HE ISN'T MYBROTHER

Mama Dengan Siapa, Pa?



Mama Dengan Siapa, Pa?

0"Kenapa kamu malah menepuk wajahku?"     
0

"Aku pikir kamu masih tidur." Sellyn menatap tak bersalah pada kedua mata hitam legam yang sedang menatap dirinya masih tajam.     

Regan ingin bangkit dari tidurnya. Ia ingin menyegarkan wajahnya yang terlalu panas menghadapi Sellyn.     

"Mau ke mana? Enak aja mau pergi," seloroh Sellyn yang langsung menarik tangan Regan untuk kembali berbaring di sampingnya.     

Lelaki bekrca mata itu membulatkan mata saat mendapati istrinya sudah berada di atas tubuhnya, meletakkan kedua tangan di atas dada bidang Regan.     

"Cemburu mulu. Lihat ini muka udah mulai tua," ucap Sellyn seraya mengusap lembut rahang tegas Regan yang masih menegangkan otot wajah.     

Regan mengerutkan kening mendengar perkataan istrinya. "Jadi kamu cari lelaki yang lebih muda?"     

Sellyn menghela napas dalam, ia bingung harus menceritakan seperti apa. Ia jelas paham maksud dari tuduhan Regan padanya. Namun, jika Sellyn tidak segera menjelaskan semuanya pasti Regan akan semakin salah paham terhadap Sellyn.     

"Abang, aku nggak selingkuh. Dulu juga kamu nuduh aku. Aku mau pergi, kamu cegah. Kalau aku pergi lagi gimana?" tanya Sellyn dengan tangan nada yang masih tenang.     

Sellyn ingin melihat respon dari suaminya seperti apa.     

"Kamu sendiri yang bilang. Udah berhubungan lama sebelum aku pergi, ditambah kamu suka sama lelaki itu," jawab Regan dengan nada kesal.     

Regan benar-benar merasa cemburu. Ia pikir Sellyn tidak pernah menemui lelaki itu lagi setelah hubungan yang dulu telah berakhir. Tapi, nyatanya semua yang dikatakan Sellyn cukup membuat Regan benar-benar dirundung ketakutan akan kehilangan Sellyn.     

Sellyn memilih menggunakan tubuhnya di samping tubuh Regan. Hembusan napas kasar begitu kentara di telinga keduanya.     

"Tadi, Sellyn ngomong selalu disela. Coba Abang inget-inget lagi. Sellyn bicara tentang Abang bukan lelaki lain, atau yang Abang maksud Kelvin. Enggak sama sekali. Terserah mau percaya atau enggak. Sellyn capek!"     

Perempuan cantik itu mulai bangkit dari ranjangnya. Sellyn sama sekali tidak menoleh ke arah Regan yang masih berbaring di sana. Pintu kamar mandi tertutup dengan keras membuat pandangan Regan tertuju pada pusat suara.     

"Apa benar aku yang salah paham?" Monolog Regan seraya memejam seraya mencoba mengingat semua perkataan Sellyn.     

Sedangkan di kamar mandi Sellyn telah melepas semua benang yang menempel di tubuhnya. Ia sudah menenggelamkan tubuh di dalam bathup yang penuh dengan busa.     

Sesekali busa itu tertumpah ke bawah saat mendapati pikirannya mengingat tuduhan dari Regan yang tanpa bukti. Pukulan kencang membuat busa itu kembali menyentuh lantai kemar mandi.     

"Kalau bisa selingkuh, gue selingkuh sekalian sama yang tampan. Ngapain sama Kelvin, nggak selera gue banget. Model kayak artis Bollywood gue pasti mau. Tapi, sayangnya mereka nggak mau sama gue," gumam Sellyn merengus kesal.     

Hembusan napas kasar dengan mata memejam sedikit membuat hatinya tenang. Harum sabun dengan aroma bunga mawar yang selalu ia sukai selalu menjadi penenang dalam kekalutan pikirannya.     

Tidak menunggu lama suara begitu lirih dari pintu kamar mandi yang terbuka tidak membuat perempuan cantik itu terganggu. Ia bahkan sempat terbawa ke dalam mimpi karena harum sabun yang membuat pikirannya begitu tenang.     

Regan di sana mengulas senyum simpul saat melihat wajah cantik dan genit itu menjadi satu di sana. Perlahan kain yang melekat pada tubuh kekar Regan terlempar begitu saja di atas lantai.     

Langkah panjang tanpa suara itu perlahan mendekati bath up sang istri yang terlihat mengeluarkan linangan air mata meski kedua kelopak mata itu memejam tanpa mengeluarkan suara Isak tangis. Dan hal tersebut membuat Regan begitu bersalah, seharusnya ia lebih mempercayai Sellyn.     

