HE ISN'T MYBROTHER

Antoni Lagi dan Masalah



Antoni Lagi dan Masalah

0Seorang lelaki memakai jas hitam dengan tatanan rambut rapi sedang terduduk di kursi kebesaran yang sengaja ia balik dengan tatapan lurus ke depan menembus pemandangan dari balkon yang dihalangi oleh dinding kaca.     
0

"Tuan Anton, ada kabar buruk."     

Suara bergetar itu tidak membuat lelaki itu membalikkan tubuh. Ia hanya mengkode dengan tangan terjulur ke atas untuk meminta bawahannya segera mengatakan berita apa yang sedang ia bawa.     

"Imbas dari kita mengambil tiga senjata itu, lima anak perusahaan di bawah perusahaan utama telah kehilangan beberapa klien dan investor ..."     

"Tuan Max memerintahkan seluruh jajarannya untuk membuat para klien yang bergabung dengan perusahaan itu untuk tidak lagi membuat perjanjian kerja sama dengan perusahaan kita ..."     

"Bahkan, video Anda yang tidak berdaya di sebuah kelab malam telah tersebar di seluruh investor yang sudah dan belum menanamkan saham, hal inilah yang membuat mereka tak percaya." Lanjutnya.     

Bawahan Antoni tidak heran jika Max bisa melakukan hal ini semua, jika melihat kesuksesan yang dialami perusahaan itu sungguh menganggumkan. Tapi, Antoni selalu menganggap enteng segala urusan. Bahkan ada beberapa proyek yang terbengkalai entah karena apa.     

Tuannya itu seperti sudah tak memiliki gairah dalam berbisnis sejak dua tahun lalu. Mereka mengadakan sebuah pertemuan bisnis di Inggris.     

"Apa yang dia mau?" tanya lelaki itu masih bernada santai.     

"Anda mengembalikan seluruh senjata itu langsung. Dan sekerang tuan Max sedang berada di Indonesia. Apakah Anda akan meminta maaf?" tanyanya lagi menelisik. Ia tahu ini bukanlah seorang Antoni yang mereka kenal.     

Namun, setidaknya seluruh usaha mempermalukan dirinya sendiri demi menyelamatkan perusahaan menurutnya tidak ada yang salah. Antoni harus melakukan itu jika tidak ingin perusahaan utamanya juga terimbas.     

"Ke sana? Tentu. Tapi, meminta maaf tidak. Aku harus menemukan Delon juga," ucap Antoni sembari memutar bangku kebesarannya hingga kini terpapanglah sudah wajah tampan berwibawa tersebut.     

Bawahan Antoni mengerutkan kening. Ia masih tidak paham kenapa Tuannya akan rela jauh-jauh ke Negara tersebut hanya ingin bertemu dengan seseorang. Sedangkan perusahaan mereka sudah terancam bangkrut.     

"Tuan Antoni, Anda pernah mengatakan sudah tidak ingin berhubungan dengan mereka. Kenapa Anda akan melakukan itu?"     

Pertanyaan bawahannya membuat Antoni bergeming dengan goresan ingatan yang tak mampu ia lupa. Ia benar-benar melihat Anitha dua tahun lalu. Akan tetapi, apa yang ia lihat tidak sesuai dengan harapannya. Antoni melihat wanita yang masih ia cintai hingga tarikan napas di detik ini, bercumbu dengan lelaki lain.     

Hati Antoni hancur. Ia memang tidak percaya dengan yang ia lihat. Lelaki itu pun kembali lagi untuk mencari informasi tentang Anitha lebih detail, ia ingin melihat kedua matanya yang sudah tidak berfungsi atau memang dirinya yang sedang dibodohi oleh takdir.     

"Ada urusan pribadi yang harus kuurus. Aku akan membicarakan dengan Max juga. Aku memang terlalu gegabah saat mengambil benda-benda itu ..."     

"Tapi, satu senjata apa sudah bisa didapatkan?" sambung Antoni mentap penuh arti ke arah anak buahnya. Dan beruntungnya, lelaki yang berada di depan Antoni mengangguk.     

"Kami telah berusaha untuk mendapatkan sesuai dengan perintah, Tuan Antoni," tanggapnya penuh hormat.     

Antoni mengangguk sembari mengulas dagunya. Ia sedikit mendengar berita tentang kecelakaan yang dialami istri Delon. Ia sedikit merasa bersalah karena dulu ia pernah ingin menembak perempuan itu dan juga anak di dalam kandungannya.     

Seluruh penyesalan itu mungkin sudah terlambat. Namun, Antoni ingin memperbaiki segalanya. Ia menyesali apa yang telah ia tuduhkan kepada Delon.     

