HE ISN'T MYBROTHER

Ada Apa di Sekolah?



Ada Apa di Sekolah?

0"Sepertinya memang begitu. Memang siapa yang tidak mengenal istri Delon?"     
0

Rachel menghela napas panjang jika menghadapi pertanyaan itu dari Delon. Apa yang dikatakan suaminya memang benar, sepertinya memang mereka yang menatap Rachel dengan tatapan sinis adalah karyawan baru.     

"Ada apa kamu bertanya seperti itu, Sayang? Apa mereka menatapmu dengan tatapan kurang ajar?" tanya Delon penasaran tidak biasanya Rachel bertanya seperti itu. Apalagi ini tentang karyawan yang tak pernah mencari masalah dengan istrinya.     

Rachel menggeleng seraya mengeluarkan ponselnya dari tas jinjingnya.     

"Tidak apa-apa. Aku hanya melihat beberapa di antara mereka sepertinya asing di mataku," jawab Rachel bohong. Ia tidak mau membuat mereka kehilangan pekerjaan di awal masuk kerja.     

Delon menggapai satu tangan istrinya, menautkan tangan mereka. "Kau tahu, Sayang ... tidak ada yang boleh mengganggu istriku. Siapa pun itu akan langsung berhadapan denganku."     

Rachel menoleh saat merasakan dekapan jemari suaminya begitu erat. "Aku tahu, Kak," balasanya.     

Mobil mereka melaju dengan kekuatan sedang untuk segera masuk ke area sekolah Nathan dan Nefa.     

Semangat Delon dan Rachel kembali pulih di saat tubuh mereka telah lelah dengan aktivitas kantor seharian ini. Mereka tidak sabar untuk bisa melihat senyum di bibir kecil kedua anaknya.     

Namun, baru mereka ingin menegakkan tubuh untuk mempersiapkan diri turun dari mobil sebelum mobil itu benar-benar berhenti. Delon dan Rachel dikejutkan dengan pemandangan sekumpulan orang-oranh berkumpul di luar mobil.     

"Ada apa sih, Kak di luar?" tanya Rachel penasaran.     

Delon mengendikkan bahu. Dirinya juga tidak tahu ada apa di luaran sana. Ia takut terjadi sesuatu dengan kedua anaknya. Karena tidak ada seorang pun anak buah Delon yang melapor padanya.     

" Sayang, kamu di dalam mobil dulu ya! Aku akan memeriksa di luar mobil."     

"Pak Yono, jangan berhenti tepat di belakang mereka, beri jarak sedikit jauh." Lanjut Delon yang dituruti oleh lelaki paruh baya itu.     

"Baik, Tuan Delon," jawab Pak Yono hormat.     

Pak Yono menghentikan mobil hitam mewah Tuannnya tepat berhenti agak jauh dari kerumunan orang-orang di depan sekolah Nathan dan Nefa. Di sana juga sepertinya ada polisi yang sedang melerai para kerumunan orang yang terlihat begitu emosi.     

Suara pintu mobil tertutup membuat jantung Rachel berdegub kencang. Ia menatap sendu pada tubuh suaminya yang sudah berjalan ke arah kerumunan tersebut.     

"Semoga semua baik-baik saja," gumam Rachel yang tak henti-hentinya memanjatkan doa.     

Delon masih sempat-sempatnya membenarkan kemejanya yang sedikit terlihat kusut seraya mengayun langkah ke arah kerumunan orang-orang tersebut. Terdengar beberapa orang yang berseru untuk meminta seseorang itu melepaskan apa yang tengah disandra.     

"Hei, kau gilaa? Lepaskan dia!"     

"Dia masih kecil, apa kau sudah gilaa?!"     

"Tolong turun! Kau dan anak itu bisa celakaa!"     

Delon semakin terlihat gusar mendengar teriakan itu. Karena kejadian Marina membuat Don benar-benar trauma dan tak berniat menyekolahkan Nathan dan Nefa di sekolah itu lagi. Tapi, Rachel membuatnya kembali melepas keputusan itu.     

"Ada apa ini, Pak?" tanya Delon ingin tahu pada seorang lelaki paruh baya yang memakai kemeja kotak-kotak biru sedang menodongak menatap lelaki bertopeng yang sedang menajat sebuah tembok pagar sekolah kedua anaknya.     

Beberapa suara tembakkan peringatan terdengar begitu nyaring telinga. Hingga membuat beberapa orang harus menutup telinga.     