"Aku temani," bisik Regan saat tubuh itu sudah berada di belakang punggung Sellyn, kemudia melingkarkan tangannya di pinggang ramping istrinya.     

Sellyn sontak terjaga saat merasakan pelukan erat pada tubuhnya. Apalagi saat tubuhnya memberontak Regan justru semakin tak mau melepaskan dirinya.     

"Lepas, kenapa kamu ke sini? Katanya mau pergi ... ya pergi aja!" seloroh Sellyn.     

Regan menarik tubuh itu semakin dekat dengannya. Hingga kulit mereka saling bersentuhan satu sama lain tanpa penghalang apa pun.     

"Maaf, aku salah ..." ucap Regan menyesal. "Aku terlalu cemburu, Sayang. Percayalah aku terlalu mencintaimu," sambungnya seraya mengecup pipi putih itu dengan lembut.     

Sellyn yang sudah terlanjur marah tidak peduli dengan sentuhan lembut dari Regan. Ia hanya butuh waktu sendiri, perkataan dan tuduhan Regan sudah terlalu menyakiti dirinya. Sellyn bahkan telah merencanakan untuk pergi dari rumah bersama putrinya.     

"Nggak! Kamu pergi dari sini. Aku nggak mau kamu sentuh. Aku nggak pernah berpikiran mau selingkuh dengan siapa pun, tapi dari sebelum kamu pergi kamu udah nuduh aku kayak gitu," seloroh Sellyn kembali.     

Hatinya sudah terbakar dengan perkataan tajam Regan. Sekarang lelaki itu justru dengan mudahnya kembali meminta maaf.     

Regan mengangguk lemah di sela kecupannya pada curuk leher putih istrinya. Seluruh perkataan Sellyn memang benar. Regan mamang yang bersalah salah dalam kasus ini.     

"Bagaimana caranya agar kamu maafin aku, Sayang. Abangmu ini terlalu mencintai istrinya yang begitu cantik," balas Regan sendu. Ia berharap Sellyn memang akan memaafkan dirinya.     

"Antar aku dan Fira pulang ke rumah mama."     

***     

Delon masih memimpin lari pagi di sesi waktu keluarganya yang begitu berharga. Kedua anaknya juga masih begitu bersemangat berlari dengan Delon di kedua sisi tubuh kekar itu.     

Jalanan area taman dekat perumahan mereka adalah pilihan yang terbaik bagi Delon dan Rachel mengingat kondisi jalanan di hari libur seperti ini tak akan lengang. Dan sisi lain untuk Nathan dan Nefa bisa berlarian ke mana pun karena seluruh taman ini telah dijaga anak buah Delon.     

"Papa berhenti dulu," ucap Nathan yang membuat Delon menghentikan kakinya yang terus bergerak. Tubuh jangkung itu telah di turunkan setinggi tubuh sang putra.     

"Ada apa, Sayang? Nathan haus?" tanya Delon yang dijawab dengan gelengan kepala. Sedangkan Nefa masih terlihat menggerakkan tubuhnya sepertinya gadis itu selalu melihat Delon saat pemanansan di sekitar halaman rumah.     

"Satu ... dua ... tigaa." Suara Nefa yang semakin bersemangat membuat tawa tertahan Delon hampir mencuat begitupun Nathan yang ikut tertawa hampir lupa dengan pemberitahuanya pada papanya.     

"Lihat Nefa, Nathan. Setelah sakit Nefa jadi semangat berolah raga. Nathan juga harus meniru Nefa," ujar Delon yang lagi-lagi diangguki bocah laki-laki kecil dengan tawa kecilnya berniat untuk menyusul Nefa.     

Namun, langkah Nathan terhenti tiba-tiba saat tangan Delon menahannya. Dan sekarang wajah kecil itu sedikit terangkat dengan bola mata hitam menanti alasan dari penahanan tangan Nathan.     

"Tadi, kenapa Nathan panggil Papa? Apa ada yang terluka? Atau sakit?" tanya lelaki tampan itu yang begitu cas dengan keadaan sang putra yang selalu tak pernah mengatakan apa pun jika sedang mengalami cidera.     

Nathan menggeleng, karena pertanyaan papanya bocah tampan itu jadi ingat apa yang akan ditanyakan pada lelaki dewasa itu.     

"Itu Mama dengan siapa, Pa?" Nathan mwnunjuk ke arah sebuah batu yang sedang diduduki Rachel. "Kok ada cowoknya? Teman Mama?"     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.