Sekaang ia juga masih berusaha menemukan keberadaan Anita kembali. Ia benar-benar sudah kehilangan data untuk bisa menembus keberadaan wanita itu.     

'Kau sekarang di mana, Anita ... aku hanya ingin bertanya, apa alasanmu membuatku hancur beberapa tahun ini. Bahkan aku sama sekali tidak bisa merasakan cinta. Kau juga membuat persahabatanku hancur,' batin Antoni sendu. Ia meremas kedua buku tangannya kuat.     

"Apalagi yang kau dapatkan tentang informasi orang di Indonesia?" Antoni menggeram untuk memudarkan rasa benci di hatinya.     

Anitha adalah kekuatan dan kelemahan bagi dirinya. Ketika melihat wanita itu tersenyum lepas, seluruh beban Antoni terasa terangkat. Tapi, saat melihat Anitha terkubur di depan kedua matanya seluruh dunia Antoni terasa ikut terkubur di sana.     

"Seperti yang saya kirimkan di email Tuan Antoni beberapa kejadian tidak terduga terjadi. Dan saudara kembar dari kerabat tuan Max juga datang untuk menuntut mertua tuan Delon," jelasnya kembali.     

Antoni membuka ponselnya. Ia hanya membuka sekilas saja tentang informasi istri Delon yang mengalami kelumpuhan karena sebuah kecelakaan, dan selebihnya ia tidak mengetahui apa.     

"Saudara siapa, namanya siapa? Apa aku mengenalnya? Apa dia yang membuat perusahaanku juga dihancurkan Max?" Pertanyaan memberondong itu arahkan pada anak buah kepercayaannya yang telah beratahun-tahun ikut dengannya. Namun, tidak mengetahui permasalahan dirinya dan Anitha.     

"Apa kita bisa menolongnya?" tambahnya lagi.     

Anak buah Antoni menggeleng. Seorang Delon saja tidak bisa menangani kasus yang sudah jelas akan data bukti yang tak bisa diingkari. Apalagi Tuannya, itu sungguh tak mungkin.     

"Baiklah, baiklah. Aku akan membaca terlebih dulu. Kau berikan padaku data seluruh perusahaan yang sudah tersentuh oleh tangan Max. Sebentar lagi aku akan menghubungi orang itu ..."     

"Kau takut aku tidak bisa membayar gajimu kan?" tambahe lelaki yang membuat anak buahnya menggaruk kepala belakang. Karena itu juga alasan terpenting. Dirinya bukanlah seorang lelaki lajang dan tentu harus membiayai kedua anak dan istrinya.     

"Benar, Tuan Antoni."     

"Saya akan menyalin seluruh data-datanya terlebih dulu. Saya permisi, Tuan." Lanjutnya yang diangguki Antoni.     

Antoni mulai membaca apa hasil yang ia perintahkan pada anak buahnya. Seluruh informasi itu begitu rinci hingga alamat sekolah anak kembar Delon pun tertulis. Namun, bukan itu misisnya kal ini. Ia hanya ingin tahu di mana sekarang Delon berada.     

Sedangkan apartemen yang dulu Delon tempati sudah kosong setelah anak buahnya satu tahun lalu datang ke sana. Di kediaman Jeno dan Martha juga tidak ditemukan Delon sering berkunjung ke sana.     

Sepertinya Delon memang terlalu menjaga ketat keluarga kecilnya dari dirinya sejak peristiwa tembak menembak dan ancama darinya yang ingin membunuh kedua anak Delon jika informasi tentang kematian Anita adalah salah besar.     

BRAK!     

Antoni menggebrak meja kerjanya dengan kuat. Hingga beberapa dokumen terjatuh di atas lantai.     

"Wanita seperti apa kau sebenarnya, Anita? Apa kau sebegitu membenciku dan Delon sehingga berani mengadu domba seperti ini?"     

Kalimat itu keluar dengan tatapan memburu. Rasanya ia ingin sekali bertanha langsing pada Anita seraya berteriak sekencang-kencangnya kenapa dirinya diperlakukan seperti ini.     

Antoni mulai menurunkan pandangannya lagi saat layar ponselnya bergerak bergetar di atas meja kerjanya.     

Benda pipih itu terangkat, diletakkan di samping telinganya. Antoni mengernyit saat tidak mendengar suara apa pun dari panggilan asing tersebut.     

"Ini siapa? Beraninya bermain-main dengan seorang Antoni!" sungutnya yang tiba-tiba membuat seseorang yang berada di ujung telpon di tertawa terbahak.     

"Antoni ... Delon. Apa kalian berdua saling mengenal? Aku akan memberitahu satu rahasia ...."     

"Hey kau siapa!?"     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.