"Ada seorang penculik lagi, Tuan. Lihat di sana ...." Lelaki paruh baya itu menunjuk ke arah penculik tersebut yang telah memberi topeng pada anak laki-laki dan perempuan yang sepertinya sedang tidak sadarkan diri digendongan lelaki bertopeng tersebut.     

Delon membulatkan mata melihat postur tubuh dan sepatu yang dipakai kedua anak tersebut. "Dia area ini sudah ada dua penculikan, Tuan. Dan polisi sedang berupaya untuk melumpuhkan penculik tersebut." Lanjutnya.     

Setelah mendengar pemberitahuan itu, Delon dengan cepat merogoh ponselnya. Ia tidak akan melepaskan satu pun anak buahnya, jika terjadi sesuatu terhadap kedua anaknya. Apalagi jika kedua anak itu adalah anaknya.     

Delon bersumpah akan membunuh seluruh anak buahnya yang ia perintahkan untuk menjaga Nathan dan Nefa.     

"Kenapa mereka tidak juga mengangkat panggilanku!? Apa benar mereka adalah Nathan dan Nefa! Astagaa, kenapa bisa seperti ini lagi?" Monolog Delon saat seraya memijat keningnya yang sudah berkerut tebal memikirkan hal buruk kembali terjadi.     

Pandangan Delon tanpa sengaja jatuh pada mobilnya. Ia tidak tahu harus bagaimana mengatakan pada Rachel tentang semua ini, jika benar-benar kembali terjadi.     

Delon menerobos kerumunan orang-orang di sana. Ia ingin masuk ke dalam gerbang sekolah yang dijaga oleh beberapa orang lelaki berpakaian putih biru.     

"Biarkan aku masuk. Kalian mengenalku bukan?" tanya Delon saat ia terpaksa mematikan sambungan telpon dengan salah satu anak buahnya yang tak kunjung diangkat.     

Mereka saling menatap satu sama lain, lalu tidak lama mereka mengangguk dan membuka gerbang sekolah tersebut.     

Delon sedikit bernapas lega saat tubuhnya sudah bisa masuk ke dalam sana, sekarang ia harus mencari kedua anaknya ke seluruh penjuru tempat.     

"Sayang, kalian di mana ... maafkan Papa terlambat menjemput kalian."     

Sedangkan di dalam mobil hari Rachel begitu resah menunggu Delon yang tak kunjung datang. Berkali-kali kedua manik coklat beningnya menatap ke arah jarum jam kecil yang melingkar di lengan tangan Rachel.     

Namun, sampai satu jam berlalu, Delon juga tak kunjung datang untuk membuat hatinya tenang.     

"Pak Yono ayo kita turun. Aku ingin melihat keadaan anak-anakku," ucak Rachel yang membuat satu alis lelaki paruh baya itu terangkat.     

"Nyonya, di luar sangat berbahaya sepertinya. Banyak orang yang berlarian juga ... saya minta maaf tidak bisa menuruti Nyonya Rachel, ini sesuai dengan pesan tuan Delon," balas Pak Yono dengan hati-hati. Ia tahu jika majikannya itu sedang cemas.     

Namun, melihat kondisi Nyonyanya saat ini akan semakin membuat tuannya semakin dalam keadaan yang susah. Lihat, sudah selama ini dan belum ada tanda-tanda majikannya datang.     

Hal tersebut sudah membuktikan jika sedang terjadi sesuatu yang membuat kesulitan tuannya saat ini.     

"Kenapa seperti ini sih? Aku hanya ingin melihat kedua anakku. Kenapa kau jadi menyebalkan seperti suamiku?"     

"Jika tadi aku ikut, pasti aku tidak akan secemas ini," sambung Rachel yang langsung membuang wajah ke arah jendela. Ia memang melihat beberapa orang yang berlari seraya menutup telinga.     

Rachel seharusnya bisa lebih giat lagi untuk bisa berjalan agar ia bisa cepat berjalan dan menyusul Delon di dalam sana.     

Tidak seperti ini, ia hanya bisa duduk dan berkali-kali memgarahkan pandangan ke arah layar ponselnya.     

Berharap ada panggilan masuk dari suaminya. Karena Rachel sedaritadi dirinya juga berusaha untuk menelpon lelaki itu, tapi sama sekali tidak diangkat.     

"Ya Tuhan ke mana mereka ... kenapa selalu membuatku hampir cemas seperti ini?"     

Rachel semakin gusar mendapati seluruh orang terlihat semakin banyak yang berlari dari krumunan. Dan suara tembakkan terdengar jelas di telinga Rachel.     

"Kenapa ada tembakkan, Pak Yono? Apa yang terjadi?"     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.