HE ISN'T MYBROTHER

Siapa yang Kau Maksud Pelaku?



Siapa yang Kau Maksud Pelaku?

0"Papa! Itu Om siapa? Nefa takut!"     
0

Gadis kecil itu langsung sembunyi di dalam pelukan Delon tidak berani menatap dua orang yang berada di depan mereka sedang dirinya dan Nefa dengan lekat.     

"Kenapa nggak masuk? Kenapa kau membaaa dia?" tanya Delon dingin tanpa menatap keberadaan seorang wanita yang nampak menunjukkan rasa bersalahnya.     

Lelaki yang berada di depan Delon mulai mengayun dua langkah. "Kau jangan marah dulu. Dia berbeda dengan Anita. Aku bisa menjelaskan semuanya," katanya.     

Delon melirik tajam ke arah Anin dengan penuh arti. Wajah itu begitu mirip, tapi bola mata merekalah yang berbeda.     

Anin mengangguk. "Maafkan semuanya. Aku juga bingung bagaimana cara menghubungi kalian. Beruntung Max menghubungiku selalu dan aku bisa membawa kakakku kembali.     

Lelaki tampan itu menghela napas dalam. Lalu mengangguk menggeser tubuh untuk memberi jalan pada Anin dan Max.     

"Terima kasih," ucapnya yang akhirnya Anin bisa melangkahkan kaki ke ruangan yang sempat ia ragukan tadi. Dan tepat di belakang, Max menyusul langkah Anin.     

Nefa perlahan membuka pelukannya. Lalu mengarahkan pandangan pada kedua punggung orang dewasa yang asing di manik mata coklatnya.     

"Kenapa orang jahat disuruh masuk, Pa? Nanti jahatin Mama lagi ... dan membuat Mama nggak bisa peluk Nefa lagi. Ayo usir orang jahat itu, Pa!" teriak Nefa berusaha memberontak dalam pelukan Delon untuk meminta Papanya cepat bergerak.     

Delon mengusap lembut kepala belakang putrinya untuk memberi pengertian. "Dengar Papa, Sayang. Tuan Putri Papa harus percaya pada Papa, kalau Mama tidak akan pergi lagi."     

Delon memberikan kecupan kasih sayang pada kening kecil putrinya.     

"Sekarang kita masuk dan temui Mama. Lihat, mereka orang jahat atau tidak," sambungnya yang hanya dibalas Nefa seraya mencibikkan bibir menggemaskan.     

Delon terkekeh melihat putrinya yang merajuk seperti Rachel. Benar-benar tidak ada bedanya sama sekali.     

"Dasar, Tuan Putri Papa!" Lelaki tampan tersebut menggendong gemas putrinya sembari membawa ke dalam ruang rawat istrinya.     

Di dalam sana Rachel dibuat bingung dengan kedatangan dua orang asing yang sekarang berada di hadapannya. Sedangkan putranya terlihat tidak adingdua wajah itu. Dan hal yang membuat Rachel penasaran.     

"Maaf, apa kalian teman suami saya?" tanya Rachel dengan sopan yang langsung digenggam erat oleh Nathan.     

"Dia adalah Max, Sayang. Saudara jauh dari Regan dan Nino yang sudah membantu kita untuk mengejar Anita. Dan wanita yang berada di sampingnya ... Anin, saudara kembar Anitha," jelas Delon reflek membuat perempuan cantik itu memundurkan tubuh. Kedua mata Rachel juga terbuka lebar.     

Anin mencoba mengayun langkah lebih dekat dengan Rachel. Namun, Rachel justru memeluk erat tubuh putranya untuk tidak bertatap langsung pada mata kejam itu. Mata yang memerintah orang suruhannya untuk membuat kaki Rachel lumpuh.     

"Tolong jangan takut padaku. Aku tidak semenakutkan itu ... tolong percaya padaku," pinta Anin dengan nada sendunya. Tapi, Rachel tetap saja tidak mau merubah sikapnya.     

Anin memejamkan mata sejenak. Lalu, duduk di pinggiran brankar. Sedangkan Delon juga masih menatap waspada pada Anin. Ia tidak akan tahu bagaimana sikap dari wanita itu, mungkin saja tidak ada bedanya dengan Anita.     

"Jangan sentuh Istriku. Kau bisa bicara dengan jarak yang telah dibuat Istriku," sahut Delon dengan nada ketus.     

Max hanya bisa diam sembari memperhatikan punggung kecil mantan kekasihnya.     

