HE ISN'T MYBROTHER

Pengejaran Kembali



Pengejaran Kembali

0Anita menggeliat di atas tempat tidur. Ia sama sekali tidak terusik dengan adanya sinar matahari yang menerobos masuk dari celah kayu kamarnya.     
0

Wanita itu memang kesusahan tidur karena saudara kembarnya selalu saja mengganggu dengan menelpon tanpa henti. Hingga akhirnya Anita memutuskan untuk mengangkat.     

"Nonaa!"     

"Nonaa! Ayo cepat pergi dari rumah ini!"     

Teriakan itu benar-benar membuat mata Anita menyipit. Ia sedikit mendengar samar teriakan itu. Sehingga perlahan wanita itu membangunkan tubuhnya.     

"Ada apa!" teriak Anita kencang. Ia juga penasaran kenapa suara gaduh dari luar kamarnya begitu jelas terdengar.     

"Ada yang datang!" tanggap anak buah Anita dengan beteriak juga.     

Wanita itu membulatkan mata mendengar perkataan itu. Setelah ia memulihkan tubuh hampir satu bulan penuh, Anita benar-benar tidak menyangka jika kesempatan itu digunakan anak buah Delon untuk mencari keberadaan dirinya.     

BRUGH!     

BRUGH!     

Suara barang-barang dan tubuh yang terlempar begitu terdengar jelas di telinga Anita. Dengan cepat wanita itu mengambil tas punggung yang selu ia siapkan saat keadaan mendadak seperti ini.     

"Brengsek mereka!" umpat Anita yang sudah bersiap berlari ke arah jendela. Tapi, belum juga wanita itu sempat berlari suara pintu terdobrak membuat langkahnya terhenti di tempat.     

BRAK!     

"Jangan mencoba kabur!" pekik Regan yang sudah mengarahkan senjatanya pada tubuh wanita itu.     

Anita tidak menoleh dengan keberadaan Regan. Ia sedang tidak memakai topeng. Dirinya tidak boleh terlalu gegabah dalam melakukan apa pun.     

Wanita itu mengangkat tangan di atas kepala. Langakah kaki satu orang itu mulai mengikis jarak di antara mereka. Anita mengulas senyum seringai samar saat telinganya semakin mendengar suara itu.     

"Jangan pernah melawan ... atau ...."     

DOR!     

Suara tembakan terdengar jelas di telinga mereka. Dan suara tubuh terjatuh juga tak lepas dari telinga.     

"KALIAN SEMUA BODOH!" Suara itu membuat mereka melebarkan mata dengan senjata bergerak searah. Peluru panas menembaki sosok tubuh yang keluar dari balik jendela. Dan beberapa mengerjar dari berbagai arah.     

Dua orang lagi harus memapah tubuh Regan yang tersungkur karena terserempet pelurunya sendiri.     

"Satu orang saja. Kau kejar dia! Aku akan menyusul setelah aku menutup luka ini," perintah Regan yang langsung diangguki. Dia berlari cepat untuk segera bergabung dengan beberapa kawannya yang sudah lebih dulu mengejar wanita bertopeng itu.     

Regan benar-benar tidak menyangka pergerakkan tangan tubuh wanita itu begitu cepat. Bahkan seperti seseoang yang memiliki kemapuan bela diri.     

Lelaki berkaca mata itu masih mengingat saat tangan kanan yang ia gunakan untuk mengendalikan senjatanya dibalik dengan sekali gerakkan. Pelatuk yang ia sengaja tidak benar-benar ingin ia tarik, justru wanita itu tekan dan mengarahkan pada kepalanya. Beruntung kepala Regan bisa menghindar. Dan timah panas itu hanya terserempet di kulit lehernya.     

"Darahnya semakin deras mengalir, Pak Regan. Kita harus segera menghentikan atau Bapak akan semakin kekurangan darah," kata anak buah Regan yang memapah tubuh lelaki berkaca mata itu.     

Regan mengangguk. Ia memang harus melakukan penutupan luka segera baru ia melakukan tugasnya kembali. Beruntung Nino segera memberitahu dirinya tentang posisi wanita itu yang tak jauh dari hutan dulu.     

"Bawakan aku beberapa obat. Kita harus segera menangkap wanita itu. Dia sangat berbahaya," kata Regan dengan nada sungguh-sungguh.     

