HE ISN'T MYBROTHER

Pengakuan Dosa di Masa Lalu



Pengakuan Dosa di Masa Lalu

0Pukul satu siang seluruh orang sudah berganti untuk menjaga Nino. Mereka bergantian karena memang sangat kelelahan. Apalagi lelaki berkaca mata di samping brankar rawat Nino. Berkali-kali lelaki itu tak sadar tidur dalam duduk, hingga kepalanya terkatung di udara.     
0

"Bangun, sana Lo pergi tidur aja." Suara serak tersebut membuat Regan kembali menegakkan kepala.     

Nino mendorong lengan tangan kakaknya untuk beristirahat, karena ia tahu lelaki itu belum tidur.     

Regan berdecak sembari mengucek mata. "Lo emang Adik nggak tahu diri. Udah dijagain malah ngusir. Udah lo aja yang tidur," balas Regan kembali yang membuat Nino mengulas senyum simpul.     

Nino menurut untuk menutup kembali. Namun baru beberapa menit lelaki itu mulai memejamkan mata ketukan pintu membuat Nino membuka mata kembali.     

Suara pintu terbuka membuat mereka berdua sedikit tercengang melihat Jeno dan Martha hanya melongok dari luar untuk melihat keadaan di dalam kamar.     

"Kenapa tidak masuk, Tante?" tanya Regan sembari mendirikan tubuh.     

Jeno yang mendengar pertanyaan Regan langsung menunjuk ke arah istrinya yang berada di bawah tubuh Jeno. "Tantemu takut kalau ada Monica dan Sarah," katanya yang disambut pukulan pada paha tua Jeno.     

Regan dan Nino melempar tawa kecil menghadapi sikap lucu kedua orang tua Rachel. Dan tak lama mereka berdua pun masuk, Martha membawa buah untuk Nino ketika ia melihat di ruang rawat itu benar-benar tidak ada Sarah.     

"Nino kamu sudah tidak apa-apa? Apa lukamu butuh penyembuhan di luar Negeri?" tawar Martha yang sudah berdiri di samping tubuh Nino, mengusap kepala pemuda itu yang sudah dianggap sebagai anaknya juga.     

Nino menggeleng. Ia tidak bisa berkata lebih banyak karena membuat lukanya yang telah dijahit terasa begitu sakit.     

"Tidak perlu, Tante. Terima kasih! Bagi Nino ini luka kecil. Tidak perlu cemas," sahut Regan mewakili Adiknya.     

Martha melirik ke arah Jeno yang juga menatap ke arah wanita paruh baya itu. Sesungguhnya kedatangan mereka tidak hanya untuk menjenguk Nino. Tapi, mereka juga berniat untuk mengakui dosa di masa lalu.     

Regan mengangkat satu alis melihat gelaggat aneh yang ditunjukkan oleh pasangan di depannya. Lelaki berkaca mata itu menurunkan pandangan ke arah Nino yang sepertinya mempunyai firasat yang sama dengan Regan.     

"Ta-Tante cu-cuma mau tanya ... apa Anita masih mempunyai kembaran?" tanyanya denan suara terbata. Kedua tangan tua itu bahkan terlihat bergetar tak mampu untuk bertumpu satu sama lain.     

Regan mengangguk tanpa rasa curiga. "Iya dia punya, Tan. Dulu Regan pernah dikira sebagai mata-mata perusahaan lain. Beruntung Delon cepat nolongin Regan ...." Regan mengulas dagunya. Ia mengingat begitu menegangkan suasana penculikan dirinya dulu. Kemudian lelaki berkaca mata itu mengangkat kepala kembali.     

"Tapi, kenapa Tante tahu?"     

Pertanyaan tiba-tiba itu membuat Jeno dan Martha tercengang. Jantung mereka bahkan berdetak lebih kencang dari biasanya. Mungkin saja jika ada alat kedokteran seperti 'stetoskop' mereka bisa mendengar betapa kencangnya detakan jantung tersebut.     

Jeno menghela napas dalam. Ia mengulurkan tangan, menyentuh pundak istrinya.     

"Kami ingin mengakui sesuatu yang telah kamu pendam bertahun-tahun lamanya. Dan mungkin inilah yang membuat Anita mengarahkan serangan pada kalian ... termasuk Rachel." Jeno menundukkan kepala, lelaki itu tidak mampu mengangkat wajah itu karena ia tiba-tiba melihat goresan ingatan menyakitkannya.     

