HE ISN'T MYBROTHER

Biarkan Papa yang Membantumu



Biarkan Papa yang Membantumu

0Nino dengan cepat bergerak saat Rachel mengirimi dirinya pesan dan GPS di mana posisi Rachel berada. Ia beruntung membawa beberapa anak buahnya untuk menyusul mobil Rachel. Ia melihat bagaimana mobil asing itu menabrak mobil Rachel dari belakang.     
0

Dengan kekuatan tiga mobil Nino berhasil membuat mobil itu keluar jalur jalanan. Jalan yang berada di pertengahan hutan membuat Nino dengan cepat bisa membuat menjebol paksa seseorang dibalik terbakarnya mobilnya Rachel.     

"Ternyata kau lagi!" pekik Nino saat mendapati wajah seoarang laki-laki yang selama ini mencoba mencelakai Delon.     

Nino kalang kabut saat melihat Rachel sudah bersimbah darah di keningnya. Ia dengan cepat membawa majikannya itu untuk segera ke rumah sakit terdekat. Rumah sakit yang tidak jauh dari kampus dan jalanan hutan tersebut.     

Nino sangat cemas mendapati keadaan Rachel memucat di dalam pelukannya. Ia juga sudah mengabari Delon untuk segera datang ke rumah sakit. Karena kecelakaan yang dialami Rachel sangat tidak bisa diduga. Karena pergerakan orang itu sudah lama dibungkam oleh anak buah Regan. Dan dia baru berulah kembali setelah bertahun-tahun lamanya.     

"Tuan tunggu di luar. Kami akan segera memeriksa pasien." Suster menahan tubuh Nino saat ingin masuk untuk menemani Rachel.     

Nino menatap lemah, lalu menghentikan kakinya untuk bergerak membiarkan para medis untuk memberikan pertolongan pertama pada Rahel.     

Tidak lama ia merasakan cengkaraman kuat pada bahunya. Lelaki itu menggerakkan kepala seiring remasan itu semakin menguat. "Boss?"     

Nino terkejut melihat Delon sudah berada di sampingnya. Bahkan wajah itu terlihat sangat marah.     

BUGH!     

Satu pukulan mendarat keras pada rahang tegas Nino hingga tubuh itu tersungkur tak berdaya di atas lantai dingin rumah sakit tersebut.     

"Lo nggak becus jaga istri gue! Lo kemana aja sampai dia berhasil membuat Rachel hampir mati dengan mobilnya?" berang Delon saat tangannya kembali mencengkram baju depan Nino. Dan kembali memberi pukulan bertubi-tubi hingga membuat wajah Nino lebam dengan darah di sudut bibirnya.     

Nino hanya bisa menerima tanpa mau memabalas. Karena dirinya memang sudah lalai menjaga majikannya. Sedangkan ketika mobil Nino datang. Mobil Rachel sudah menabrak pohon besar.     

"Gue akan buat Lo mati di sini sampai Rachel terjadi apa-apa!" pekik Delon yang sudah diselimuti kemarahan yang luar biasa saat mendapati telpon dari Nino ketika dirinya sedang menjaga kedua anaknya.     

Ketika mendapatkan kabar tersebut Delon langsung menitipka Nathan dan Nefa pada Sarah yang sudah pulang dari rumah utama Max. Beruntung wanita paruh baya itu tidak sedang sibuk.     

Tanpa melihat kecepatan pada laju mobilnya Delon bergegas menuju ke rumah sakit di mana Rachel dibawa Nino. Dan ia terpaku saat melihat wajah istrinya penuh dengan darah.     

Delon membalikkan tubuh, melangkah tiga langkah melihat Rachel telah dipasang selang oksigen pada hidungnya. Wajah putih penuh dengan darah itu telah dibersihkan perlahan oleh salah satu para medis. Hati Delon begitu sakit karena lagi-lagi nyawa istrinya terancam karena dirinya.     

"Aagghh!" Pukulan keras lelaki itu tujukan pada tembok rusak sakit hingga mengeluarkan darah. Delon berteriak tertahan merasakan luka yang dirasakan Rachel di sana.     

Seandainya Rachel tidak menikah dengannya pasti perempuan itu tak akan mengalami seperti ini. Hidup Rachel terlalu berharga daripada nyawanya sendiri.     

Suara larian tergesa dari beberapa sepatu dan hills pendek membuat suasana rumah sakit itu ramai dengan pandangan penuh arti dari beberapa rombongan orang tersebut yang mengarah pada sebuah ruangan di ujung lorong.     

