HE ISN'T MYBROTHER

Siapa yang Memberi Bunga?



Siapa yang Memberi Bunga?

0Senyum tergores di bibir Rachel dengan canggung. Apa yang lelaki itu katakan benar-benar seperti sedang mengipasi bara api yang masih memerah.     
0

"Aku suaminya. Siapa yang kauanggap keponakan? Dia?" Delon menunjuk ke arah tubuh putrinya. Namun, lelaki itu hanya diam dengan melesatkan pandangan bingung ke arah Delon.     

"Dia putri kami. Dan ini Kakaknya." Delon kembali menunjuk ke arah tubuh Nathan yang berada digendonganmya.     

Rachel bingung harus mengatakan apa. Karena isu-isu miring yang telah menyebar luas bahwa duda beranak satu di depannya itu memang menyukai dirinya.     

Rachel pernah mendengar jika lelaki itu pernah diam-diam membuntuti Rachel hingga ke ruangan Delon. Tapi, Rachel tidak pernah sama sekali melihat lelaki itu memberi perhatian lebih pada Rachel.     

"Kak, sudah. Kita sudah harus berangkat ke kantor," kata Rachel yang mencoba untuk membuat suaminya tidak lagi marah. Tapi, panggilan Rachel pada Delon sontak membuat lelaki di depan mereka mengangkat kepala.     

Senyum samar tergores di bibir lelaki itu. Ia mendengar dengan jelas jika Rachel menyebut Delon sebagai sudaranya, bukan sebagai suami. Kenapa dirinya harus menyerah mendapatkan perempuan cantik itu?     

'Dia pasti hanya berpura-pura mengatakan jika gadis kecil itu sebagai putrinya. Yang aku tahu, Tuan Delon selalu menyimpan istrinya di rumah. Dan tidak mungkin Tuan Delon berani menunjukkan dirinya dengan istrinya di depan umum,' batin lelaki tersebut.     

"Maaf Tuan Delon saya hanya menyapa Bu Rachel, Tuan Delon. Dan perkenalan ini anak saya, Aldo ...." Lelaki itu memperkenalkan putranya yang hanya mengangguk ke arah Rachel dan Delon.     

Sedangkan Nathan menatap begitu memicing ke arah bocah laki-laki itu.     

"Hallo, Aldo! Apa kamu mengenal putri cantiku?" sapa Rachel sembari menunjukkan keberadaan Nefa yang justru bersembunyi di balik leher Rachel.     

"Hei, kenapa Sayang. Itu bukannya temanmu juga?" imbuhnya pada sang putri. Tapi, Nefa justru membalas dengan gelengan kepala.     

Delon semakin tidak suka dengan keakraban yang baru saja terjadi. Ia tidak buta untuk melihat ketertarikan lelaki itu pada istrinya. Padahal Delon sudah mengatakan status dirinya dan Rachel.     

"Dia bukan teman kami, Ma! Dia yang sudah membuat Nefa nangis. Dia nakal!" seloroh Nathan menunjuk tegas ke arah bocah yang memakai seragam yang sama dengan Nathan dan Nefa.     

Umpatan keras terlontar dari dalam hati. Ia tidak menyangka usahanya mendapatkan perempuan cantik itu terkendala oleh putranya sendiri. Dan apa tadi? Mama? Bocah kecil itu memanggil Bu Rachel Mama?     

Pandangan lelaki itu langsung menunduk. Menatap lekat pada sang putra untuk mencari jawaban di sana.     

"Be-benar, Pa. Aldo nggak sengaja," jawabnya dengan terbata.     

"Bohong! Dia teman sekelas Nefa, Ma. Dan dia yang bikin Mega takut masuk sekolah selama ini," tambah Nathan tak kalah membuat Rachel semakin tercengang dan memeluk tubuh putrinya dengan erat.     

Tubuh Nefa bergetar. Entah apa yang dilakukan oleh anak laki-laki itu pada Nefa hingga membuat putrinya ketakutan.     

"Kau yang namanya Aldo?" tanya Delon dengan nada dinginnya. Dan bocah yang dimaksud mengangguk berat. "Apa yang kamu lakukan pada Nefa?"     

Pertanyaan itu membuat Aldo memundurkan tubuh. Mulutnya semakin lengket tak ingin mengeluarkan sepatah kata pun.     

"Apa hukuman yang kemarin itu karena ulahmu itu, Aldo?" Lelaki itu langsung menderatkan tuduhan pada sang putra yang sepertinya jawabamnya adalah iya.     

Akan tetapi, anehnya lelaki tersebut tidak mendapatkan surat apa pun dari pihak sekolahan jika putranya sempat melakukan perundungan.     

