HE ISN'T MYBROTHER

Dua Wanita Asing



Dua Wanita Asing

Sellyn masih tidak paham dengan berbagai kode yang diberikan Regan padanya. Ia sudah berusaha menebak, tapi tetap saja semua saja. Tidak ada hasil.     

"Katakan yang jelas. Jangan berbelit-belit! Emang Abang belut? Cepetan, nanti keburu malam. Para pelayan rumah nggak mau bukain pintu buat aku!" sungut Sellyn menyingkirkan tangan Regan dari bahunya.     

Regan menatap gemas pada sang istri. Ingin rasanya ia membanting tubuh kecil itu di atas tempat tidur, mencium tanpa jeda wajah polos itu.     

"Kamu numpahin kopi di atas dokumen pentingku. Kamu udah ingat ini?" tanya kembali Regan berharap ingatan istrinya benar-benar kembali agar tidak ada kesalah pahaman nantinya.     

Sellyn mulai mode berpikir ulang. Jemarinya mengetuk-ngetuk pelipis. Iris hitam pekat mengarah ke atas.     

Regan terkekeh dalam hati saat melihat istrinya seperti seseorang yang sedang berpikir keras. Padahal hanya berpikir kenangan lama, tentu harusnya Sellyn tidak perlu sesusah itu.     

Ini hanya sebuah kejadian lalu, astagaa! Ini juga bukan tentang bagaimana membuat strategi bisnis, atau menghadapi klien besar yang mempersulit kontrak.     

"Nggak, inget! Kamu ribet! Tinggal buka mulut aja kenapa harus suruh inget-inget juga," protes perempuan itu yang beranjak bangkit dari duduk. Namun, sebuah tangan menarik lengan Sellyn untuk kembali duduk.     

"Kamu tuh benar-benar ya! Besok ikut less bareng Firaa!" tungkas Regan dengan tangan mengangkat kaca mata, melipat lalu menggegamnya di tangan.     

Sellyn melipat kedua tangan, melirik tajam melalui ekor mata bulatnya ke arah lelaki yang masih mencekal lengan tangan Sellyn.     

"Aku tambahin lagi. Kamu udah lebih dari tiga kali numpahin kopi di atas dokumen pentingku. Dan semua itu sukses membuatku dimarahi Delon. Satu hal lagi yang lebih penting, kami juga kehilangan klien besar. Kamu bisa bayangin semarah apa Delon padaku?" jelas lelaki berkaca mata itu dengan mata menatap lekat pada sang istri.     

Sellyn perlahan memutar kepala. Wajah ketat yang tadi penuh dengan kecurigaan seketika menguar. Ketika kenangan itu diurai Regan satu persatu, Sellyn menurunkan kelopak mata, menatap sendu ke arah Regan.     

"Bawa aku ke sana, kalau kamu nggak nyimpen jalang di sana. Kamu kira aku siap jadi janda muda?" sahut Sellyn mengangkat dagu ke arah Regan yang sukses meraup wajah tanpa kaca mata itu dengan kasar.     

Tanpa mengatakan apa pun. Sekarang, tangan Sellyn sudah ditarik untuk bangkit dari duduk. Kini perempuan cantik itu berjalan di belakang tubuh jangkung berbalut kimono putih senada dengan Sellyn.     

Baru di pertengahan anak tangga. Suara familiar mengejutkan mereka berdua hingga menghentikan langkah itu untuk bergerak.     

"Udah malem mau ke mana, Wahai Pemilik rumah?"     

Sellyn dan Regan menoleh ke asal suara dengan kompak.     

"Kenapa kamu di sini, Sayang? Katanya mau ngambil minu—" Suara itu terhenti saat melihat pandangan istrinya mendongak, menatap dua orang yang berada di sana.     

Sellyn menghempas tangan suaminya. Berjalan satu langkah ke samping sudut anak tangga, menompangkan tangannya untuk menyanggah dagu dia di atas tangan tangga.     

"Mau nyari jalang. Siapa tahu ada di atas. Kalian berdua udah selesai anunya?" Perkataan ambigu Sellyn membuat satu alis Rachel terangkat.     

Rachel menoleh ke arah suaminya yang sedang menggegam jemarinya. Memberi kode untuk segera pergi dari sini. Tapi, ia tidak mau. Rachel masih penasaran apa yang sedang dibicarakan Sellyn.     

"Udah kubilang nggak ada wanita lain, Sell. Kamu itu sudah banget dibilangin," gerutu lirih Regan menatap kesal ke arah perempuan yang berada di pantulan manik hitam legamnya.     

