HE ISN'T MYBROTHER

Ujian di Rumah



Ujian di Rumah

0Regan berlari kencang untuk bisa menemui adik iparnya. Mendengar Monica hamil, dirinya pun ikut bahagia. Meski ia yakin Nino akan semakin merepotkan dirinya setelah ini.     
0

"Ayo balik. Lo udah ditungguin suami lo," katanya yang sudah berada di belakang kursi yang diduduki Monica. "Gue tahu lo lagi kesel sama suami lo, tapi dia hanya mau bertahan dengan keahliannya. Lo harus paham, ini nggak mudah buat Nino ... gue tahu dia dari kecil dan—"     

Suara suitan membuat perkataan Regan terhenti seketika. Wajah menunduk dengan nada sendunya itu terangkat seketika, ia menoleh ke arah pusat suara yang seakan memanggil Regan.     

Dan betapa terperangahnya lelaki berkaca mata itu menemukan dua sosok perempuan dengan satu gadis kecil berambut ikal hitam legam sedang menikmati ice creamnya, melambai ke arah Regan.     

Di detik itu pula Regan menoleh kembali ke arah perempuan yang duduk di bangku putih panjang di depannya. Dan masih belum terlihat tanda pergerakkan.     

Regan tanpa berpikir panjang mengayun langkah panjang ke arah depan untuk melihat siapa yang ia ajak bicara. Kedua manik hitam yang teraling kaca mata itu melebar seketika.     

"Bapak yang bicara tadi ya?"     

Pertanyaan itu membuat Regan menggaruk tengkuknya. Ia benar-benar tidak menyangka jika baju yang dipakai Monica ada yang menyamai. Sialan! Harga diri Regan benar-benar anjlok!     

Rasanya Regan ingin melempar gunung, bukit, dan bebetuan besar ke arah laut.     

Tidak berapa lama suara tawa nyaring ia dengar dari samping kanan tubuhnya. Regan mengarahkan pandangan ke arah pusat tawa itu.     

"Hahaha Papa salah orang!" Suara lucu itu membuat Regan berlari kencang dan merebut tubuh kecil memeluknya gemas.     

"Hahaha... ampunn Papa!" tambahnya lagi membuat anak dan ayah itu saling tertawa bersama.     

Sedangkan perempuan yang tadi duduk di kursi panjang akhirnya bangkit dari sana, lalu mengangguk untuk mempersilahkan beberapa orang yang ia yakini sebagai satu keluarga itu untuk duduk.     

"Silahkan kalau mau duduk. Saya hanya nunggu anak saya main. Sekarang anaknya udah dibawa suster masuk ..."     

"Lain kali kalau mau curhat sama orang yang bener ya, Pak. Takut kalau ada yang bocorin," sambungnya dengan wajah serius. Setelahnya, perempuan itu berlalu pergi meninggalkan lelaki berkaca mata itu bersembunyi di tubuh kecil putrinya.     

"Umpetin Papa, Sayang. Papa malu! Ini gara-gara Tante kamu," ujar Regan tanpa melihat keberadaan Monica yang sedaritadi tidak bisa menahan tawa.     

Sellyn menutup mulut sembari menggeleng kepala melihat suaminya yang tak pernah berubah selalu saja membuat perutnya sakit dengan segala kelakuannya.     

"Lain kali dilihat dulu, siapa yang diajak biacara. Kalau begini kamu jangan deket-deket putriku. Lihat seluruh orang liatin kamu," sahut Sellyn yang beranjak ingin mengambil Fira, tapi ditahan oleh Regan.     

Regan mengalihkan pandangan ke arah Monica. Menatap dengan penuh arti seakan melampiaskan rasa malu yang ia rasakan tadi.     

"Ayo balik. Lo hamil, tapi larian-larian mulu kayak tupay!" seloroh Regan kesal.     

Sellyn menoleh ke arah Monica yang terlihat masih enggan untuk kembali ke ruangan Nino. Ia tahu hal pelik apa yang sedang mengganggu di hati sahabatnya itu. Apalagi peristiwa besar ini sungguh membuat jiwa dan rasa takut yang berlebihan dari Monica muncul.     

"Abang duluan aja. Nanti kita nyusul berdua, Sellyn masih mau beli barang khusus perempuan sama Monica," kata Sellyn mengambil alih bibir Monica Yanga akan terbuka.     

Regan menghela napas panjang. Melihat dua perempuan itu justru langsung berlari sebelum dirinya memberi balasan.     

"Lihat itu Mamamu, Sayang. Apa kamu tidak berniat mengganti mama baru?" tanya Regan yang dibalas Fira dengan menggeleng gemas.     

