HE ISN'T MYBROTHER

Masalah Terpecahkan



Masalah Terpecahkan

0"Astagaa! Kenapa kalian jadi berantem?" tanya Rachel dengan nada tinggi. Ia tidak menyangka Delon dan Regan bisa saling memukul. Dan hal tersebut justru jadi tontonan oleh beberapa karyawan.     
0

Regan melepas kasar dasinya yang sudah sangat berantakan. Ia melirik tajam ke arah Delon yang juga sedang meliriknya tak kalah tajam.     

Dinu memijat pangkal hidung mancungnya. Ia pun sama seperti Rachel yang begitu terkejut dengan penyambutan yang membuat jantungnya terpompa lebih cepat.     

"Kak Regan ada apa? Kenapa tiba-tiba peluk gue?" tanya Rachel menelisik. Karena tidak biasanya lelaki berkaca mata bening itu memeluk dirinya dengan wajah sendu.     

Regan mulai mengalihkan pandangan ke arah Rachel.ia juga tidak menyangka jika Rachel berada di depan wajahnya saat dirinya mendapati Sellyn yang benar-benar pulang ke rumah mertuanya membawa Fira.     

"Sellyn ... tadi malam gue berantem sama dia karena dia pulang malam. Gue nggak tahu kalau dia mau bikin kue ulang tahun buat gue, Chel. Gue malah nuduh dia selingkuh, terus sekarang ...." Regan menundukkan kepala. Tubuh kekar itu kembali bergetar.     

Rachel menatap kasihan pada Regan, tapi ia juga tidak menyalahkan Sellyn. Sahabatnya itu selalu mengikuti insting dan kemauannya.     

Untuk masalah selingkuh, Rachel percaya Sellyn tidak pernah mempunyai niatan seperti itu. Melihat perjuangannya dulu mendapatkan Regan, seharusnya lelaki yang kini berhadapan dengan dirinya tahu sebesar apa cinta Selllyn.     

"Lihat, Kak ... kamu masih nggak mau minta maaf?" Ulang Rachel pada sang Suami yang sepertinya terkejut mendengar Sellyn pulang ke rumah orang tuanya.     

Delon menggeleng. Ia merasa benar telah memberi peringatan pada Regan maupun lelaki lain, bahwa tubuh Istrinya tidak boleh disentuh oleh lelaki lain. Meski dia adalah sahabatnya sendiri.     

Rachel menghela napas dalam-dalam, ia seharusnya tahu bagaimana sifat suaminya jika sudah seperti ini.     

"Apa mau gue yang telpon Sellyn?" tawar perempuan cantik itu yang diangguki Regan.     

"Tapi, jangan bilang gue yang minta. Ini buat kompensasi rahang gue yang panas karena suami lo," ujar lelaki berkaca mata itu di sela sesenggukkannya.     

Rachel menahan tawa melihat ekspresi wajah memerah Regan. Ia mengarahkan kamera ponselnya ke arah lelaki di depannya, karena ia tahu ini akan membuat Sellyn mempertimbangkan untuk menetap di sana.     

"Enak aja, jangan nyalahin gue. Gue bisa bunuh siapa pun kalau ada yang nyentuh tubuh Istri gue," sahut Delon yang tak mau disalahkan.     

Regan berdecih mendengar pembelaan klasik yang selalu ia dengar setiap saat dari mulut bossnya itu. "Mau bunuh gue? Nih ... gue sentuh-sentuh, lo mau apa?!"     

Regan dengan kemeja berantakkan menyentuh lengan tangan Rachel berulang kali untuk memancing amarah lelaki yang berada di sampingnya. Delon yang tidak terima langsung menarik tubuh Regan, hingga terpental di senderan sofa.     

Rachel dan Dinu saling pandang melihat adegan kekanak-kanakan dari dua sahabat tersebut. Namun, hasil rekaman itu telah sukses Rachel kirim ke Sellyn. Semoga apa yang lakukan membuahkan hasil.     

"Berhenti... berhenti! Kalian ini atasan, kalau ada karyawan yang tahu bagaimana?"     

"Nih, telpon dari Sellyn juga tersambung. Mau dengar atau masih mau berantem?" sambung Rachel dengan nada kesal.     

Regan melepas tangannya yang berada di leher Delon, mendorong tubuh itu jatuh di sampingnya. Regan lebih antusias dengan panggilan yang akan tersambung dengan istrinya.     

Suara Sellyn sudah mulai terdengar. Senyum sumringah terbit di bibir Regan dan juga Rachel. Ia tidak menyangka Regan setakut ini ditinggal Sellyn tidur di rumah orang tuanya.     