"Apa maksud Lo? Kak Regan main gila lagi?" tanya Rachel menusuk ke jantung lelaki yang berada di belakang tubuh sahabatnya itu.     

Sellyn mengendikkan bahu. "Ini mau ngecek dulu. Gue bakal bunuh dia kalau beneran ada. Main-main kok sama jagoan kampuss!"     

Sellyn menggulung kimono tidur hampir menyentuh bahu. Sekarang tubuhnya berjalan kembali mendahului Regan yang sedang menatap tak percaya ke arah punggung kecil itu.     

"Sayang, ayo kembali ke kamar. Jangan ikut campur sama urusan mereka. Nanti kamu ikut marah padaku," ucap Delon yang sudah mewanti-wanti seluruh kemungkinan terburuk. Jika, melihat tatapan Rachel sudah mememanas ke arahnya.     

"Kalian berdua itu maunya apa? Sudah ada istri di rumah, tapi nyewa wanita kelab malam. Apa mau aku potong aja ... biar nggak berfungsi sekalian?" sengit Rachel sembari berkacak pinggang di depan tubuh Delon.     

Delon menggaruk kepala belakang tak paham dengan apa yang dikatakan Rachel. Ia saja tidak pernah mengunjungi tempat terkutuk itu. Apalagi sampai menyewa, membawa pulang.     

Sangat tidak mungkin.     

"Sayang, kamu tahu aku bukan? Aku tidak pernah melakukan itu. Kenapa harus aku dikut-ikutkan masalah curut satu itu?" Delon menunjuk seseorang yang masih berada di atas anak tangga. Tetapi, kedua mata hitamnya masih menatap tak bersalah ke arah istrinya.     

Rachel berdecih. Belum juga mulutnya akan bergerak terbuka. Suara teriakan dari atas membuat kedua manik mata coklatnya terbuka lebar.     

"Aaaaggghh! Kalian berdua siapaaa!?"     

Regan yang mendengar suara dari dalam ruang kerjanya pun langsung berlari cepat ke arah pusat suara. Tidak hanya lelaki berkaca mata itu. Tapi, Rachel dan Delon pun sama. Mereka berdua juga ikut menyusul untuk berlari ke arah anak tangga.     

"Sayang, lihat bawah! Jangan berlari kencang!" ujar Delon memperingati istrinya untuk memperlambat laju kaki perempuan itu.     

Regan melotot ke arah Sellyn yang sudah meletakkan kedua tangan di atas kepala dua wanita bertubuh seksi di sana.     

"Lo berdua siapa ha? Kenapa bisa di sini? Apa Lo berdua jalang yang diminta suami gue buat muasin suami gue iya, begitu?" Sellyn menarik semakin kuat surai rambut blonde dua wanita itu.     

Regan ingin melangkah ke arah Sellyn. Tapi, dengan cepat suara tinggi istrinya menahannya di tempat.     

"Jangan bergerak! Kamu tetap di sana!" teriak Sellyn bernada ancaman.     

Rachel membulatkan mata sempurna melihat apa yang dilakukan Sellyn di sana. Kepalanya memutar ke arah Delon yang sepertinya juga ikut terkejut dengan apa yang lelaki itu.lihat.     

"Sayang, Sellyn ... aku nggak kenal mereka. Lepas, Sayang," bujuk Regan berharap jika Sellyn akan menuruti dirinya. Sellyn sudah seperti singa betina sedang menerkam dua mangsa empuknya.     

Namun, Sellyn mengindahkan. Perempuan itu masih saja menarik rambut kedua wanita tersebut yang melirih kesakitan karena akar rambut mereka terasa begitu sakit.     

"Cepat katakan! Apa yang sudah kalian berdua beri ke suami guee! Cepatt, atau rambut kalian berdua lepas dari kepala Lo berdua!"     

Kedua wanita itu masih saja mengaduh kesakitan tanpa bisa melawan karena tenaga Sellyn yang begitu kuat.     

"Mb-ak, ad-uh! Lepass dulu! Ini sakit!"     

"Kami berdua melayani sesuai dengan biasa. Memberi kepuasan pada tuan yang menyewa kami. Jika, itu suami mbak. Ya, jangan salahkan kami. Tapi, salahkan performa Mbak dong!" sahut salah satu dari mereka berdua yang tidak terima rambutnya hampir rontok karena tangan perempuan gila itu.     

"Apa Lo bilaang? Performa guee jelek?!"     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.