Meski ia belum bisa memastikan siapa wanita di balik topeng itu. Namun ia bisa memastikan satu nama yang mendekati dengan berbagai ciri yang sudah lelaki itu kantongi. Apalagi ditambah bukti simple darah. Semakin kuat saja praduganya.     

"Benar, Pak Regan. Di sini juga banyak tanaman liar yang akan semakin melukai luka Pak Regan jika tidak segera ditangani," tambah lelaki berpakaian hitam itu dengan tangan cekatannya membubuhkan obat pembersih bakteri dan beberapa lainnya.     

Regan sedikit meringis saat merasakan perih di sana. Tapi ia sudah beberpa kali merasakan luka yang seperti ini. Bahkan yang lebih parah dan mengancam nyawa pun dirinya pernah. Jadi, ia tidak pernah mempermasalahkan luka tembak itu.     

"Sudah, Pak. Mari kita lakukan pengejaran," katanya yang membuat Regan menyentuh kain yang berada di atas lukanya.     

Lelaki berkaca mata itu mengangguk. Ia membalik tubuh, pandangannya menyebar ke arah ruangan itu. Lalu, tidak menunggu waktu lama Regan berjalan lima langkah seraya membungkukkan tubuh. Tangannya terulur untuk mengambil senjata yang sempat terbuang olehnya karena reflek.     

"Ayo!" tanggap Regan yang segera berlari di belakang anak buahnya.     

Anita berlari tanpa arah. Ia sudah menggunakan topeng yang akan membatu dirinya untuk memberi perlawanan pada beberapa lelaki yang mengejarnya tanpa lelah.     

Wanita itu mengulurkan tangan ke belakang untuk memberi hadiah pada mereka yang dengan senang hati mengajar dirinya lari pagi.     

DOR ...!     

DOR ...!     

DOR ...!     

Suara tembakkan itu kembali terdengar dengan beruntun. Suara beberapa orang yang berteriak juga menambah seru pertempuran seorang wanita dan beberapa anak buah Delon.     

"Kalian hanya segrombolan orang tolol yang ingin menangkap berlian sepertiku!" ujar Anita dengan senyum lebar yang terbit di sela helaan napas terengahnya.     

Hutan buka tempat yang asing bagi seorang Anita. Wanita itu telah melakukan peresembunyian selama bertahun di dalam hutan untuk menghindari pelacakan polisi yang sedang memburunya di luar Negeri.     

Hingga kedatangan dirinya di Negara tempat kelahirannya pula ia masih mendapatkan informasi dari anak buahnya jika mereka sedang bekerja dengan kepolisian Indonesia untuk menangkapnya.     

KREK!     

Anita menyobek bahan baju tidur bawahnya yang sedikit menghambat gerak kakinya. Wanita itu membuang ke arah kiri sisa kain baju tidurnya dengan seringai di bibir yang tak pernah hilang.     

"Aku tidak akan mau tertanggap, sebelum kedua lelaki itu mati di depan mataku! Setelah istri Delon, pasti lelaki itu juga perlahan akan membunuh dirinya sendiri. Dan aku ... hanya akan memberi pemanis di atas keningnya!"     

Wanita itu tertawa keras seiring dengan kakinya yang berlari cepat dengan keahlian menghindari berbagai ranting dan akar liar yang beberapakali membuat tubuhnya terluka.     

Regan juga tak kalah cepat berlari. Sedangkan bala bantuan dari Nino dan Max sudah datang. Mereka juga ikut menyebar langkah mereka untuk segera mendapatkan wanita bertopeng itu.     

"Jangan lupa beri kabar jika terjadi sesuatu!" teriak Regan kencang dengan sengaja untuk memberi arahan pada adik dan keponakannya.     

Suara bergema itu memndapat balasan dari kedua lelaki itu. Regan yang mendengar pun langsung mengangguk seraya mengulas senyum senang meski napas itu terengah.     

"Beberapa anak buah mati tertembak, Pak. Mereka berada di depan jalan kita. Dan ada beberapa anak buah kita yang mengetahui ke mana wanita itu berlari, karena sobekan kain yang dia pakai tersobek di atas tanah," jelas salah anak buah Regan yang mendapatkan laporan dari salah satu kawannya menggunakan alat komunikasi yang terpasang di telinga mereka masing-masing.     

Regan membulat iris hitamnya sempurna saat mendengar laporan tersebut.     

"Apa mereka berlari ke arah sana? Jawab aku?"     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.