Regan tertawa terbahak melihat putri kecilnya bahkan tak jauh beda dengan Sellyn. Beruntung suasana taman itu begitu ramai, sehingga suara tawa lelaki berkaca mata bening itu teredam dengan rengekan atau pun teriakan oleh pasien anak kecil.     

"Baiklah, baiklah. Papa mana berani mengganti mamamu."     

Lelaki itu mengecup kening kecil Fira sayang. Kemudian membawa kembali ke arah ruang rawat Nino. Ia tahu pasti adiknya itu sedang terguling cemas.     

Di rumah besar Delon. Sekarang Rachel sedang berkutat dengan beberapa lembar ujian kenaikan semester. Seharusnya Rachel bisa mengenakan di kampus. Tapi, karena kondisi tubuhnya yang tidak memungkinkan membuat seluruh ujian dan pembelajaran Delon alihkan di rumah.     

"Sayang masih berapa lama lagi?" bisik Delon yang diam-diam mengambil kesempatan untuk mengecup pipi putih istrinya.     

Rachel tidak merespon apa yang dilakukan suaminya. Tatapan fokusnya masih berada di lebaran kertas putih itu. Dan juga panggilan video yang tersambung dengan dosen khusus Rachel.     

"Ayo kerjakan lagi Rachel. Jangan harap kamu mendapat perlakukan istimewa dari saya. Kamu tetap sama dengan mahasiswa lainnya," ucap Dosen yang sedang tersambung dengan panggilan video Rachel.     

Sepertinya dosen tersebut tahu jika Rachel sedikit terkejut dengan serangan yang dilakukan Delon. Dengan cepat perempuan cantik yang membiarkan rambut hitamnya terurai itu mengangguk.     

"Baik, saya mengerti. Maafkan saya, Pak. Tadi hanya ada nyamuk saja," kilah Rachel yang dibalas dengan tangan yang bergerak di udara, untuk meminta Rachel segera melanjutkan kembali.     

Sebelum Rachel melanjutkan ujiannya, ia sempatkan terlebih dulu untuk melirik tajam.ke arah suaminya yang sedang sembunyi di bawah kolong meja dengan tawa cekikikan.     

Rachel kembali mengarahkan pandangan pada lemabaran penentu masa depannya dengan satu tangan menutup mulut Delon.     

Delon membulatkan mata saat mendapati tawanya terhenti karena sebuah tangan telah berada di sana. Beruntung kedua anaknya sedang bermain dengan Bi Rani, sehingga ia bisa menggoda Istrinya yang sedang fokus menghadapi ujian sulit itu dan juga dosen galak pilihannya.     

"Kamu minta dicium, Sayang? Nih, aku kasih," kata lirih Delon yang tanpa henti memberi kecupan basah di buku tangan Rachel. Dan beberapa kali ia menggunakan lidahnya membuat Rachel kembali bereaksi.     

Rachel mengerjakan beberapa rumus Ekonomi yang menurut mahasiswa lainnya adalah soal yang cukup menyulitkan. Tapi, anehnya Dosen itu tak melihat raut kesuliatan pada wajah mahasiswinya kali ini.     

"Apa itu mudah untukmu, Chel?" tanya Dosen tersebut dengan menelisik. Karena ia juga tidak menemukan tanda-tanda Rachel mencontek atau apa pun.     

Setelah berita kecelakaan yang menimpa Rachel. Seluruh kampus berbondong-bondong mengangkat berita itu hingga menyebar di setiap telinga mahasiswa hingga ke ruang para dosen.     

Dan hal tersebut juga dibenarkan oleh Delon, sebagai suami dari mahasiswinya.     

Dirinya mengakui kecerdasan Rachel.meski beberapa masalah menimpa perempuan cantik itu. Pantas saja seorang Delon bisa tergila-gila dan mampu melakukan apa pun untuk sang Istri agar bisa lulus dari ujian semester ini.     

"Sedikit, Pak. Tapi, saya akan berusaha sebaik mungkin," balas Rachel sesuai dengan apa yang telah ia lakukan saat ini. Ia ingin segera lulus dan bisa membangun kembali perusahaan baru untuk kedua orang tuanya.     

"Jangan lupakan nilai kerajianan dan tugasmu yang selalu baik. Bapak, tidak memaksa jika kau masih sulit untuk berpi—"     

"Astagaa!" teriak Rachel reflek.     

"Ada apa? Apa kau kesakitan?" tanya Dosen tersebut yang sudah didera serangan panik.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.