HE ISN'T MYBROTHER

Perjuangan yang Begitu Hebat



Perjuangan yang Begitu Hebat

0"Jangan permainkan aku! Sekarang kau tunjukkan wajahmu!"     
0

"Jangan pernah bersembunyi di balik kegelapan. Apa kau malu dengan wajahmu?"     

Pengulangan kalimat yang digunakan Delon justru semakin membuat tawa itu berkali-kali tergelak. Pembukaan penutup mata yang dijanjikan oleh lelaki misterius itu belum juga dilakukan.     

Sepertinya dia hanya ingin mengecoh konsentrasi Delon.     

"Aku tidak perlu menggunakan wajahku, jika aku bisa menggunakan suara dan tindakkanku untuk membuat dua sahabat berkumpul menjadi satu. Benar bukan?" Suara itu kembali memenuhi ruangan yang ditempati Delon.     

Kepala Delon mendongak untuk mencar tempat yang memungkinkan dirinya bisa langsung bertemu dengan seseorang yang berada di ruangan itu.     

"Lakukan sesukamu. Kita bahkan tak saling mengenal, kau sepertinya salah orang!" seloroh Delon yang masih mengedarkan mata.     

Ada sebuah alat yang membuat kedua manik hitam Delon menajam dengan masih berpura-pura menanti kelanjutan dari seseorang yang mungkin saja sedang mengawasi dirinya dari sebuah tempat.     

"Salah orang adalah kalimat yang tidak pernah kusukai. Delon dan Antoni, kalian berdua adalah incaranku sejak dulu. Tapi, aku menggunakan seseorang untuk memberi kalian sedikit hidangan penyegar ... apakah, permaianan ini akan berakhir indah, Delon?" tanyanya dengan suara menggema.     

Suara itu seakan sedang menakuti seseorang yang sedang dia perangkap dengan berbagai tipu daya. Berharap dua orang itu akan mati mengenaskan di ruangan pengap tanpa udara yang telah dia buat.     

"Kau sedang melucu di sini? Seorang Delon selalu mengakhiri dengan indah. Apa kau ingin percaya?" tantang Delon dengan sudut bibir yang terangkat.     

Tangan yang terjulur ke bawah dengan bebas mempunyai arti dari jemarinya yang memberi hitungan waktu di sana.     

"Tidak ada yang akan berakhir indah."     

Kalimat dari lelaki asing itu juga mengiringi tubuh Delon yang langsung bergerak cepat mengambil sebuah kapak besi yang berukuran besar yang tergeletak di bawah dirinya terjatuh.     

Tuhan sepertinya masih ingin membantu Delon untuk memecahkan teka teki dari masalah yang begitu rumit ini.     

PYAR!     

Sekali hantaman saja dinding yang berlapis kaca tebal itu pecah berselerakan mengenai wajah dan tubuh Delon yang terbuka. Luka kecil mewarnai perjuangan lelaki tampan itu.     

Alarm darurat berbunyi dengan begitu kencang sesaat itu juga senyum seringai Delon kembali tergores memandang tajam pada sebuah kamera kecil tepat di depan wajahnya.     

"Pertunjukkan dimulai," ucap Delon yang langsung masuk ke dalam lubang kaca yang ia buat tadi.     

"APA YANG KAU LAKUKAN?!"     

"BAGAIMANA BISA ALAT ITU ADA DI SANA!?" Perkataannya bernada tinggi itu terdengar di audio yang jelas terdengar di telinga Delon yang pada saat itu telah masuk ke dalam ruangan di mana ia percaya jika itu di sanalah Antoni disekap.     

Sebelum Delon datang di dekat seseorang yang masih tergali dengan begitu erat disertai dengan penutupat di sana, lelaki tampan itu menutup lubang kaca itu dengan lemari besi yang begitu berat.     

Delon mendorongnya dengan sekuat tenaga. Peluh dan kucuran darah yang menyatu menjadi satu menetes membasahi kemeja tak ia hiraukan. Seluruh otot tegang begitu kentara dengan penekanan deretan gigi.     

Hingga perlahan lemari besi yang memungkinkan hanya bisa didorong oleh orang sepuluh itu bergerak dan semakin menutup lubang di sana.     

Napas terwngah-engahnya semakin memacu dadanya bergerak begitu kentara. Seluruh kulit tubuh Delon memerah merasakan tenaga yang dikeluarkan lumyan begitu banyak ini.     

Kepala itu menggeleng untuk memudarkan peluh yang semakin banyak memenuhi wajah tegasnya. Kini fokusnya beralih pada sosok yang terus saja memberontak dari tali yang mengikatnya.     

