HE ISN'T MYBROTHER

Jangan Biarkan Dia Menyentuh Kedua Anakku



Jangan Biarkan Dia Menyentuh Kedua Anakku

0Pada akhirnya Dinu tetap menginginkan apa yang telah dikatakan pada kedua cucunya. Semua ini demi kebaikan mereka juga menurut Dinu.     
0

Nefa selalu saja mengerucutkan bibirnya saat tubuh gadis kecil itu sudah berada di bangkunya. Sedangkan Nathan juga tak kalah sama kesalnya. Uang yang semestinya bisa ia kumpulkan menjadi berkurang karena Adiknya.     

"Kenapa kalian berdua diam? Ada yang salah dengan hukuman Opa?" tanya Delon memecah keheningan yang tak pernah terjadi sebelumnya.     

Nefa dan Nathan saling pandang satu sama lain dengan tatapan kesal. Tidak berapa lama, kedua buah hati Delon dan Rachel itu saling membuang pandangan.     

"Kalau mama kalian tahu, pasti akan sangat marah." Lanjut Delon seraya melirik ke arah spion dan tampilan kedua anaknya masih saja sama seperti tadi.     

Delon menghela napas panjang, ia bingung bagaimana membuat dua saudara itu kembali mengacau seperti biasa. Jika, ada Istrinya di sini pasti permasalahan ini akan berakhir dengan tuntas.     

"Ini semua karena Kakak!" Nefa berucap dengan kesal.     

"Kenapa aku? Itu gara-gara kamu, Nefa!" sahut Nathan tidak terima.     

"Salah, Kakak!"     

Delon pusing mendengar perdebatan yang terjadi. Ingin rasanya ia mengetukkan kepala, di depan kendali stir saat ini. Ia menoleh sekali lagi, dan kali ini kedua anaknya terlihat sedang saling maraih tubuh mereka satu sama lain. Beruntung tubuh Nathan dan Nefa ditahan safebelt.     

"Besok aku akan membawa satu anak buahku untuk duduk di antara mereka berdua."     

Perjalanan mobil mewah hitam itu hampir mendekati sekolah kedua anaknya. Sekarang Delon lebih memperketat sekolah itu, tanpa sepengetahuan Rachel dan Dinu. Ia tidak ingin kejadian Marina menculik Nathan dan Nefa kembali terjadi.     

"Sayang, kalian pergi ke sekolah yang pintar ya! Papa akan ke kantor setelah ini. Nanti Papa jemput ... ingat, jangan pernah mau dijemput oma atau paman Rian, okay?" Delon menoleh ke arah kedua anaknya seraya memberikan buku tangannya untuk ditepuk sebagai bukti perjanjian mereka.     

"Toss!"     

"Toss! Setujui!" sahut Nathan dan Nefa dengan suara riangnya meski mereka masih terlibat perang dingin.     

Delon mengulas senyum tampannya menatap kedua buah hatinya. Ia perlahan membuka pintu mobil untuk mengeluarkan tubuhnya, setelah itu ia bergantian untuk mengeluarkan Nathan dan Nefa.     

"Saling bergandengan. Papa tidak akan membawa kalian masuk jika kalian masih saling marahan," tanggap Delon saat melihat Nathan dan Nefa saling berjauhan saat berjalan.     

Nefa menengadahkan wajahnya sembari menggeleng, ia berharap dapat membujuk papanya untuk tidak memaksa dirinya. Tapi, Delon menggeleng dan masih dengan keputusan awal.     

Nefa mengulum bibirnya sembari memukul kaki tangannya di atas tanah. Gadis kecil itu menoleh ke arah Nathan yang terlihat membuang wajah. Ia memang tidak berniat untuk memulai terlebih dulu.     

"Sudah," ujar Nefa saat tangannya sudah menggandeng tangan Nathan. Wajah Nefa terlipat, tak lagi menatap keberadaan Nathan yang sudah mengulum senyum.     

Delon pun sama dengan sang putra. Ia begitu tak bisa menahan senyum saat melihat wajah cantik putrinya merajuk, semua itu hadiah dari Rachel yang diturunkan pada putri mereka.     

Tubuh jangkung itu menurunkan tingginya setinggi kedua anaknya saat mereka sudah sampai tepat di depan kelas. Kedua tangan Delon ia ulurkan untuk menyentuh wajah kedua anaknya.     

"Kalian saudara. Tidak boleh saling membenci. Nefa ingat saat Kakak membela Nefa dari teman-teman?" tanya Delon pada sang putri yang dijawab dengan anggukkan.     

