di atas jam sembilan malam. "Ada apa? Atau ada yang kamu pikirkan?"    

  Xena menggeleng cepat, entah kenapa tubuhnya kini terasa sangat teramat pegal. Sepertinya ia kurang istirahat. "Aku hanya mengantuk, Vrans." Ucapnya sambil menutup mulutnya yang menguap kantuk.    

  Vrans mengusap lembut kening dan juga puncak kepala Xena secara bergantian, membuat gadis itu merasa nyaman dan langsung masuk ke dalam dunia mimpi. Melihat Xena yang sudah mulai mengerjapkan matanya, Vrans segera menggendong gadis itu ala bridal style. Dengkuran halus mulai terdengar, membuat dirinya tersenyum hangat.    

  "Gadis pluto yang aneh."    

  Ia segera menaruh tubuh mungil Xena diatas kasur king size miliknya. Wajah gadis itu terlihat damai dan menggemaskan, tidak ada lagi wajah mengesalkan yang suka sekali mengganggu dirinya. Dengan cepat, ia mencium kening Xena lalu menyelimuti tubuh gadis itu supaya tidak kedinginan.     

  "Have a nice dream, baby. I love you."    

  Setelah itu, Vrans meraih ponsel milik Xena dan memeriksanya, hal seperti ini sudah biasa bagi Xena. Dan gadis itu merasa tidak masalah akan hal ini. Lagipula ia hanya ingin melihat isi dari galeri gadis itu, ya seperti yang dirinya bayangkan pasti gadis itu hanya menyimpan fotonya.    

  Dan voila, benar saja.    

  Gadis itu suka sekali meminta dirinya untuk berpose, dan akhirnya diabadikan di ponselnya. Ia perlu mengacungi jempol untuk Xena karena hasil potretnya benar-benar bagus. Tidak seperti di ambil dari kamera ponsel.    

  Ia juga mengingat saat dirinya ingin menyalurkan genggaman tangannya untuk Xena, namun gadis itu menyuruhnya jangan bergerak untuk di foto dalam pose seperti itu. Menggemaskan.    

  Ia terkekeh kecil melihat beberapa foto dirinya, ah bukan beberapa tapi hampir seluruh isi ponsel itu hanya foto dirinya. Apa Xena tidak pernah berfoto?    

  Dan ia ingat foto yang ini murni hasil jepretan dirinya sendiri. Ia sangat penasaran dengan filter Instagram yang sangat disukai oleh Xena, alhasil ia mencobanya. Jika dilihat-lihat, lucu juga.    

  Ia terus saja melihat seluruh fotonya sampai ujung, tidak ada yang ia lewatkan. Xena memang sangat menyayangi dirinya sampai-sampai seluruh hidupnya hanya diisi dengan dirinya, Vrans Moreo Luis. Ia sangat beruntung dicintai dengan tulus tanpa adanya kata 'terpaksa'. Yang awalnya ingin menyingkirkan gadis itu, berubah menjadi rasa sayang yang sangat dalam.    

  Benci berubah menjadi cinta, benar? Ah, bahkan hidupnya terasa seperti di dalan novel.    

  Vrans tersenyum hangat melihat Xena yang sudah terbuai dalam mimpinya sambil menaruh Kemabli ponsel gadis itu di atas nakas. Dengan perlahan ia ikut menidurkan dirinya di samping tubuh Xena tepat menghadap gadis itu. Tatapan matanya menulusuri setiap inci sudut wajah Xena. Tidak terlalu cantik, namun manis.     

  "I love you."    

  Ia memeluk tubuh Xena, lalu mulai memejamkan matanya karena tiba-tiba rasa kantuk juga menerjang dirinya.    

  Vrans sudah menyiapkan segalanya.    

  ...    

  Masih dengan Paula yang kebingungan ingin mencari tempat tinggal, gadis itu kini duduk di sebuah restoran cepat saji untuk makan malam. Hanya sebuah burger, seporsi kecil spaghetti, dan juga minuman sodanya. Bagaimanapun juga ia harus berhemat karena sebagian uangnya sudah terkuras habis untuk membayar Hana dan Sean.    

  Napasnya terdengar kasar tanda ia benar-benar frustasi dengan ini semua, terlebih lagi Klarisa menghapus semua foto dan vidio bersama dirinya di sosial media. Entah kenapa rasa bersalah sekaligus penyesalan yang dalam menghantui dirinya sejak kemarin. Tolong, ia hanya manusia biasa yang tidak pernah luput dari kesalahan.     

  "Permisi, kak."    

  Paula menoleh dan mendapati seorang gadis cantik yang menatap ke arah dirinya dengan tatapan takut sambil membawa nampan yang berisi beberapa makanan junkfood. "Iya, ada apa?"    

  "Aku boleh duduk disini? Sepertinya bangku yang lain sudah penuh semua."    

  Paula menatap gadis itu sambil tersenyum tipis, sudah lama ia tidak di tegur oleh seseorang seperti ini.    

