HE ISN'T MYBROTHER

Kedatangan Max



Kedatangan Max

0Rachel benar-benar terkejut dengan apa yang dilakukan Delon di bawah sana. Ia memang tidak peduli dengan apa yang dilakukan suaminya yang hanya sekedar mencium dan sedikit menjahilinya.     
0

Namun, kali ini berbeda. Hal menjijikkan Rachel rasakan. Sehingga teriakan sudah terelakkan.     

"Panggil suamimu untuk segera datang jika kau merasa pusing atau kesakitan. Kita bisa lanjutkan ujian besok. Bapak yakin kau tidak akan pernah curang," ujarnya kembali memberi kesempatan pada Rachel.     

Rachel masih menggerakkan kepala ke depan layar ponselnya dan ke bawah secara random. Ekspresi perempuan cantik itu begitu kentara. Rasanya ia ingin melempar lelaki yang berada di bawah meja itu.     

"Tidak, tidak Pak. Kita lanjutkan saja. Tadi hanya ada tikus," balas Rachel yang tak mungkin menunda ujian ini dan mengakibatkan asumsi mahasiswa lain yang menganggap dirinya begitu diistimewakan.     

"Baiklah, kalau kau tidak apa-apa."     

Rachel menggelengkan kepala saat mengingat dengan jahilnya Delon memasukkan jemarinya ke dalam lubang hidung lelaki. Dan hal tersebut sontak membuat perempuan cantik tersebut menjerit kencang.     

Delon memang suami paling teraneh yang pernah Rachel temui. Ingin rasanya, Rachel menarik telinga lelaki itu hingga memerah dan Delon memohon ampun padanya.     

"Sutt ... sutt, Sayang. Kamu pandai akting juga, aku balik ke kamar anak-anak ya! Sukses ujiannya!" ucap Delon dengan nada berbisik yang terdengar di telinga Rachel, namun perempuan cantik itu hanya mengangguk samar dan kembali fokus dengan kertas ujiannya.     

Delon merangkak untuk bisa keluar dari kamar belajar Istrinya. Sangat konyol jika dirinya ketahuan Dosen yang ia pilih dengan caranya menyeleksi ketat, tiba-tiba tahu sifat jahilnya selama ini yang ingin dekat dengan Rachel.     

"Huhhh... selamat," ujar Delon mengelus dada saat tubuhnya sudah melewati pintu dan menutupnya rapat.     

"Apa yang selamat?" Suara familiar itu membuat Delon mengangkat pandangan, dan melihat kaki besar menghadang wajah tampannya. Dengan cepat lelaki itu mengangkat tubuh, berdiri tegap dan kembali dalam mode dingin serta berkuasa.     

Delon menempatkan wajah tampannya seperti sedang tidak melakukan apa pun. "Ada apa kau ke sini? Bukannya kau sedang bersenang-senang dengan wanita itu?"     

"Anin," jelasnya menekan istilah wanita itu dengan nama. Namun, Delon hanya mengibaskan tangan di udara sembari berjalan melewati tubuh temannya begitu saja.     

Max ikut membalik tubuh mengikuti Delon yang mengarah ke anak tangga. Ia sedikit berlari untuk menyamakan langkah dengan Delon.     

"Seperti yang aku ceritakan kemarin. Aku hanya sedang membantu Anin. Tapi, ternyata Antoni lebih cerdik," kata Max kembali. Dan Delon hanya diam dan mengarahkan langkah mereka ke arah ruang kerjanya. Ia tidak mau permasalahan ini sampai terdengar oleh Rachel yang tak mungkin bisa ke sini.     

Tidak lama kaki mereka telah sampai di sofa panjang coklat mewah Delon. Kaki lelaki tampan itu langsung ia silangkan sembari mengangkat gelas bening berisikan cairan merah.     

Max mengangkat miliknya dan sedikit menyentuhkan pada tubuh gelas milik Delon. "Katakan, apa yang ingin kau katakan," perintah lelaki tampan itu dengan bibir yang telah menyentuh pinggiran gelas.     

Max kembali mengangguk. Ia mulai menceritakan saat dirinya pertama kali bertemu dengan Anin dalam sebuah mega proyek yang mereka lakukan bersama. Selama pekerjaan, Max perlahan mulai menggumi kecerdasan dan analisis yang begitu tepat dari Anin.     

Dan mulai saat itu Max berani mengatakan suka pada Anin yang ternyata wanita itu juga membalas perasaannya. Meski Max tahu dirinya bukanlah lelaki single.     

