HE ISN'T MYBROTHER

Siapa Penculik Antoni



Siapa Penculik Antoni

0"Lo pengganggu tahu nggak!" seloroh Regan seraya mengencangkan kaca mata beningnya yang turun.     
0

Delon menoleh dengan tatapan malas. Jika bukan karena Rachel yang meminta dirinya menemani tugas yang diberikannya kepada Regan. Ia tidak akan mau.     

"Kau berani protes lagi, aku sumpal dengan koran mulutmu itu." Tatapan Delon menukik tajam memberi ancaman pada setiap katanya yang keluar.     

Regan berdecak sembari menutup mulutnya. Ia masih mengingat saat dirinya dan Sellyn masih asik bercinta, tiba-tiba dering ponsel berbunyi beberapa kali hingga membuat Regan jengkel dan terpaksa mengangkatnya.     

Delon memerintah dirinya untuk perjalanan bisnis di saat yang kurang mengenakkan. Seharusnya ia tak harus mengangkat panggilan itu.     

"Sialan bener," gumam Regan kesal.     

Sedangkan Delon sedang membaca laporan dari anak buahnya yang sedang mengamati pergerakkan Anin. Sedaritadi Delon masih mencoba menebak ekpresi apa yang ditunjukkan foto Anin di foto yang baru saja dikirimkan anak buahnya.     

Wanita itu semakin misterius saja di saat seluruh keadaan sudah menenang. Dia justru mulai berlagak seperti orang yang berbeda.     

"Kita akan sampai berapa menit lagi?" tanya Delon yang masih meletakkan fokus di layar ponselnya.     

Regan langsung mengangkat tangannya, melihat jarum jam sudah mulai menunjukkan angin segar untuknya. "Lima menit lagi."     

Delon mengangguk-angguk, ia perlahan menutup layar ponselnya. Pandangannya mengarah pada langit hitam yang sama sekali tidak terlihat.     

Di sana Delon bahkan bisa melihat wajah istrinya yang sedang tersenyum. Melihat Rachel sudah tidak lagi marah padanya, rasanya tugas kali ini begitu ingin ia selesaikan dengan cepat.     

"Boss, kita sudah landing. Di sana juga sudah ada anak buah kita yang menunggu," ucap Regan yang diangguki Delon.     

Tidak menunggu lama jet pribadi Delon telah landing dengan sempurna. Delon yang diikuti Regan yang berjalan dengan gayanya berwibawa. Di sana sudah banyak anak buah Delon yang menunduk hormat untuk menyambut sang pemimpin.     

"Selamat malam Tuan Delon ... Pak Regan," sapa mereka serentak.     

"Selamat malam, bagaimana laporan dari anak buah Antoni?" tanya Delon berdiri di depan mereka semua sedangkan jet pribadi itu telah kembali terbang untuk tidak meninggalkan jejak dari musuh Delon.     

Delon pasti akan mendapatkan Antoni bagaimanapun caranya. Meski ini bukan soal bisnis, tapi ia hanya ingin menyelamatkan sahabatnya. Antoni yang Delon kenal sudah kembali.     

"Sudah, Tuan Delon. Kami mendapati banyak anak buah tuan Antoni banyak yang terbunuh. Salah satu anak buah tuan Antoni mengatakan jika musuh yang menyerang mereka banyak yang bersembunyi," jelasnya yang membuat Delon menguatkan genggamannya.     

Delon semakin penasaran siapa sebenarnya seseorang yang begitu membenci Antoni ... apa benar itu semua ulah Anin?     

Lelaki berkuas itu mengayun langkah untuk masuk ke dalam gedung. Lebih tepatnya gedung Antoni. Delon sengaja memerintahkan Regan untuk mengintruksi kepada pilot untuk bisa mendaratkan di atas rooftop perusahaan Antoni.     

Dari sana berbagai informasi tentang Anin dan Anita bisa ia dapati. Beruntung ia sudah mendapatkan akses dari ketua anak buah Antoni untuk bisa memasuki gedung itu.     

"Cari semua informasi yang bisa membantu kita. Mungkin saja Antoni membaca sesuatu yang dia tidak perdulikan," perintah Delon sekali lagi kepada para anak buahnya.     

"Siap, Tuan Delon!" jawab mereka secara bersamaan.     

Keadaan gedung yang semula begitu gelap langsung terang benderang. Suasana sunyi juga tiba-tiba riuh dengan suara hentakkan sepatu pantofel.     