Regan dan Nino masih menanti kejujuran apa yang akan diucapkan lelaki paruh baya itu dan juga Martha. Kebohongan seperti apa yang membuat dua sosok yang selalu terlihat ceria itu tiba-tiba terlihat bergetar dengan peluh dingin memenuhi keningnya.     

"Ada apa sih, Tan ... Om? Regan jadi penasaran. Apa ini berhubungan dengan kedua kecelakaan Rachel?" tanya kembali lelaki berkaca mata itu. Dan Jeno mengangguk lemah.     

Kantuk yang dirasakan Regan tiba-tiba menguar begitu saja melihat ketegangan yang terjadi di ruangan ini.     

"Anita sebenarnya hanya ingin membalas kematian kedua orang tuanya karena kami. Lebih tepatnya, karena kebangkrutan yang terjadi. Itu semua karena kami dan orang tua Antoni sedang dalam kondisi tak memungkinkan ...." Jeno memutus kalimatnya, ia benar-benar tak sanggup menceritakan seluruhnya.     

Jeno ikut terluka dan menyesali segalanya. Setengah harta yang dirinya punya adalah milik keluarga Anita. Dan perusahaan keluarganya bisa bangkit karena kelicikan dari ayah Jeno dulu yang selalu memperdaya ayah dari ibu Anita.     

Dosa itu ditanamkan kepada Jeno sesaat sebelum ayahnya pergi. Karena melihat hanya Jenolah yang mampu menjalankan seluruh alur produksi perusahaan. Sedangkan Tio selalu berupaya untuk memajukan perusahaan dengan cara murni tanpa kelicikan dan tipu daya.     

Padahal dengan cara yang dilakukan Tio perusahaan tidak akan sepesat dulu. Dan memuncaki tangga kejayaan nomor satu. Sebagai pemimpin dari segala bisnis apa pun. Perusahaan Mauren tak pernah tertandingi sejak saat itu.     

Namun, dibalik itu semua ... ada hati dan kejiwaan yang ditumbalkan.     

Jeno dan Martha selama ini sudah berupaya untuk mencari keberadaan di mana Anita dan Anin. Tapi, mereka selalu menemukan jalan buntu.     

Bahkan rumah yang berada di pinggiran desa yang pernah keluarga Anita dan Anin tempati telah dihancurkan oleh para warga karena dituduh menganut ilmu hitam. Keluarga mereka perlahan meninggal dengan cara mengenaskan. Dan terakhir orang tua Anita dan Anita bunuh diri.     

Jeno dan Martha semakin bersalah saja karena dulu menuruti permintaan gila itu. Dan sekarang dosa mereka terasa tak bisa dimaafkan.     

"Katakanlah, Om ... kami akan mendengarkannya. Apa pun itu, lebih baik sekarang daripada tidak sama sekali," ungkap lelaki berkaca mata itu mencoba memberi pengertian pada Jeno agar tidak ragu lagi mengatakan sesuatu yang telah mereka sembunyikan selama ini.     

Lelaki paruh baya itu mengangguk. Apa yang dikatakan Regan memang benar. Jika tidak sekarang, pasti keluarganya akan menjadi sasaran bagi Anita. Mungkin tidak hanya Rachel, mungkin saja akan berimbas pada kedua cucunya.     

"Dulu di masa lalu, Om adalah penjahat. Seluruh harta itu bukan hak Om ...." Jeno mulai menceritakan segalanya.     

Mulai dari sejarah persahabatan yang dinodai dengan kelicikan ayah Jeno. Dan permintaan sebelum ayahnya menghembuskan napas terakhirm. Permintaan yang tak pernah Tio dengar.     

Seluruh harta Anita menjadi milik Jeno hingga membuat Jeno meratapi segalanya setiap hari. Ia juga mengalami gangguan tidur karena rasa bersalahnya.     

Regan dan Nino tak percaya dengan apa yang mereka dengar. Adik dan Kakak itu sama-sama menutup mulut yang ternganga. Dendam.yang dilakukan seara bertahun-tahun itu telah membuat beberpa orang yang berada di sekeliling Delon pasti akan meninggal dengan perlahan.     

Dan ternyata itu semua bermula pada kesalahan Jeno dan Martha di masa lalu.     

"Lalu sekarang bagaimana, Om? Apa Om dan Tante benar-benar menyesal?" sambung Regan dengan tatapan serius.     

"Tante sangat menyesal, Re. Tante rela kehilangan seluruh harta yang kami punya, jika itu bisa menebus segalanya ... tapi Tante pikir, Anitha tak akan memaafkan kami."     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.