HE ISN'T MYBROTHER

Kecemasan Rachel Terhadap Keadaan Delon



Kecemasan Rachel Terhadap Keadaan Delon

0"Baguslah kalau kalian sudah bangun. Hal itu bisa membuatku lebih mempermudah membuat kalian menikmati kehidupan."     
0

Suara itu membuat perselisihan Delon dan Antoni meredam. Dan seketika memfokuskan mata pada pintu besi yang terbuka.     

Beberapa orang yang terlihat berjalan ke arah Delon dan Antoni dengan langkah tegap tanpa ekspresi apa pun. Sedangkan Antoni sudah mengkode Delon dengan sentuhan di lengan tangan.     

Delon merubah ekspersinya semakin berani menatap ke arah sepuluh orang di sana. Ia harus bisa memancing mereka untuk bisa lengah dan membuat celah kabur.     

"Kau jangan sampai salah langkah. Bisa mati beneran kita kalau kau sampai terbunuh nanti," bisik Antoni pada Delon. Mengingat kejadian kemarin telah membuat lelaki itu lebih dulu tersungkur.     

"Diam kau! Jangan membuatku sia-sia berada di sini," balas Delon dengan nada menekan.     

Dua orang telah berjalan semakin dekat ke arah Delon dan Antoni. Tubuh tegap penuh dengan otot yang kantara di baju tipisnya semakin membuat sosok itu lebih terlihat sangar.     

"Kalian sedang berbicara apa? Merencanakan kabur lagi?" tanya salah dari mereka dengan bahasa Inggris sudah menghentikan langkah di depan mereka berdua.     

Delon memberontak dalam balutan tali yang sedang membelit tubuhnya. Ia harus bisa kabur dari rumah ini sebelum dia menyentuh Rachel dan kedua anaknya.     

"Kalau iya kenapa? Kau hanya pecundang dari tuanmu itu. Katakan padaku, apa yang akan kalian lakukan setelah ini padaku dan dia?" tanya Delon yang seolah tak tahu tentang semua alat-alat itu yang berada di depan pantulan matanya.     

Ia juga harus berhati-hati seperti yang dikatakan Antoni. Jika ia tidak mau pingsan lagi seperti tadi malam.     

Mereka semua tertawa terbahak mendengar suara lantang dari Delon. Pertanyaan yang bergulir dari mulut Delon seakan seperti lelucon tak terbantahkan mengingat kondisi tubuh yang sudah penuh dengan luka.     

"Kenapa kau bertanya seperti itu?" Salah satu dari mereka mencengkram kuat rahang tegas Delon.     

"Tentu jawabannya adalah membuat tuan kami senang. Apa pun yang membuatnya senang ... itu adalah tugas kami. Meski harus membuat kalian berdua mati dengan perlahan." Lanjutnya.     

Delon mengangkat garis sudut dengan begitu tegas. Ia tidak pernah kalah dengan cara seperti ini. Ia bahkan sudah mengalami berbagai luka lebih dari sebuah siksaan yang akan ia hadapi sekarang.     

"Tuan bancimu itu? Aku rasa kau akan ikut gila seperti dia. Meski kami mati, kalian akan menjadi sasaran tuanmu itu. Karena dia GILA! APA KAU DENGAR?!" Suara tinggi itu menguar di seluruh ruangan ini. Termasuk di telinga lelaki di depannya.     

BUGH!     

Satu pukulan keras membuat membuat rahang Delon membiru dengan darah yang keluar dari sana mengenai celana panjang dari Antoni yang masih tetap diam berpura-pura ketakutan.     

"Jangan pernah menyebut tuan kami seperti itu! Atau kau akan kubunuh tanpa permulaan!"     

"Lepaskan ikatan lelaki ini. Sepertinya mulut lelaki ini lebih berani dari tahanan tuan yang pertama," imbuhnya yang langsung membuat tali dari ikatan di tubuh Delon terlepas karena suruhan dari lelaki yang sedang berkacak pinggang.     

Tubuh Delon akhirnya sudah terlepas dari ikatan tali itu. Tapi, kedua tangannya sudah terkekang oleh dua lengan tangan kekar yang berada di kedua sisi tubuh.     

"Lepaskan aku! Apa kalian masih meragukan kemampuanku untuk bisa membunuh kalian meski aku tidak memiliki senjata lagi? Atau beri tahu tuanmu untuk melawanku."     

Suara berani Delon membuat sebagian dari mereka menganggap remeh. Setahu mereka tuannya adalah satu-satunya orang yang paling kejam dengan wajah yang disembunyikan dari balik topeng.     

