HE ISN'T MYBROTHER

Mama Sedang Belajar, Nak!



Mama Sedang Belajar, Nak!

0"Nathan mau mama! Mau mama!"     
0

"Nefa mau dipeluk mama. Nefa kangen mama. Mama kenapa tidak pulang, Nenek? Hikss!"     

Mami Sarah menghela napas dalam mendapati seluruh usahanya dan para pelayan serta kedua mantunya sia-sia. Kedua bocah kembar itu masih saja terus menangis tanpa henti memanggil nama ibu mereka.     

Dirinya juga sudah memberi penjelasan kepada Nathan dan Nefa yang sudah ia anggap sebagai cucu kandunganya seperti Fira. Namun ia menyesali ketidak berdayaan dirinya sebagai seorang nenek tua.     

"Sayang, lihat di sana ada bintang. Apa Nefa bisa melihatny?" ucap Sellyn saat perempuan itu sudah mengamnil alih kembali Nefa yang memberontak dari gendongan pelayan rumah mama mertuanya.     

Nefa menggaruk wajahnya yang sudah memerah. Balita sahabatnya ini memang tidak bisa terlalu sedih karena akan membuat alerginya bereaksi seperti ini.     

"Nefa jangan digaruk, Sayang. Itu akan menjadi lebih sakit. Kita lihat bintang aja di atas." Ulang Sellyn yang masih saja gagal karena gadis kecil itu tidak mau menurut padanya. Nefa masih saja menangis menderu sembari menggaruk rambut wajahnya.     

Sellyn mengusap wajah cantiknya yang sudah kacau semakin kacau lagi. Saat mendapati manik mata hitamnya mellihat Nathan juga tidak mau digendong siapa pun.     

Beruntung Fira sudah ia tidurkan terlebih dulu sebelum ia menggantikan mami mertuanya untuk menangani Nefa.     

"Mau mama. Mama di manaa, Nefa mau digendong mama. Nefa ngantuk, Tante. Mau digendong mama," Nefa masih saja mengulangi perkataan rengekannya untuk mendapatkan mamanya berdiri di sini dan menggendongnya hingga tertidur.     

Sellyn mengusap lembut pucuk kepala putri sahabatnya. Tak henti-hentinya Sellyn menderatkan kecupan sayang pada Nefa. Hatinya begitu sakit saat melihat gadis sekecil Nefa sudah ditinggal mamanya.     

"Nefa gadis baik. Nefa harus menurut pada Tante yaa? Sekarang berhenti menangis, Tante akan menggendong Nefa sampai tertidur, okay?" tawar Sellyn yang berharap Nefa akan setuju. Namun, jawaban yang ia terima jauh dari itu.     

Nefa kembali menangis dengan tubuh semakin memberontak tidak ingin ia gendong. Sellyn kualahan dengan Nefa yang sama sekali tidak bisa disentuh oleh orang lain. Begitu pun dirinya yang bisa dikatakan sangat sering menghabiskan waktu bersama dengan Fira dan Nefa.     

Suara sepatu pantofel yang datang membuat Sellyn mengulas senyum lega. Tak hanya dirinya. Seluruh orang di sana juga melebarkan senyum menyambut kedatangan sang pawang dari kedua bocah kembar itu.     

"PAAPAAA!" teriak Nathan yang langsung membuka lebar kedua tangannya untuk minta digendong pada lelaki tampan itu yang sudah memperpendek jarak di antara mereka.     

Nathan langsung mengambil putra kecilnya yang masih saja terisak dari gendongam mami Sarah.     

"Jagoan kenapa menagis?" tanya Delon yang sudah menatap putraha yang sedang mengerucutkan bibirnya menahan tangis yang akan segera meluncur kembali.     

Kepala Delon sontak menoleh ke arah suara kecil dengan sesenggukan memanggil dirinya.     

"Papaa... Nefa kangen papaa," ucapnya yang juga sudah melebarkan pelukan pada lelaki tampan itu yang menyambut dengan penuh cinta.     

"Tuan putri kecil papa juga menangis. Ada apa?" tanya Delon yang sudah menderatkan bibirnya di kening kecil Nefa.     

Nefa langsung mengalungkan kedua tangan kecilnya di leher tegas papanya. Tangisnya kembali pecah.     

"Nefa kangen mama, Pa. Apa mama pulang? Apa mama marah dengan Nefa? Nefa nakal ya?" Pertanyaan beruntun itu membuat hati Delon begitu sakit. Bagaimana caranya ia mengatakan ini keadaan mama mereka. Sedangkan kedua anaknya belum.mengetahui kabar Rachel saja sudah menangis sesedih ini.     

