HE ISN'T MYBROTHER

Karma Anthoni



Karma Anthoni

0Rachel menatap lekat pada bola mata hitam bergetar di depannya seakan menginginkan pengulangan jawaban darinya. Ia bisa melihat kekuatan cinta yang tersimpan untuk Anitha di sana.     
0

"Aku tidak berbohong. Dialah yang membuatku seperti ini dan saudaranya baru kembali ke Belanda satu tahun yang lalu ... Tuan Anthoni pasti sudah menemui mereka bukan?"     

Anthoni mengangguk. "Dengan seorang lelaki. Dan dia sekarang koma karena aku menembaknya. Tapi, aku tidak melakukan apa pun saat dia berteriak padaku," jelasnya sekali lagi. Rachel ikut merasakan duka dan perasaan sakit hati dihianati.     

Namun, apa yang dilakukan Antoni sungguh salah. Max tidak bersalah, lelaki itu salah mengenali wanita yang dicintainya.     

"Jangan sentuh dia, Sayang. Sekali lagi kamu sentuh dia akan kubunuh di sini juga," sahut Delon yang sudah tidak tahan lagi melihat Rachel menyentuh bahu lelaki lain.     

Rachel yang mendengar ancaman suaminya dengan cepat menguraikan niatan sembari menggerakkan kepala ke arah Delon yang memperlihatkan gelengan.     

"Kau bahkan masih sempat-sempatnya cemburu padaku, aku ingin meminta penjelasan untuk semuanya. Bahkan anak buahku tidak bisa melacak jika Anitha mempunyai saudara kembar," ujar lelaki yang berada di depan kursi roda.     

Anthoni memang tahu sifat pencemburu yang Delon miliki, tapi ia juga tidak sedang merayu Istri orang lain. Ia hanya ingin tahu siapa kembaran Anita, apa benar perempuan yang sempat ia todong dengan senjata tepat di depan kepala adalah perempuan yang di maksud Rachel.     

"Aku tidak peduli, itu urusanmu. Kau urusi saja masalahmu. Jangan libatkan aku dan Istriku!"     

"Regan berikan dokumen itu." Lanjut Delon menatap lekat pada asisten pribadinya dengan menghiraukan tatapan Antoni penuh arti padanya.     

Regan yang mendengar perintah Delon dengan cepat berbalik, melangkah ke arah meja kerja Bossnya. Setelah mendapatkan dokumen yang dimaksud, Regan kembali mengayun langkah ke arah Delon.     

"Ini, Boss." Lelaki berkaca mata itu menyodorkan berkas merah ke arah Delon. Delon mengambil dan segera memutar kursi roda Rachel tanpa mengatakan apa pun lagi pada Anthoni.     

Lidah Rachel tiba-tiba kelu melihat tatapan mantan kedua sahabat itu. Ia memang dulu sangat takut pada Antoni, tapi saat melihat wajah itu sedih Rachel juga merasa iba.     

Mungkin Tuhan memberi kesempatan pada Antoni untuk memperbaiki segalanya. Tapi, bagaimana kalau lelaki itu tahu jika Anitha depresi?     

"Kak, tunggu ... sebaiknya kita kembali. Lihat dia sudah berubah, apa kamu tidak kasihan?" tanya Rachel membuat Delon menghentikan laju dorongan roda kursi rodan tersebut.     

Delon menurunkan pandangan saat mata Istrinya menengadah ke arahnya.     

"Biarkan saja. Dia harus bisa menyelesaikan sendiri urusan percintaannya sendiri. Selama ini kita sudah terlalu cukup menjadi korban salah sangka dari dia."     

Delon mengusap lembut pucuk kepala Rachel untuk memberi ketenangan bahwa semua akan baik-baik saja.     

Rachel mengangguk dengan senyum simpul di sana.     

"Dia harus bisa membuktikan jika dia benar sudah sadar. Anitha pasti akan sembuh dengan cinta yang ditunjukkan Antoni," imbuhnya. Delon tahu jika Antoni akan melakukan yang terbaik untuk bisa mendapatkan kebenaran.     

'Selamat berjuang, Anton!'     

Sedangkan di ruang kantor Delon, di sana masih ada Regan yang bingung bagaimana cara mengusir Antoni untuk beralih dari tempat berdirinya.     

"Apa Lo akan di sana terus? Kantor ini akan segera ditutup. Dari mana sih lo tahu kalau gue ada di sini?" tanya Regan sembari membenarkan kaca matanya yang sedikit merosot.     