"Hallo Rachel ... jangan bilang di sana ada orang itu," ucap Sellyn yang pura-pura menebak. Sesuai dengan skenario yang telah dibuatnya dengan Rachel.     

Rachel mengangkat pandangannya ke arah Regan yang melambai-lambai untuk mengkode Rachel mengatakan tidak. Perempuan cantik itu mengangguk sesuai dengan permintaan lelaki di depannya.     

"Nggak ada. Di mana lo sekarang?" tanyanya yang terdengar suara tangis Fira. Semua orang bisa menebak jika perempuan centil di ujung sana sedang menidurkan Safira.     

Regan nampak bersalah mendengar suara putrinya yang terdengar sedang meminta dirinya kembali dan menggendongnya.     

"Gue lagi di rumah mama. Ngapain gue hidup sama suami yang nggak cinta sama Istrinya. Mending pisah aja, gue juga masih cantik. Sedangkan dia udah tua," tanggap Sellyn semakin membuag Regan tak bisa menahan diri.     

Regan memang sudah tua dari segi umur. Tak jauh beda dengan Delon, tapi dari segi wajah dan tubuh ... Regan meyakini ia masih bisa menjadi suami ideal untuk bisa berdiri di samping Sellyn, menurut lelaki itu.     

Ponsel Rachel seudah berpindah tuan. Ia tidak tahu kapan lelaki berkaca mata itu mengambil tanpa sepengetahuan dirinya.     

"Nggak boleh! Kamu dulu bilang cinta mati sama aku, sekarang kenapa bilang—"     

Belum sempat Regan menyelesaikan kalimatnya, panggilan itu tiba-tiba mati. Sontak membuat tawa Delon pecah. Tak hanya Delon, Rachel dan Dinu pun ikut menahan tawa yang masih bisa terdengar suaranya.     

"Dasar kucing nakal!" Regan menatap tajam ke arah layar ponsel yang sudah berubah gambar.     

"Jangan ketawa kalian. Dewa masih berpihak ke gue! Boss minta cuti, pukulan tadi gue anggep lunas! Byee!" sambung Regan yang langsung bangkit dari duduknya, berlari kencang ke arah luar.     

Delon masih terpingkal melihat kalakuhan Regan yang tadi sempat membuat hatinya bergemuruh.     

"Apa Regan selalu melakukan itu?" sahut Dinu seraya mengangkat cangkir kopi yang telah disediakan oleh pihak Office boy.     

Rachel menghentikan tawanya sembari mengambil benda pipih yang diletakkan Regan di atas meja kotak kaca di depannya. "Ya, seperti itu, Pa. Karena hanya sahabat yang seperti Kaka Regan yang bisa mengimbangi putra Papa," balasnya.     

Dinu hanya mengulas senyum tua khasnya di sela bibirnya menyeruput kopi hangat tersebut.     

Rachel menggeleng saat menerima balasan dari Sellyn dengan emotikon peluk dan cium. Ia senang jika Sellyn tak benar-benar memasukkan seluruh perkataan Regan ke dalam hati.     

"Sayang, nanti kita lembut. Tugas kantormu terlalu banyak. Apalagi si kucing tadi minta cuti," kata Delon yang dibalas dengan tangan yang menempel di pelipis perempuan cantik tersebut.     

Dinu melihat jam tangannya. Waktu sudah menunjukkan di mana kedua cucunya keluar dari sekolah.     

"Bagaimana dengan Nathan dan Nefa. Apa kalian bisa menjemput mereka?" tanya Dinu yang menyela percakapan antara atasan dan karyawan tersebut.     

Rachel menepuk kening saat mengingat kedua anaknya belum ia jemput dan begitu saja melupakan waktu karena sibuk mengurus urusan Regan dan Sellyn.     

"Aku lupa, Pa. Biar Rachel yang menjemput anak-anak," ucapnya dengan nada gusar. Ia takut ada orang lain yang akan mencelakai kedua anaknya jika ia tidak segera berada di sana.     

Dinu menyentuh bahu kecil Rachel yang nanmpak bergerak ingin menjalankan kursi roda. "Tidak perlu, Sayang. Biar Papa saja yang menjemput. Papa akan membawa mereka ke sini, mereka belum pernah main ke kantor kan?"     

Rachel mengangguk, seutas senyum terbit di antara buliran peluh kecemasannya sebagai seorang ibu.     

"Belum, Pa. Maaf sudah merepotkan Papa ...."     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.