HE ISN'T MYBROTHER

Doa Seorang Ayah



Doa Seorang Ayah

0Delon dan Regan seketika mengarahkan pandangan ke arah Max yang tiba-tuba menyebutkan nama dengan disertai marga di belakangnya. Hal itu cukup mengundang perhatian dari mereka berdua.     
0

"Ohh... dude! Mengertilah aku tidak mempunyai urusan dengan kalian. Tapi, aku mempunyai beberapa senajata mahal yang seharusnya sudah menjadi uang untuk perusahaanku. Tapi, kalian berdua tentu tahu kan?" Ulang Max yang memberi penjelasan agar dirinya terbebas dari tuduhan tatapan mengerikan itu.     

"Bukan." Suara Delon membantahkan praduga seorang Max yang mengira seorang perempuan yang pernah berkencan dengannya adalah perempuan yang sedang dicari oleh kedua teman kecilnya tersebut.     

Karena Anin Samuel juga memiliki darah Asia dari ayahnya, meski wajahnya terlalu mengarah pada darah barat.     

"Baiklah-baiklah! Aku kira seorang temanku yang sedang yang berada di sana. Seharusnya kalian berkenalan dengan dirinya. Pasti, kalian berdua melupakan bagaimana rasanya istri kalian. Hahaha!"     

Max tertawa terbahak mengiringi jarum.jam yang terus bergerak mengarah pada angka tiga pagi. Tapi, mereka masih saja begitu nyaman meninggalkan istri mereka.     

"Nggak! Gue udah tobat. Lagi pula istri gue lebih nikmat daripada Anin Lo!" sahut Regan dengan tertawa juga. Ia rindu bersendau gurau dengan saudara jauhnya itu.     

Namun, Delon masih saja sibuk dalam pikirannya sendiri. Ia benar-benar ingin bertanya langsung pada kepada saudara kembar Anita tentang keberadaan perempuan itu. Jika, Delon tidak segera menemukan Anin. Antoni ia pasti akan lebih nekad daripada tahun lalu.     

"Obrolan tidak bermutu. Gue mau balik ke kamar. Takut, Rachel nyariin." Delon bangkit dari duduk. Ia sedikit bisa bernapas lega mendengar laporan dari asisten pribadinya tersebut.     

Setelah berhasil mendirikan tubuh Delon memutar pandangan ke arah Regan dan Max. "Kalian berdua harus bekerja sama. Kalian tahu bagaimana seorang Anton yang gila karena Anita. Aku pastikan kerja keras kalian tidak akan berakhir sia-sia jika aku sudah merasa puas," tambah Delon yang membuat Regan menghentikan tawanya, memandang lekat ke arah Max.     

"Baik, Boss. Kami akan segera mengerjakan tugas kali ini hingga menemukan titik terang keberadaan Anita," jawab Aster penuh hormat. Mode asisten pribadi telah diaktifkan.     

Aster membungkukkan tubuh ke arah punggung kekar Delon yang berjalan keluar dari ruang kerja Regan.     

"Shutt!" Max mengkode siulan pada tubuh Regan yang masih seperti tadi.     

Regan memiringkan wajah, menatap penuh arti kepada kode yang diberikan Max.     

"Kau, sudah lama menjadi bawahan bodoh Delon?" tanya Max yang segera berlari dari tempat duduknya ke arah pintu keluar dengan tawa yang tak dapat ia tahan.     

"Brengseek! Uang Lo sama uang gue bedaa jauh!" teriak Regan yang tidak terima dengan perkataan Max padanya. "Gini-gini meskipun jadi anak buah. Gue juga sepdan dengan Ceo tiga perusahaan," sambungnya bergumam sendiri.     

Sedangkan Delon sudah berada di depan kamarnya. Lebih tepatnya kamar yang selalu ia tempati jika berkunjung di rumah mami Sarah. Ia tidak akan mengetuk. Jika, dirinya melakukan itu pasti Rachel akan bangun dan membunuhnya di tempat.     

Ceklek.     

Suara pintu terbuka dengan perlahan membuat hati Delon lega. Karena dirinya akhirnya bisa kembali sebelum seluruh orang terbangun dari tidurnya.     

Namun, apa yang sekarang terjadi. Delon menyebar pandangan meski seluruh pandangan itu tersebar dengan sia-sia saja. Ia tersentak saat melihat ruangan kamarnya gelap. Sedangkan ia tadi meninggalkan Rachel dengan Lou temaram. Bukan gelap seperti ini.     

"Ada apa dengan lampunya? Apa putus?" monolog Delon saat tangannya meraba ke arah saklar yang ia ketahui di mana letak keberadaannya.     