"Akhirnya kita bisa bertemu lagi," gumam Delon disela sesaknya dada.     

Delon membuang ludah kasar. Langkah panjang itu semakin mendekati seseorang di sana. Udara di ruangan ini dan ruangan yang tadi Delon tempati sungguh berbeda.     

Di sini sangat dingin sedangkan di sana begitu panas. Seperti seseorang sedang melakukan pembakaran di bawah kaki Delon.     

"Kau bukan orang yang digantikan untuk mengelabuhiku bukan?" Satu tarikan dari penutup lelaki itu membuat Delon membuka mata lebar.     

Wajah babak belur itu membuat Delon terperangah hingga tak bisa lagi mengatakan apa pun.     

"Dasar bodoh! Ternyata kau bukan anggota dari mereka." Lanjutnya lagi yang langsung membuka plester yang menutupi mulut lelaki yang berada di depan Delon.     

Suara mengaduh terdengar melengking hingga menggema di ruangan gelap itu.     

"Kau yang bodoh, kenapa harus repot-repot datang ke sini? Apa kau memiliki nyawa berlapis?" selorohnya tak kalah tajam saat Delon berusaha membuka rantai dan borgol yang menyatu menjadi satu.     

Suara sepatu yang berlari ke arah mereka berdua membuat Delon semakin panik karena sampai sekarang ia belum bisa membukanya.     

"Mulut busukmu bisa diam? Renggangkan tanganmu, jangan sampai bergerak. Karena kita hanya memiliki waktu sedikit. Apa kau paham Antoni?"     

Perintah Delon langsung diangguki Antoni tanpa bantahan. Karena saat ini bukan waktunya bernegoisasi.     

Lelaki yang berada di luar itu adalah seorang psikopat yang tak pernah puas menyakiti siapa pun jika belum menjerit ketakutan.     

Delon berjalan ke arah belakang tubuh Antoni dengan gerakkan cepat. Senjata yang selalu ia sembunyikan di belakang pinggang tegasnya segera ia keluarkan dengan sekali gerakkan menarik kemeja yang sudah tak beraturan.     

"Bersiaplah!" Intruksi Delon yang membuat Antoni menuruti apa yang telah diperintahkan sahabatnya. Ia tahu bagaimana kempuan menembak Delon. Maka dari itu ia tidak pernah meragukan sama sekali.     

Satu mata terpicing untuk membidik sasaran. Delon menarik napas perlahan, lalu menahannya di pertengahan dada.     

"Kau harus berhasil," ucapnya lirih..     

Jari Delon sudah bergerak perlahan di depan pelatuk, dan tidak menunggu waktu lama peluru panas itu meluncur bebas dengan penuh percaya diri.     

DOR ...!     

BRAK!     

Bersamaan dengan itu sebuah pintu yang tak terlihat, bahkan menyerupai seperti dinding bercat hitam itu membuat Delon dan Antoni terkejut. Karena tiba-tiba terdobrak hingga membuat dinding yang merupakan sebuah pintu itu tejatuh tak berdaya di atas lantai.     

Sedangkan Delon langsung mengalihkan pandangan pada pelurunya yang ia arahkan ke arah rantai Antoni entah berhasil atau tidak. Sekarang ia bingung, bagaimana jika borgol itu tak bisa ditembus pelurunya.     

"Aku sudah bilang kau tak akan bisa pergi dari sini. Apalagi dia!" Lelaki misterius yang masih menyembunyikan wajahnya di antara kegelapan itu menunjuk ke arah Antoni yang masih terduduk.     

Delon bingung. Ia sudah tidak memiliki senjata lain kecualo pistol yang berada digemggannya saat ini. Karena ia tidak mungkin menggunakan pistol dengan jumlah peluru yang tidak memungkinkan.     

"Aku juga sudah bilang. Aku berjanji akan menyeretmu menatap matahari ... sepertinya kau perlu pengenalan dengan panasanya surya," jawab Delon tak kalah tajam. Jemarinya sudah bersiap untuk memainkan beberapa peluru terbatasnya.     

"Delon ... Delon, kau memang bermulut besar. Seharusnya kau tak perlu datang dan menyelamatkan dia."     

"Dan kau sudah di sini, maka keluargamu akan ikut bersamamu mati." Lanjutnya semakin membuat Delon geram.     

BRAK! Sebuah kursi besi melayang begitu kencang ke arah mereka dengan begitu kencang.     

"Itu tak akan terjadi, aku siap mati jika kau menyentuh keluarga sahabatku!"     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.