"Astagaa, Nino! Wajahmu kenapa, Nak?" Suara tua itu membuat Nini sedikit terbantu untuk mendirikan tubuhnya yang terasa sakit dan lemah tak berdaya.     

"Te-rima kasih, Tante," ucap Nino sedikit terbata saat melihat tubuhnya yang sudah berdiri tegak dengan lengan tangan tertatih oleh tangan tua Martha.     

"Itu, dia Delon!" kata Tio yang berada di kursi roda didorong oleh istrinya.     

Seluruh orang sontak langsung meluruskan pandangan ke arah Delon yang nampak begitu kacau. Mereka mendapati kabar ini dari Sarah yang ingin datang namun ia tidak bisa karena menjaga kedua anak Delon dan Rachel.     

"Kamu jangan terlalu berteriak, Pa! Keadaanmu belum benar-benar pulih," protes Sesil saat mendapati suaminya melirih kesakitan sembari menyentuh dada tuanya.     

Tio hanya diam menurut. Ia memang harus melakukan apa yang dikatakan istrinya untuk bisa cepat pulih dan kembali pada seluruh aktivitasnya.     

"Ayo dekati Delon. Dia butuh kita." Tool kembali bersuara saat melihat adiknya hanya terpaku melihat menantunya bersimbah darah pada punggung tangannya.     

Nino menunduk melihat keputus asaan Bossnya. Ia juga tidak bisa memutar waktu untuk mengembalikan kesalahan dan memperbaiki semuanya.     

"Maafkan Nino, Tante. Ini salah Nino. Nino tidak becus menjaga Rachel hingga seperti ini," kata Nino dengan nada bersalah. Pada Martha yang terlihat juga menatap penuh arti pada punggung bergetar Delon.     

Martha mengusap lengan kekar pemuda yang ada di sampingnya. Ia juga marah dan sedih melihat putrinya berperang dengan nyawa kembali. Namun ia juga tidak bisa menyalahkan semua ini kepada Nino. Ini semua adalah takdir.     

"Kamu berhentilah menyalahkan dirimu sendiri. Sekarang Tante akan membawamu pada suster untuk segera diobati. Pasti luka itu berasal dari Delon bukan?" tebak Martha dengan sudut mata memicing. Sedangkan Nino hanya menunduk tanpa menjawab sepatah kata pun.     

Martha mengetahui diam dari Nino adalah jawaban pastinya.     

"Aku akan mengantar Nino ke suster dulu. Kalian berjagalah di sini," ucap Martha yang diangguki Sesil dan Tio secara bersamaan.     

Jeno menepuk-nepuk punggung kekar menantunya hanya untuk memberi kekuatan untuk menerima keadaan menyakitkan ini.     

"Seandainya aku menurut untuk menjauhi Rachel pasti semua ini tidak akan terjadi, Pa," lirih Delon sembari memukul-mukulkan kepalanya frustasi di depan tembok yang sudah merubah warna karena torehan darah segarnya.     

Jeno membulatkan mata melihat perbuatan bodoh yang dilakukan Delon sat ini. Dengan cepat tangan tua itu menarik keras bahu kokoh Delon hingga aktivitas menyakitkan itu berhenti dengan luka sobek di kening menantunya.     

"Jangan bodoh, Delon! Kau tidak tahu takdir apa setelah kau menuruti perkataan papa dulu. Apa kau bisa menjamin kehidupan Rachel akan lebih bahagia dari bersamamu?!" sentak Jeno dengan masih memegang bahu kanan Delon.     

"Berhenti menyakiti dirimu. Kau harus mengingat masih ada Nathan dan Nefa. Urusan mereka, biar papa yang mengurus." Lanjut Jeno mencoba memberi ketenangan pada menantunya untuk tidak melukai seluruh anggota tubuhnya hanya karena menyesali apa yang telah dia pilih.     

Delon mengangkat kepala berat. Meluruskan pandangan ke arah manik mata tenang Jeno, tidak berapa lama tubuh kekar itu menghambur ke dalam pelukan lelaki tua itu.     

"Ini semua ulah anak buah Anton! Dia sudah kembali membuat keluargaku terluka, Pa. Aku akan membuat dia merasakan apa yang Rachel rasakan," ujar Delon dengan napas tercekatnya. Tubuh itu bergetar mendapati Jeno memeluknya.     

"Biarkan papa yang membantumu."     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.