Plasshh!     

Lampu seketika menjadi terang menderang tak ada setitik pun area gelap yang akan membuatnya penasaran. Ternyata bukan putus kabel.     

Tapi ... kedua mata Delon tercelos. Saat melihat seorang perempuan duduk di pinggir ranjang sembari mengayun-ayun salah satu anaknya.     

"Baru pulang?" tanyanya datar tanpa mengalihkan pandangan dari wajah menenangkan itu.     

Delon meneguk salivanya kasar. Kini tangannya perlahan menutup pintu yang tadi sedikit terbuka, dan memperlihatkan celah cahaya masuk.     

Kaki panjang itu berjalan ke arah tempat tidur dengan senyum gugupnya. "Sayang, kenapa kamu bangun lagi? Ini sudah hampir pagi," kata Delon yang sudah berada di dekat istrinya.     

Rachel hanya mengangguk sembari bangkit dari duduknya saatelihat pergerakkan putrinya yang kembali rewel. Sedikit ayunan itu belum bisa membuat Nefa Kembali tenang.     

"Efek imunisasi tubuh Nefa demam. Dia sedaritadi menangis. Aku mencarimu untuk meminta menggantikan menggendong Nefa dulu. Tapi, aku tidak bisa menemukanmu di mana pun," jelas Rachel yang juga menahan kantuk karena merasa tidurnya terasa random karena tangisan Nefa.     

Delon yang mendengarkan penjelasan Rachel langsung memeluk tubuh kecil itu dengan erat meski Nefa terisak dalam tidurnya merasakan tidak nyaman.     

"Maafkan aku, Sayang. Aku sedang melakukan meeting dengan Max dan Regan tentang Antoni. Tapi, aku tidak ber—"     

"Hem, aku tahu. Aku lihat Sellyn yang mengusir sendiri dua wanita bayaran itu, lalu dikirimkan padaku. Sekarang kamu tidur saja, aku akan mengurangi demam Nefa dengan penurun panas," ujar perempuan canntik itu mencoba mengurai pelukan suaminya. Tapi, lelaki itu justru mengambil paksa putrinya     

Delon mengambil alih tubuh Nefa ke dalam dekapannya. Kini putri mereka sedikit lebih tenang di gendongan lelaki tampan itu dengan sedikit nyanyian yang keluar dari mulutnya.     

Rachel tertegun dengan apa yang dilakukan suaminya. Sejak Nathan dan Nefa lahir, Delonlah yang selalu menjadi perawat yang selalu siaga di dekat keranjang bayi kedua anak mereka.     

Jadi, tidak ada salahnya ketika Nefa hanya bisa tenang dengan gendongan dan nyanyian suaminya.     

"Kamu tidurlah, Sayang. Besok jadwalmu pagi. Aku jam sepuluh di dua kelasmu. Jadi, aku masih bisa tidur," kata Delon dengan nada berbisik lirih. Namun, masih bisa terdengar di telinga perempuan cantik itu.     

"Hikss.. cakit, pyanas," lirih Nefa de gan Isak tangis yang kembali terdengar.     

"Cupcupcup... Tidurlah sayang, Tuan Puttri papa yang cantik. Sakita akan hilang karena papa yang mengusirnya. Hush.. hush, sana jangan ganggu Tuan Papa kesayangan papa ini," senandung yang dibuat Delon senidiri. Dan tentu senandung tersebut dmterdwngar kaku dan tak berirama. Tapi, nyatanya bisa menidurkan Nathan dan Nefa seperti ini.     

Rachel akhirnya memilih menjalankan perintah suaminya untuk masuk ke dalam selimut. Apa yang dikatan Delon memang benar. Nilai kehadiran besok pagi adalah hal yang terpenting bagi dosennya nanti. Maka dari itu Rachel tidak boleh terlambat.     

"Sayang, aku tidur dulu yaa! Kamu segera ke sini, Nefa sepertinya sudah semakin tenang," kata Rachel yang sudah menutupi tubuhnya dengan selimut tebal di sana.     

Delon mendengar apa yang dikatakan istrinya. Ia melihat raut wajah basah dengan dilapisi sebuah pendingin suhu di kening kecil putrinya. Membuat Delon tak tega untuk memasukkan bahaya dalam perjalanan hidup putrinya.     

'Semoga hidupmu lebih baik dari hari ini, Sayang. Papa akan selalu mendoakanmu dan kakakmu selalu bahagia," batin Delon sendu. Kecupan lembut telah mendarat pada kertas putih yang berada di kening putrinya.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.