Delon tidak pernah main-main dalam melakukan sesuatu, jika ia sudah mengatakan sesuatu akan ditemukan. Maka hal tersebut pasti akan terjadi.     

"Boss, aku mendapatkan ini." Regan memberikan sebuah dokumen yang ditutupi map merah.     

Delon menerima dan membuka lembar perlembar dari dokumen tersebut. Di halaman pertama kedua manik hitam Regan sudah disajikan dua coretan pena di atas kertas putih.     

Di atas coretan tersebut terdapat dua nama Anin dan Antoni yang membuat lelaki pemilik mata elang itu semakin mengerutkan kening.     

"Apa kau sudah membacanya?" tanya Delon tanpa mengalihkan pandangannya.     

Regan mengangguk dengan kedua manik hitam legam yang teraling-alingi kaca mata itu mengikuti jemari Delon yang masih membuka perlembar dokumen tersebut.     

"Aku hanya membaca sekilas. Dan di sana Antoni mengatakan jika dirinya akan menyerahkan seluruh hartanya yang ia punya jika Anita bisa kembali sadar dan mau menerima Antoni," ujar Regan sesuai isi ingatannya saat membaca beberapa poin di sana.     

Delon semakin ingin tahu apa saja yang mereka bahas berdua di Negara ini tanpa sepengetahuan dirinya. Seharusnya berita sepenting ini tidak bisa ia lewatkan begitu saja.     

Kenapa anak buahnya begitu ceroboh sampai tidak mengetahui perjanjian ini berlangsung.     

Delon menarik napas dalam-dalam saat membaca poin yang begitu melukai hatinya sebagai seorang sahabat. Di sana dinyatakan bahwa Antoni rela tidak mendapatkan apa pun jika sudah mendapatkan Anita.     

Dan harus merawat Anita tanpa bantuan dari siapa pun, termasuk dirinya—Delon.     

"Apa-apaan ini? Apa maksud Anin? Lalu kenapa dia menculik Antoni jika dia ingin mendapatkan harta dari Antoni?"     

***     

Di sebuah rumah megah berdesign kastil tua tubuh Antoni terikat oleh tali yang begitu kuat hingga membuat tubuh lelaki itu terluka karena gesekkan yang ia lakukan saat memberontak.     

Antoni tak bisa melihat apa pun. Kedua matanya ditutup dengan sebuah kain hitam yang juga begitu rapat.     

"Tolong siapa pun yang mendengarku! Aku akan memberikan imbalan kepada kalian jika ada yang bisa melepaskan aku!" teriak Antoni saat mulutnya memang dibiarkan tanpa penghalang apa pun.     

Ia bisa bisa merasakan betapa dinginnya udara di dalam ruangan ini. Dan bau-bau lembab yang begitu menyeruak di hidung Antoni. Ia masih bertanya-tanya di manakah dirinya berada?     

"Heei, adakah orang? Aku sudah berapa lama di sini?!" Ulangnya sekali lagi dan apa yang dilakukan Antoni kali ini membuahkan hasil.     

Lelaki kekar itu memiringkan telinga ke kiri saat mendengar suara langkah sepatu pantofel tunggal yang mengarah pada dirinya.     

Suara tepukan yang begitu nyaring itu membuat garis bibir Antoni melengkung. Ia sudah merasa begitu lama di sini, dan tidak ada orang sama sekali.     

Bahkan sekarang perutnya begitu lapar. Apa seseorang yang datang itu akan memberi makan Antoni juga?     

"Apa sekarang kau menikmati pertunjukkanmu, Antoni?" tanyanya membuat kening Antoni bergelombang hebat.     

Dirinya bahkan tidak pernah mengenal suara lelaki itu. Kenapa dia begitu membenci dirinya dari caranya mengatakan setiap untuk Antoni.     

"Sudah berapa lama aku di sini? Beri aku makan jika kau tidak mau mengeluarkan aku dari sini ..." ucap Antoni memaksa seraya menggerakkan tubuhnya untuk mengendurkan tali yang sedang mengikatnya.     

Langkah kaki itu semakin mendekat ke arah Antoni. Sepertinya tidak ada beberapa inci, karena ia bisa merasakan hembusan napas kasar itu.     

"Aku hanya ingin membalaskan dendam adikku saja. Dia mati karena kau dan sahabat brengsekmu!"     

Antoni menggeleng. Ia merasa tidak pernah melakukan kejahatan pada siapa pun, terkecuali Delon yang ia salah tuduh dulu.     

"Kau salah orang, aku dan sahabatku tidak pernah melakukan apa pun! Lepaskan aku, bajingan!"     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.