Delon mengangkat kepalanya untuk memberikan kecupan sayangnya pada sang putri.     

"Ingatlah itu. Kakak Nathan memang sengat suka menggoda, Nefa. Tapi, sebenarnya Kakak sangat menyayangimu, bahkan Kakakmu ingin pindah lagi ke kelas sebelumnya bersamamu ...." Lelaki tampan itu menoleh ke arah putranya yang menoleh ke sembarang arah untuk tidak memperlihatkan raut sedihnya.     

Delon mengusap lembut pucuk kepala Nathan. "Tetapi, kepala sekolah tidak mengizinkan. Papa sudah ikut berbicara, namun hasilnya tetap sama. Jadi, kalian harus tetaplah saling menyayangi, saling bergandengan seperti ini. Jangan biarkan siapa pu melepaskannya," ucap Delon panjang lebar. Dirinya pun terharu dengan apa yang ia ucapkan.     

Lelaki tampan itu hanya menginginkan kedua anaknya tidak saling membenci karena kelebihan mereka masing-masing. Karena Delon tahu tidak ada anak yang terlahir bodoh di dunia ini.     

"Papa ..." panggil Nefa dengan bola mata berkaca-kaca. Gadis kecil itu langsung memeluk leher Delon. Tubuh kecil itu bergetar dengan Isak tangis yang sudah tak bisa tertahan lagi.     

Delon menyeka air matanya sendiri yang jatuh di pelupuk mata. Sedangkan Nathan juga sudah terlihat mengulum bibir kecilnya, namun putranya yang sekarang sepertinya sudah tahu rasa malu untuk tidak menangis di hadapan lelaki lain.     

"Tidak apa, sini. Papa yang ingin memelukmu," ujar Delon sembari merentangkan tangan menyambut sang putra.     

Nathan pun berlari kecil untuk bisa masuk kedalam pelukan Delon. Tangis Nathan terdengar sangat lirih. Sepertinya Nathan sudah paham akan semua hal yang harus dijaga oleh seorang lelaki.     

"Kalian berdua adalah harta terpenting untuk Papa dan mama. Jangan pernah membenci, mengerti?" Ulang Delon yang dibalas serentak oleh kedua anaknya.     

"Mengerti, Papa."     

"Mengerti, Pa!"     

Delon akhirnya bisa bernapas lega mendengar jawaban kedua anaknya. Ia sekarang bisa bekerja dengan tenang dan menangani seluruh permasalahan yang ada.m karena Marina dan Rian.     

"Kalian masuklah, Sayang. Ingat jangan biarkan siapa pun melepaskan ikatan persaudaraan kalian."     

Nathan dan Nefa masuk dengan bergandengan tangan, di sana Delon melihat tawa yang sudah terbit kembali mereka harus kehilangan uang saku. Itu akan membuat mereka saling melengkapi.     

Delon mendirikan tubuhnya, kedua tangan kear itu ia masukkan ke dalam dua saku celana panjangnya.     

"Kalian keluar." Satu perintah itu telah mengumpulkan sepuluh lelaki bertubuh kekar dengan pakaian biasa seperti masyarakat pada umumnya langsung dan berkumpul di dekat Delon.     

"Kami di sini, Tuan," jawab salah satu dari mereka dengan hormat.     

Delon mengangguk, pandangan itu masih melekat pada kedua punggung tas Nathan dan Nefa sampai benar-benar masuk ke dalam lorong sekolah.     

"Ada yang mencurigakan?" tanya Delon dengan nada lirih. Ia tidak mungkin membuat para orang tua yang sedang mengantar anak-anak mereka ketakutan dengan adanya anak buah Delon.     

Beberapa anak buah Delon berpura-pyra sedang mengobrol dengan tawa yang mengiring. Dan yang lain memberikan laporan tentang situasi yang telah ditanyakan Tuan mereka.     

"Ada tuan Rian dan asisten pribadinya ke sini, Tuan Delon. Tuan Rian datang cukup lama sampai akhirnya dia menerima panggilan dan memilih pergi," jelas salah satu dari mereka.     

Delon meremas kepalan tangan dengan kuat. Setelah Marina yang hampir membuat putrinya terjatuh dari mobil. Sekarang Rian yang akan mengancam dirinya lewat keberadaan kedua anaknya lagi?     

Delon tak akan membiarkan itu terjadi. Dia tahu kekuatan Rian begitu lemah, dia bahkan tak punya cukup uang.     

"Pasang jebakakkan, dua banci saat lelaki itu ke sini. Jangan biarkan dia menyentuh kedua anakku atau kalian kubunuh!"     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.