Lagi-lagi Aldo diam. Ia menaikkan pandangan pada manik pada tubuh Nefa yang enggan itu berbalik.     

Napas terhembus dengan begitu kasar. Lelaki itu mengangkat pandang ke arah Rachel dan Delon dengan rasa bersalahnya.     

Entah apa status dari Rachel dan Delon yang sempat ia yakini hanya sebagai saudara tersebut. Tapi, apa yang dilakukan putranya sungguh tak bisa dibenarkan.     

"Saya selaku papanya hanya bisa meminta maaf atas perlakuan tidak benar putra saya. Mohon tidak dimasukkan ke dalam hati."     

"Dan untuk Ne-Nefa." Lelaki itu takut salah menyebutkan nama. Namun, ia yakini jika telinganya masih berfungsi untuk menyebutkan nama 'Nefa.' "Om sungguh malu untuk mengakui Aldo sebagai anak Om jika dia melakukan itu. Om, mohon maaf," ucapnya dengan panjang lebar.     

Sedangkan Delon hanya membalas dengan berdecak. Tatapan tajam elangnya masih menjurus pada bocah yang telah membuat putrinya ketakutan.     

"Ingat, Tuan. Anda tahu siapa diriku. Aku tidak akan pernah bermain-main pada orang yang telah menyentuh keluargaku. Sekali lagi putramu mengganggu putriku, jangan salahkan saya mengambil tindakan tegas!" tandas Delon.     

Seketika lelaki itu membungkukkan tubuh, menjawab dengan nada hormat dan bergetar. "Ba-baik, Tuan Delon saya mengerti. Kalau begitu saya izin untuk permisi."     

Delon tak beraksi apa pun. Lelaki tampan itu masih memberi tatapan yang sulit dibaca oleh siapa pun.     

Setelah kepergian mereka. Nefa baru mau kembali memutar kepala, namun dengan tatapan sendu.     

Kecupan sayang Rachel sematkan pada seluruh wajah menggemas itu. "Tidak apa-apa. Anak buah Papa banyak, Sayang. Meskipun tidak ada Kakak, tapi Nefa masih bisa bermain."     

Nefa membalas dengan anggukan disertai senyum kecil yang terbit di sana.     

Rachel mengkode suaminya untuk segera berjalan masukki gedung sekolah. Jika terlambat sedikit lagi, pasti kedua anaknya yang akan dihukum.     

Sepuluh puluh menit berlalu. Delon dan Rachel melambai ke arah Nathan dan Mega yang berjalan sedikit menyerong seraya memberi lambaian tangan juga ke arah mereka. Lalu lalang para murid membuat suasana sekolah itu terasa begitu menyenangkan.     

Rachel memutar pandangan ke arah suaminya. Lingkaran tangan telah Rachel berikan pada lengan kekar itu. Sedangkan kepalanya terkulai mesra di pundak Delon.     

"Anak-anak sudah semakin besar, Kak. Aku jadi sedih ... bagaimana kalau mereka sudah milih pasangan dan menikah. Pastk rumah akan sepi," cicit Rachel dengan nada pilunya.     

Rachel baru mengingat saat ia mempertaruhkan nyawa untuk melahirkan kedua kedua anaknya. Bahkan sebelum mereka lahir, Rachel sudah bertarung nyawa agar bisa mengenal dunia pada mereka.     

"Masa itu akan tiba, Sayang," ucap Delon seraya mengusap lembut tangan istrinya. "Tapi, jangan sedih. Aku akan menemanimu sampai kita tidak bisa bicara lagi," tambahnya membuat Rachel mengangguk haru.     

Delon dan Rachel memutuskan untuk segera kembali ke perusahaan masih banyak jadwal penting yang harus mereka selesaikan. Namun, baru beberapa langkah mereka akan sampai di mobil.     

Tiba-tiba seorang wanita paruh baya mencegat Rachel dengan berdiri di depannya.     

"Nona, tunggu ...."     

"Ini ada, titipan dari toko bunga saya di seberang jalanan ini." Lanjutnya membuta Rachel mengarahkan pandangan ke sana. Dan memang benar ada sebuah toko bunga yang sedikit sepi.     

Rachel mengerutkan dahi, saat mengalihkan pandangan ke arah wanita paruh baya tersebut. "Lalu, apa maksudnya Bu? Saya sedang tidak mencari bunga soalnya."     

Jawaban lembut itu membuat bibir wanita paruh baya tersebut melebar. Ia mengangkat sesuatu yang sudah berada digemgamannya.     

"Ada seorang lelaki dengan pakaian rapi memesan bunga untuk Anda, Nona. Terimalah."     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.