Regan juga bingung dari mana ia dan Delon akan bertemu sedangkan jelas-jelas hampir seluruh perusahaan di Negara ini tutup operasionalnya, termasuk perusahaan Delon.     

"Gue nggak tahu kalau kalian mau ketemu. Lo bisa percaya bisa nggak, gue cuma mau nemuin Delon. Bukan lo," jawab Anthoni sesuai dengan apa yang terjadi.     

Anthoni datang setelah melakukan meeting penting. Ia tidak sempat beristirahat karena memang pikirannya sedang tidak tenang memikirkan wanita yang ia pikir sebagai Anita menangis di bawah kakinya, memeluk seorang lelaki.     

Regan berdecak. Siapa yang akan percaya dengan perkataan seperti itu. Sedangkan, kejahatan Antoni sudah menyebar ke mana pun. Termasuk pada saudaranya, ia juga tak mampu untuk mengabarkan pada Tantenya tentanh kondisi Max sekarang.     

"Sekarang lo udah bertemu Delon. Apa lo bisa pergi? Gue akan buat perhitungan ke lo tentang kondisi Max!" seru Regan membalikkan tubuh, membelakangi Anthoni.     

Sedangkan Anthoni hanya bisa menarik napas dalam mendapati karmanya telah dimulai saat ini.     

Antoni membungkukkan tubuh, tangannya terulur mengambil benda pipih yang sempat terjatuh karena baku hantam yang Regan beri pada kedua rahangnya.     

"Gue akan pergi, tapi gue juga akan kembali," kata Antoni mulai melangkah pergi meninggalkan ruangan itu.     

Regan memutar tubuh saat mendengar suara pintu tertutup. Kedua tangan yang telah mengepal menghantam meja kerja Bossnya.     

BRAK!     

"Brengsek! Beraninya datang membawa masalah lagi!"     

Sedangkan Delon sudah berada di perjalanan dengan hati lega melihat sahabatnya yang dulu sudah kembali. Senyum tampan itu bahkan tak pernah pudar dari di bibir tebal itu hingga membuat Rachel ikut mengulas senyum.     

"Ada apa, Kak? Kenapa senyum-senyum terus sih? Apa karena kamu bertemu dengan wanita tadi?" Rachel menebak sesaui dengan wajah wanita cantik itu yang masih menempel pada ingatannya.     

Rachel takut jika Delon akan bosan dengan dirinya yang selalu saja digendong dan diturunkan di atas kursi roda. Seperti senuah beban untuk Delon.     

Lelaki tampan tersebut memggeleng. Genggaman tangan mereka semakin erat untuk membuktikan hanya Rachellah perempuan yang bertahta dalam hatinya.     

"Aku memikirkan Antoni."     

"Aku sudah tidak mengharapkan dia berubah, tapi ternyata waktu berubahnya saat ini. Ketika seluruh waktu berubah dengan cepat," sambungnya membawa genggaman tangan itu ke dalam permukaan bibir tebal Delon.     

Rachel yang tadi menoleh ke arah Delon, sekarang bergerak menatap jalanan lurus di depan.     

"Sesuatu yang tak pernah terduga. Aku harap tuan Antoni bisa menemukan Anita di mana," sahut perempuan cantik itu tersebut.     

Mobil mewah hitam Delon melaju dengan kecepan sedang hingga sampai di depan halaman rumah mereka. Hanya membutuhkan waktu dua puluh menit mereka sudah bisa melihat istana mewah mereka.     

"Kak, bentar ... kita kapan bertemu papa dan mama? Aku rindu mereka," kata Rachel yang menahan tubuh Delon yang akan segera turun menjadi kembali berbalik ke arah Istri cantiknya.     

Delon mengulurkan tangan untuk menyentuh pipi putih kiri Rachel, mengusap dengan lembut di sana. "Baiklah, kita juga sudah hampir sebulan tidak berkunjung karena Nefa sakit," balas Delon mengiyakan permintaan Rachel.     

Rachel mengangguk. "Terima kasih, Kak," ujarnya.     

"Sama-sama, Sayang. Aku selalu ingin memberikan apa yang kamu inginkan." Delon mengecup kening kecil Rachel, "Sekarang kita turun ya!"     

Delon mulai membuka pintu mobil, belum sampai kedua kakinya menyentuh tanah. Suara teriakan kecil membuat Delon membulatkan mata.     

"Heey, kalian diantar siapa?"     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.