  Dan mengingat memang hari ini adalah malam minggu yang sangat dinantikan setiap pasangan, jadilah restauran cepat saji ini padat oleh beberapa pasangan yang sedang kencan ataupun sekedar mengobrol ringan. "Boleh."    

  Awalnya memang terasa sangat canggung, terlebih lagi sifat riang Paula menguap begitu saja semenjak kejadian akhir-akhir ini. Rasa bersalah selalu saja menghampiri jalan pikirannya, ia tidak tenang.     

  "Kakak mau pindahan?"     

  Paula mengikuti arah pandang gadis itu yang menatap penasaran ke arahnya dan ke sebuah koper yang memang selalu menemani dirinya sejak ia di usir dari rumah Grandpa-nya. Ia hanya tersenyum untuk menanggapi. Bagaimanapun juga gadis itu adalah orang baru yang hanya angin lalu bagi hidupnya, mungkin. Jadi, tidak perlu kan menceritakan hal ini pada gadis itu?    

  "Maaf sebelumnya, nama aku Raquel Tathtion, berasal dari Paris."    

  (Yang sudah baca My Sweet Husband pasti tau siapa itu Raquel)    

  "Paula Victoria Davinci."    

  Sepertinya Paula mulai risih dengan kehadiran Raquel disini. Menurutnya, gadis itu terlalu memiliki rasa penasaran yang berlebihan untuk porsi seseorang yang baru saja bertemu dengan orang lain. "Maaf, aku harus pergi."    

  Raquel yang melihat Paula ingin beranjak dari duduknya sontak langsung bergerak dan menahan tubuh Paula. Ia merentangkan kedua tangannya. "Aku bisa membawamu ke rumahku, bagaimana? Sepertinya kamu butuh tempat tinggal."    

  Tiba-tiba niat untuk pergi dari hadapan gadis itu musnah begitu saja saat mendengar tawaran menggiurkan dari Raquel. Bagaimanapun juga ia tidak boleh naif, ia benar-benar membutuhkan tempat tinggal. "Baik." Ucapnya sambil menghembuskan napas. Dalam hati dirinya senang bisa bertemu dengan seorang gadis yang welcome terhadap dirinya.    

  "Kalau begitu, tunggu aku habiskan semua makanan ini. Aku sangat lapar."    

  "Iya."    

  Mereka berdua kembali duduk. Raquel yang sibuk menyantap junkfood miliknya, dan Paula yang sibuk melihat akun Instagram miliknya.    

  @paulaaa 1h     

  Ia hanya tersenyum melihat postingan instastory miliknya. Baru saja ia post satu jam yang lalu. Ia sangat berharap Klarisa menotice dirinya, namun sayang sahabatnya itu kini telah menjadi penikmat status dirinya.     

  "Miss her." Gumam Paula sambil menatap sendu layar ponselnya. Ia benar-benar tidak tau lagi harus meminta maaf dengan cara seperti apa. Coklat, bunga, bahkan beberapa carik surat yang ia luncurkan untuk Klarisa pun sama sekali tidak terbalaskan.     

  Memang benar, kecewanya orang yang periang adalah malapetaka bagi seseorang yang berani menyakiti hatinya.     

  Dan Paula, merasakannya.    

  "Aku boleh tau nama Instagram kamu?"    

  Paula berdecak kecil, lalu mendongakkan kepalanya menatap Raquel yang kini sedang melalap beberapa potongan kentang goreng yang tidak di beri saus apapun. "Untuk?"    

  "Aku hanya ingin follow."    

  Gadis ini benar-benar terlalu... Ah menyebalkan!    

  Raquel menjulurkan tangannya, memberi ponselnya pada Paula untuk mengetik username Instagram milik gadis itu. Dengan cepat, Paula mencari username miliknya dan langsung mengembalikan ponsel itu. Ia hanya tidak ingin berbasa-basi dan mengulur waktu lebih lama lagi.    

  "Woahhhh! Kamu diikuti oleh Klarisa dan Damian? Menakjubkan!" Pekik Raquel dengan heboh.     

  Paula memutar bola matanya lalu kembali melihat beberapa foto idolanya, membiarkan Raquel yang kini sudah menghujani dirinya dengan berbagai macam pertanyaan.     

  Raquel benar-benar gadis yang bawel.    

  Kalian tau? Setiap orang yang pernah melakukan kesalahan, membutuhkan kesempatan kembali untuk mengubah segalanya. Begitu juga dengan Paula. Bukan berarti sifat ia yang kemarin tidak bisa di maafkan dan ia tidak berhak untuk mendapatkan kebahagiaan lagi. Kalian salah. Setiap manusia punya kekurangan masing-masing, jadi kalian jangan memandang seseorang karena pernah melakukan kesalahan padamu. Memang sulit, namun jika kamu menjadi membenci orang itu, apa semuanya akan kembali baik-baik saja?    

  ...    

  Next chapter...    

  :red_heart::red_heart::red_heart::red_heart::red_heart::red_heart:


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.