HE ISN'T MYBROTHER

Antoni Ingin Bertemu Anin



Antoni Ingin Bertemu Anin

0"Jangan ganggu, Nefa! Kamu main sendiri kenapa? Opa juga nggak akan mau main masak-masakkan sama kamu," sahut Nathan kesal konsentrasinya selalu buyar karena rengekkan Nefa.     
0

Nefa bergeming dengan suara Nathan, gadis kecil itu masih setia duduk di pangkuan Dinu dengan dua tangan yang menyanggah kedua pipi gembulnya. Sedangkan kedua pipi gembul kecil itu yang tersanggah di atas paha Nefa.     

"Selama-lamanya sampai Nefa menikah nanti," jawab Nefa dengan suara imutnya.     

Dinu mengulas senyum tua yang menghiasi wajah tampan itu, yang masih saja terlukis begitu jelas di sana.     

"Baiklah, permintaan Tuan Putri akan diterima," balas lelaki paruh baya tersebut.     

Sedangkan Delon sudah mendorong kursi roda Rachel ke arah taman belakang rumah megah mereka. Ingin rasanya ia memiliki waktu berdua dengan Istrinya setelah apa yang terjadi tadi. Delon semakin cemas dengan keselematan Istrinya.     

"Kenapa kita ke sini, Kak? Aku kira kamu akan membawaku ke kamar," ucap perempuan cantik itu dengan posisi duduk pasrah mengikuti ke mana lelaki tampan tersebut akan membawanya.     

Delon tidak mengatakan apa pun sebelum mereka berhenti di tempat. Ia sudah tenang meninggalkan kedua anak mereka di tangan yang tepat selain pelayan mereka yang sudah bertahun-tahun bersama dirinya dan Rachel.     

"Kita di sini, Sayang. Bukankah di sini menyejukkan ... bunga-bunga yang kamu tanam sudah begitu cantik menghiasi taman ini," kata Delon sembari mendudukkan tubuh di sebuah bangku besi bercat putih.     

Rachel menatap berbinar pada berbagai bunga yang selalu ia beri kasih sayang lewat sentuhan tangannya. Merekalah teman yang tak pernah meninggalkan dirinya. Rachel mengulas senyum cantiknya mengingat kembali persahabatan darinya dengan Monica yang masih belum bisa diperbaiki.     

Tangan bergetar itu terangkat, menyentuh kedua pipi Rachel yang basah. Ini semua telah terjadi, ia tak akan menyalahkan siapa pun. Karena Nino terluka juga karena dirinya. Dan sekarang mereka memutuskan hubungan dengan Rachel maupun Delon.     

Keberadaan Nino dan Monica tidak diketahui Rachel. Ia juga tak berniat menanyakan perihal ini kepada Regan atau suaminya. Mungkin ini yang terbaik untuk Monica dan Nino.     

"Iya cantik, Kak. Kenapa bisa secantik ini ... aku hampir tidak percaya," balas Rachel.     

Delon beranjak dari duduknya, ia berdiri memetik satu bunga berwarna merah, membawanya ke arah istrinya. Kemudian Delon berlutut di depan kursi roda Rachel, ia menyelipkan di sela telinga Rachel.     

"Kamu lebih cantik Sayang," puji Delon membuat wajah putih perempuan cantik itu memerah merona. "Apalagi kalau ditambah senyum, aku seperti tidak bisa lagi bergerak di tempat, Sayang. Lihat, bunga-bunga pasti akan layu sebentar lagi," tambahnya membuat Rachel memukul gemas di lengan kekarnya.     

Delon terkekeh sembari menyentuh lengan yang dipukul Rachel. Ia menaruh kepalanya di atas pangkuan istrinya. Kedua kaki panjang itu ia biarkan menyentuh lembutnya sentuhan rumput-rumput hijau kecil yang seakan menyapa kehadiran dirinya dan Rachel.     

"Kenapa manja begini?" Rachel mengusap lembut rambut hitam legam lelaki tampan tersebut.     

Rachel tak bisa menebak apa yang sedang dipikirkan Delon saat ini, yang paling terpenting ia bisa menenangkan lelaki itu.     

"Aku takut, Sayang ... seluruh masalah datang dariku. Dan aku takut kamu akan menjadi sasaran mereka lagi," lirihan sendu itu terdengar begitu dalam. Ada kecemasan dan juga perlindungan yang harus dilakukan.     