Delon masih memberontak sampai tubuhnya sampai di sebuah kayu dengan dua kayu berlubang sesuai dengan sebuah lengan tangan manusia dan ada cekungan besar selebar ukuran leher.     

"Kau tahu kekejaman tuan kami tidak pernah main-main. Bahkan tubuhmu pun tak akan bisa pulang ke Negara asalmu!" katanya dengan berani.     

Antoni mengualas senyum seringai di bibirnya di sela kepalanya yang tertunduk. Rencana mereka kali ini harus berjalan dengan sesuai. Tidak boleh gagal atau pun tertangkap kembali seperti detik ini.     

Dua anak buah dari lelaki misterius itu tengah membelakangi tubuh Antoni yang terduduk lemah. Diam-diam ikatan tali Antoni telah mengendur, karena perbuatan Delon tadi yang perlahan memutus tali itu dengan serpihan kaca dari botol minuman yang tercecer di bawah kaki mereka.     

Apa yang dilakukan Delon telah tertutupi dengan persiteruan yang mereka buat dengan sengaja agar mengelabuhi seseorang yang sedang memantau mereka dari sebuah kamera kecil.     

Suara pecutan terdengar begitu jelas. Suara merintih dan berteriak Delon semakin kentara mengaung di seluruh ruangan.     

Tiba-tiba tepukan tangan dari arah pintu membuat Antoni sedikit mengangkat kepala.     

Di sana ia melihat seorang lelaki jangkung dengan jubah besar hitam pekat menyeramkan ditambah hiasan topeng yang melekat di wajahnya membuat Antoni menyimpulkan jika dia adalah sosok dibalik balas dendam yang tengah dirasakan Delon dan Antoni saat ini.     

"Wahh... ada pertunjukkan sekarang?" Suara itu membuat wajah Delon yang sudah berlumuran peluh terangkat juga.     

Lelaki bertopeng itu menurunkan tubuhnya. Tarikan pada rambut Delon begitu kuat hingga membuat Delon meringis kesakitan.     

"Delon Jeeicho ... apa kau masih mengingatku tanpa wajah?"     

***     

Rachel bingung, sudah selama ini Delon tak pernah memberinya kabar. Sedangkan Regan sudah berkali-kali memberi kabar pada Sellyn tentang keadaan dirinya di sana yang masih menunggu intruksi dari suaminya.     

Wajah penuh dengan kecemasan itu terukir jelas di sela ocehan Sellyn yang semakin membuatnya gusar.     

"Chel, lo jangan ketakutan gitu. Pasti suami lo nggak apa-apa," ucap Sellyn mencoba menenangkan Rachel. Ia tahu dirinya sudah keterlaluan menceritakan keadaan Regan di sana.     

Rachel memijat keningnya. Ia tidak tahu harus menjawab apa. Karena hatinya sangat bingung sebagai seorang istri, ia juga takut saat mendadak dadanya berdebar dengan begitu cepat.     

"Mama, Firaa mau ke kamar kak Nefa ya?" ucap gadis kecil yang sedang terduduk di samping tubuh Sellyn dengan boneka Berbie berkepang dua yang selalu dibawanya ke mana-mana.     

Sellyn mengangguk mengiyakan permintaan sang putri. Percakapan seperti ini memang tidak baik didengar oleh putri kecilnya.     

"Iya, Sayang. Fira berani ke kamar kak Nefa sendiri? Atau Mama antar saja?" tawar Sellyn yang mendapat gelengan dari Fira. "Baiklah, perhatikan langkahmu. Jangan sampai terjatuh, mengerti?" sambungnya yang kembali mendapat anggukkan dari Fira.     

"Mengerti, Mama!"     

Sellyn mengulas senyum mengiringi perjalanan sang putri. Saat jarak mereka sudah jauh, Sellyn mengembalikan fokus pada sahabatnya yang terlihat gusar di atas kursi rodanya.     

"Gue takut, Sell. Apalagi kak Delon sendirian di sana ... dan tidak mungkin baik-baik aja. Lo denger sendiri 'kan dari suami lo, kalau kak Delon hanya membawa beberapa peluru aja," ungkap kegusaran Rachel yang belum juga bisa menghilang.     

Sellyn mengulurkan tangan menyentuh bahu kecil Rachel. "Tenang ya, kita berdoa bareng. Tapi, kenapa sih cowok jahat itu ditolongi pak Delon? Bukannya dulu hampir bunuh kita?"     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.