"Baiklah," balas Anin seraya mengendurkan kembali tangannya yang sudah terulur.     

Anin menelan ludah kasar. Ia menatap sendu pada tubuh bergetar perempuan cantik di depannya. Mulut itu sudah perlahan terbuka.     

Suasana kamar itu begitu hening. Mereka hanya mendengar suara deru napas kasar dari Rachel dan juga suara rengekan kecil dari Nefa yang cemas dengan keadaan Mamanya.     

"Aku minta maaf atas nama kakakku. Dia memang sangat depresi hingga detik ini karena kehilangan harta hingga kedua orang tua kami."     

Anin mulai menjelaskan bagaimana keadaan Anita di sana. Ia sudah Anita kepada rumah sakit jiwa sesuai dengan saran kepolisian di Negara yang telah ia tetapkan menjadi Negara masa depan Anin.     

Anitha memang ditetapkan menjadi tersangka dengan penyembuhan terlebih dulu di rumah sakit karean kejiwaan Anitha begitu terguncang.     

"Aku menyesali apa yang telah Anita lakukan padamu. Jika aku tidak membawa Anitha untuk kembali ke Negara kami. Mungkin dia akan menambah jumlah korban. Itu semua tidak lepas dari rasa dendamnya ..."     

"Maka dari itu aku di sini untuk menyelesaikan segalanya. Aku dan Anitha masih memiliki kepemilikan di Negara ini. Dan aku akan membawa dan meminta pertanggungjawaban." Lanjut Anin membuat Rachel perlahan menoleh ke arah wanita berpakaian formal tersebut.     

Rachel tidak menyangka jika Anin begitu menjaga seluruh perkataan yang keluar dari mulutnya. Ia mampu melihat ketulusan dari manik mata itu. Lalu apa yang dimaksud pertanggungjawaban untuk keluarga wania itu? Memang apa yang terjadi?     

"Aku telah menemukan siapa saja dibalik pencurian dokumen perusahaan keluargaku. Aku sangat bekerja keras bertahun-tahun untuk bisa mendapatkan beberapa dokumen ini, Rachel." Wanita itu menjelaskan kembali sembari memperlihat beberapa map merah yang herada digenggaman tangannya.     

Rachel mengerutkan kening melihat map merah itu. "Ada apa dengan orang tuamu? Apa mereka masih di Indonesia?" tanyanya.     

Anin menggeleng, tangan yang tadi terangkat di udar kini jatuh lemas ak berdaya.     

"Seluruh keluargaku mati bunuh diri. Mereka tidak berdaya menghadapi kerasnya cacian dari para penduduk di desaku dulu. Dan paman yang selalu menjadi tumpuanku dan Anitha dibuat bangkrut hingga menyusul bunuh diri ..."     

"Dan itu karena keluarga Anton. Anitha membuat hubungan persahabatan suamimu dan Anton memburuk hingga mereka akan saling membunuh satu sama lain. Tapi, sebelum hal itu terwujud ... Anitha mendengar kabar jika Delon telah menikah dan mempunyai anak. Dan kakakku memutuskan untuk kembali ke Negara ini," balas Anin panjang lebar.     

Wanita cantik itu mengeluarkan segala beban di hatinya. Sekarang hatinya sedikit lega, ia merasa oksigen mulai masuk kembali ke rongga dadanya.     

Rachel menggeleng tak percaya dengan perbuatan jahat itu. Ia heran kenapa ada orang yang membenarkan segala cara hanya untuk mendapatkan kekayaan.     

"Lalu apa yang akan kamu lakukan setelah mendapatkan keluarga Antoni?"     

"Mempenjarakan sesuai kesalahannya."     

Rachel tertegun dengan keteguhan hati Anin. Andai Anitha seperti Anin, pasti kedua pasangan kembar itu akan hidup bahagia, layakanya saudara kembar lainnya.     

Delon yang sedang menepuk-nepuk punggung putrinya berniat untuk membuka mulut. Ia juga penasaran bagaimana Anin bisa mendapatkan bukti-bukti itu sedangkan wanita itu berada di Negara yang begitu jauh dari Negara ini.     

"Bagaimana kau bisa mendapatkan bukti-bukti itu? Bukankah kau terlalu sibuk dengan perusahaanmu?"     

Anin mengangguk, kemudian menoleh ke arah Max. "Dialah yang membantuku. Karena keluarganya merupakan teman terdekat dri tersangka satu lagi yang akan mempertanggungjawabkan kemalangan hidupku dan kakakku."     

"Siapa yang kau maksud?"     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.