Dia memiliki banyak wanita di berbagai tempat. Namun, dengan bodohnya, Max mengatakan jika dirinya adalah lelaki yang tak pernah menjalin hubungan dengan siapa pun. Anin mulai menceritakan segala permasalah pelik dalam hidup wanita itu. Mulai dari orang tua yang meninggalkan Anin dan Anita.     

Serta pembunuhan yang dilalukan Anita sebagai pengganti sakit hatinya kepada seorang lelaki. Semua hal besar Anin ceritakan pada Max. Anin meminta dirinya untuk tetap bersama di samping dirinya menghadapi seluruh masalah itu.     

Akan tetapi, Max yang dikendalikan alkohol tanpa sadar melayani setiap sentuhan wanita di dalam kelab malam tersebut. Dan membawa wanita itu untuk pulang ke apartemennya. Saat mereka sedang panas-panasnya saling memberi kenikmatan.     

Anin mendadak datang dengan berlinangan air mata. Max yakin kedatangan Anin yang selalu tiba-tiba itu adalah karena masalah yang sedang dialaminya. Karena Max tidak pernah melihat teman atau orang lain di sisi Anin.     

Mulai dari saat itu hubungan mereka berakhir. Anin yang sangat membenci lelaki peselingkuh membuat dunia Max hancur. Ia mencoba melupakan segalanya tentang Anin. Namun, ternyata dirinya tak bisa. Max diam-diam telah memberikan ruang di hatinya untuk Anin.     

Maka dari itu dirinya juga melakukan sesuatu untuk membuat masalah Anin sedikit terkurangi. Ia diam-diam menghubungi anak buanganya untuk mencari informasi tentang Antoni serta orang-orang yang berhubungan di Indonesia.     

"Sudah kuduga, kau pasti tidak sedang ingin hanya membantu dia. Kau punya maksud lain," ungkap Delon sembari menggoyang-goyangkan gelas berkakinya setelah mendengarkan penjelasan panjang lebar yang sempat ditagih oleh Delon saat mereka sama-sama masih di rumah sakit.     

Max menunduk. Ia tidak memang tidak pernah melakukan sesuatu untuk seorang wanita. Yang ia pikirkan hanyalah menikmati malam bersama, mendesah, dan membuang wanita itu.     

Tapi, dengan Anin berbeda. Ia bahkan terkejut saat mendapatkan sesuatu yang berbeda saat mereka menghabiskan malam bersama. Sesuatu yang tak ia dapatkan dari wanita kecannya yang lain.     

"Aku memang masih mencintai Anin. Tapi, aku tidak memaksa dia untuk kembali padaku. Dia pantas mendapatkan lelaki yang lebih baik. Aku rasa dia bersamaku tidak akan pernah bahagia ..."     

"Aku hanya ingin menyelesaikan kasus ini sebelum aku kembali lagi. Aku tidak bisa tinggal di sini lebih lama," tambah Max dengan nada sendu.     

Delon mengangguk-angguk, ia tahu apa yang sedang dirasakan Max. Lelaki itu sedang dilema untuk membantu Anin atau membantu orang tua istrinya.     

"Orang bersalah tentu harus dimasukkan ke penjara. Aku setuju dengan kalimat itu. Tapi, aku juga berharap jika, kebaikan Anin masih ada. Aku sudah mengatakan tidak akan memaksa, karena seluruh bukti mengarah pada kedua mertuaku," ungkap Delon.     

Max merekatkan tautan tangan kekarnya. Ia sungguh bingung dengan situasi seperti ini.     

"Aku juga sudah berkunjung ke rumah tante Martha. Aku lihat tante Martha sangat terpukul, dan aku sungguh tidak tega," tanggapnya.     

Delon menghela napas panjang, ia menghempas punggung kekarnya di sandaran punggung sofa. Delon menengadahkan kepala meresapi keadaan pelik seperti ini. Ia sudah berusaha untuk mencari bukti ketidak bersalahan Martha dan Jeno.     

Akan tetapi, kenyataannya seluruh bukti yang ia kumpulkan juga mengarah pada mertuanya.     

"Aku sudah mencoba membujuk Anin. Tapi, dia masih tetap kukuh dengan prinsipnya. Wanita kuat dan keras kepala itu sangat sulit aku pengaruhi. Aku minta maaf."     

Delon masih belum menurunkan kepala. "Yang kupikirkan, apa seumur hidup mereka berada di dalam sana?"     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.