Cup     

Cup     

Delon mencium kembali ke dua pipi merah basah kedua anaknya. Tanpa membalas pertanyaan Nathan dan Nefa. Ia membawa kedua anaknya untuk masuk ke dalam kamar melewati seleuruh orang yang menatap sendu pada tangis kedua bocah kecil itu yang masih belum reda.     

"Akhirnya Nathan dan Nefa udah nggak terlalu menangis ya? Aku sampai kualahan menggendong Nathan. Nathan dan Rachel seperti Rachel kecil. Kalau sudah nangis, pasti seluruh orang akan dibuat heboh," ucap mamai Sarah seraya menghela napas panjang.     

Monica melempar tubuh lelahnya di atas sofa dengan mata memeja. Disusul Sellyn yang ikut membanting tubuh di samping Monica.     

"Setidaknya mereka produk berhasil, Mi. Lihat wajah sempurna Nathan dan Nefa. Monica pikir kedua anak singa betina itu akan membuat orang lain semakin pusing dengan kepintarannya," sahut Monica sembari mengulas senyum merkahnya.     

Sellyn hanya menanggapi dengan anggukkan. Tanda dirinya juga setuju dengan apa yang dikatakan sahabat sekaligus adik iparnya.     

"Adik ipar jelekku memang benar, Ma. Tidak perlu cemas lagi. Mbak-Mbak yang di sini kembali bekerja lagi tidak apa-apa. Anak konda sudah mendapat pawangnya," ujar Sellyn seraya tertawa ccekikan.     

Para pelayan pun menuruti apa yang dikatakann majikannya. Merja juga tidak enak jika terlalu lama di sana.     

"Kami semua permisi, Nyonya. Masih ada pekerjaan," kata salah satu dari mereka untuk mewakilan beberapa pelayan.     

Wanita paruh baya itu pun mengangguk. Membiarkan para pelayannya untuk kembali bekerja.     

"Kalian tahu siapa yang tega menabrak Rachel?" tanya Mami Sarah menelisik. Dan sontak kedua perempuan muda itu menggeleng bersamaan.     

"Haduhh! Kalian berdua memang anak muda kurang update!" Wanita paruh baya itu menepuk keningnya dengan berat.     

Sedangkan di dalam kamarnya. Kamar yang baru saja tadi malam Delon memeluk tubuh Rachel dengan erat. Tapi, sekarang tempat tidur itu terasa enggan untuk Delon tempati jika tidak ada kedua anaknya itu.     

"Nefa mau dipeluk papa," ucap gadis kecil itu yang tadi memilih tidur sendiri di atas te.pat tidur Delon. Setelah ia berhasil menenangkan kedua anaknya.     

Nefa berjalan terhuyung karena tubuh kecilnya masih belum imbang berjalan di atas tempat tidur empuk itu.     

Delon melebarkan tangannya untuk menerima pelukan putrinya. Sedangkan Nathan juga masih berada di pelukannya memainkan dagu tegas Delon.     

"Mama tidak akan pulang dulu. Mama sedang belajar jauh. Jadi, Nathan dan Nefa tidak boleh menangis. Kasihan nenek kecapekan menggendong kedua anak papa yang sudah bertambah berat," kilah Delon. Ia berusaha menjadi sosok ayah seperti kedua anaknya kenal.     

Sedangkan sosok rapuhnya ia sisihkan agar tidak bisa terlihat oleh kedua anaknya.     

"Kenapa mama belajar? Mama sudah sangat pintar, Pa. Nefa juga mau ikut. Apa mama belajar di rumah Deno?" tanya Nefa dengan mata coklat bening seperti mata istrinya. Suaa kecil menggemaskan itu membuat Delon membalas dengan senyum getirnya.     

Delon hampir saja tak kuasa menahan linangan air matanya untuk kembali turun saat mengingat keadaan Rachel sangat jauh dikatakan baik-baik saja.     

"Nathan mau digendong mama. Terus dicium-cium. Tapi, sekarang mama sedang belajar. Nathan akan menunggu mama sampai pulang. Nathan pasti akan menjaga adik Nefa yang cengeng," sahut Nathan dengan senyum sumringahnya menatap ke arah Nefa yang kembali mencebikkan bibir kecilnya.     

"Kakak juga cengeng. Suka main-main komputer papa. Sama ponsel mama. Hayo? Nggak mau ngaku?"     

Delon yang mendengar aduan putrinya langsung melepaskan pandangan membulat. Sejak kapan putranya suka dengan komputer?     

"Nathaan apa benar yang dikatakan adikmu, Sayang?"     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.