"Apa kamu bisa bersembunyi dulu sampai waktunya aku datang?" tambah Delon membuat Rachel mengernyitkan kening. Ia tidak tahu maksud Delon apa. Ancaman dari mana, dan kenapa mereka harus berpisah?     

Lelaki tampan itu mengangkat kepala, memandang Istri cantiknya dengan tatapan penuh kecemasan. Ia harus dengan cepat membereskan Rian dan Marina. Karena Delon tidak mungkin kembali membawa keluarganya terjebak dalam jurang kematian untuk kedua kalinya.     

"Apa yang kamu katakan, Kak? Kita baru saja berkumpul dengan Papa. Kenapa harus berpisah lagi?" protes Rachel tidak setuju.     

Dirinya sudah bersusah payah menyambungkan kembali anak dan ayah itu. Tapi, dengan mudah Delon memutuskan lagi dengan sepihak.     

"Papa akan tetap bersama kita ... tapi, akan bersama denganmu dan anak-anak. Aku akan di sini untuk menyelesaikan semuanya." Penjelasan Delon membuat Rachel melepaskan kedua tangan besar yang berada di kedua pipinya.     

Kerutan di kening Rachel semakin menebal, ia tidak tahu apa yang dimaksud Delon. Bukankah seluruh masalah sudah selesai?     

"Ada apa lagi, Kak? Apa ini gara-gara lelaki miterius itu?" tanya Rachel menelisik dan Delon mengangguk lemah.     

"Dia Rian. Sekarang dia hanya memiliki rumah dan beberapa aset dan tak mungkin bisa membangun sebuah perusahaan, meski itu kecil. Dia akan tetap balas dendam padaku, Sayang ..."     

"Maka dari itu aku telah menyiapkan pulau pribadi untuk kalian." Lanjut Delon menatap lekat pada dua iris mata indah Istrinya.     

Rachel sekarang paham bagaimana alur permasalahan ini. Ia membawa kepala itu ke dalam pelukannya. Beban Delon pasti sangat berat, apalagi di antara mereka sekarang ada Nathan dan Nefa yang sudah berusia enam tahun.     

"Apa kamu setuju, Sayang? Ini juga berat untukku berpisah dengan kalian. Tapi, aku tidak mempunyai pilihan lain."     

Rachel tidak menjawab. Ia juga bingung dengan jawaban yang harus ia katakan pada Delon. Ia hanya bisa memeluk lelaki tampan itu dalam pelukannya. Hembusan angin segar menyentuh wajah mereka yang sama-sama diselimuti kekalutan.     

"Aku akan memikirkannya, Kak."     

Di sisi lain Antoni sudah kembali ke luar Negeri, ia mengikuti apa yang dikatakan Delon padanya. Ia harus menemui Anin yang ia kira sebagai Anita. Antoni harus menyelesaikan seluruh permasalahan ini.     

Perjalanan udara membutuh waktu yang tak sedikit, terkadang Antoni membuka kembali galeri fotonya bersama dengan Delon dan Anita. Bibir itu melengkungkan senyum, seakan mengggores kembali ingatan indah di saat mereka bersama tertawa, sedih, dan saling membenci.     

"Apakah yang dikatakan Regan benar? Apa kamu benar sangat membenciku?" Monolog Antoni dengan nada pilu. Ia meremas benda pipih yang berada digenggamannya.     

Kurang lima menit lagi pesawat yang ditupanginya akan membawanya di mana Anin berada bersama dengan lelaki yang Antoni adalah kekasih Anita.     

Dalam lamunannya, Antoni ia dikejutkan dengan suara anak buahnya yang kembali mengingatkan dirinya tentang perjalanan yang ia tempuh kembali.     

"Boss, mobil kita telah siap. Dan anak buah kita juga sudah memastikan jika wanita itu masih berada di sana, dia selalu menangis setiap saat," ucapnya.     

Antoni menoleh ke arah anak buahnya. Ia menjadi bersalah telah membuat lelaki itu koma. Entah apa yang bisa dia lakukan untuk menebus dosanya kali ini. Ia merasa begitu bodoh sejak aw tidak bisa mengenali antara Anita dan Anin. Apakah ia nantinya juga masih bisa menyakinkan Anita dengan cintanya?     

"Lalu bagaimana tentang infomasi tentang Anita? Apa dia baik-baik saja?" tanya Antoni yang juga memerintahkan anak buahnya mencari keberadaan Anita di Inggris sesuai dengan apa yang dikatakan Regan.     

"Maaf, Tuan Antoni ...."     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.