HE ISN'T MYBROTHER

Jangan Sentuh Aku!



Jangan Sentuh Aku!

0Delon terbahak saat melihat istrinya terkejut. Bahkan sekarang ia tak peduli dengan pukulan yang sedang ia terima dari Rachel saat ini. Bisa melihat perempuan itu menyentuh dirinya saja, ia sudah sangat senang.     
0

"Papa dan mama sedang apa? Bermain ya? Nefa mau ikut dong. Soalnya Nina sedang tidur dan tidak mau Nefa ganggu," kata gadis lima tahun itu dengan raut wajah memelasnya.     

Rachel yang sedang memukul Delon dengan suara yang sudah ia redam kini berbalik, memutar bola matanya pada sang putri.     

"Lihat, tuh! Sekarang Nefa nggak bisa tidur! Awas kalau kamu ganggu aku lagi," seloroh Rachel pada sang suami yang hanya membalas dengan anggukkan menurut.     

Rachel berjalan ke arah sang putri yang sudah kembali terduduk dengan bibir mengerucutnya. Sepertinya Nefa sedang sangat kesepian melihat Nathan dan Fira tertidur dengan pulas.     

Perempuan itu melipat kedua tangan di atas kayu penyanggah tempat tidur putrinya. Dagu Rachel pun sudah tenang menempel pada lengan tangannya.     

"Hai, Tuan Putri Mama! Sudah kenyangkah memakan dua ice cream?" tanya Rachel yang membuat kedua mata kecil itu terangkat.     

"Nefa tidak makan, Ma. Yang memakan papa. Nefa hanya melihat saja," jawab Nefa dengan nada polosnya. Seperti dirinya memang tidak memakan ice cream tersebut.     

Sedangkan Delon membulatkan mata ke arah sang putri ketika mendengar aduannya pada Rachel. Seharusnya ia sudah bisa menyari ini akan terjadi. Karena bukan hanya kali ini saja Nefa berpura-pura tidak memakan ice cream dan menyalahkan dirinya sebagai pemberi.     

"Astagaa, manis sekali bibir putriku," gumam Delon sembari menggeleng kepala.     

Rachel membulatkan mata, ke arah sang putri berpura-pura terkejut. Lalu, tangannya menggapai tubuh kecil untuk ia bawa ke dalam gendongannya.     

"Katakan semuanya, Sayang. Biar mama yang akan marahi papa. Beraninya papa memakan ice cream putri kecil mama," ucap Rachel dengan suara kecil, menirukan sang putri. Lalu, dengan tepukan kecil di punggung Nefa mengiring bibir kecil itu bergerak semakin melemah.     

"Papa mau membeli ice cream lagi ... papa ...." Nefa memutus kalimatnya saat pipi gembul itu sudah terjatuh di bahu Rachel. Suara dengkuran kecil dan racauan mulai mengiringi tidur gadis kecil tersebut.     

Tiga puluh menit sudah, Rachel semakin merasa putrinya tidak melakukan pergerakkan apapun. Sekarang napas Rachel sudah lega akhirnya dirinya bisa membuat Nefa tertidur pulas. Karena sejak awal gadis kecil itu memang sudah sangat mengantuk.     

"Sshuss... tidur Sayang. Tidur, yang nyenyak," lirih Rachel saat tangannya perlahan menidurkan sang putri kembali ke dalam tempat tidur kecilnya.     

Rachel berkacak pinggang saat tubuh Nefa sudah tertutupi dengan selimut. Ia semakin memahami bagaimana repotnya mamanya dulu saat mengurus dirinya.     

"Nefa ... Nefaa, bakat berbohong itu dari ma—"     

"Dari kamu, Sayang," balas seseorang dari belakang senan cepat. Saat kedua tangan besinya sudah melingkar indah di lingkaran pinggang sang istri.     

Rachel berdecih mendengar perkataan Delon. Tapi, kalau dipikir-pikir apa yang dikatakan Delon memang benar. Ia memang suka berbohong sejak dulu untuk menutupi makanan kesukaannya yang dilarang Jeno dan Martha sudah masuk ke dalam perut.     

"Benarkan? Kamu jangan marah lama-lama sama aku. Aku hanya ingin memberi kejutan untuk istriku. Tapi, ternyata kebiasaanmu sangat buruk," bisik lelaki tampan itu. Nada suara Delon begitu serak, terdengar sangat sexy di gendang telinga perempuan cantik tersebut.     

Delon melepaskan perlahan pita baju istrinya yang melilit di pinggang. Lelaki itu melirik dengan penuh arti saat gerakkan tangannya bergerak masuk ke dalam baju tersebut.     

"Kamu suka tidur di dalam kelas, Sayang? Bagaimana kalau bukan aku yang menjadi dosen ... mereka pasti akan menggilai istriku yang sedang tertidur," bisiknya sekali lagi. Delon menyesap lembut leher jenjang putih Rachel. Hingga membuat perempuan itu mengikuti ke mana bibir Delon menyumbunya.     

Desahan Rachel semakin tak bisa tertahan. Ia menginggit bibir bawahnya untuk tidak mengeluarkan desahan yang terlalu keras. Bisa bahaya jika ketiga anak kecil itu terbangun.     

Tangan Delon sudah tidak bisa bergerak tenang. Lelaki itu sudah mengangkat bra yang dipakai istrinya. Kini dua mainan yang sangat dipuja Delon sudah terjatuh pasrah di buku tangannya. Dengan remasan lembut di sana mampu membuat Rachel melupakan seluruh kekesalannya pada Delon.     

"Eugghh... K-ak, su-dah," ucap terbata perempuan cantik tersebut saat merasakan ujung sensitifnya di putar dengan jemari suaminya.     

"Sayang, aku mau sekarang," bisik Delon yang kembali mengarahkan tanganmya untuk turun ke dalam celana istrinya.     

Akal sehat Rachel masih tersadar saat jemari Delon mengusap lembut di area sensitifnya dengan gerakkan nakal. Dengan tenaga tubuhnya yang sedikit tersisa ia menahan tangan kekar itu bergerak lebih jauh.     

"Jangan di sini, Kak. Ini bukan di rumah kita. Tunggu di rumah saja," bisik lirih Rachel untuk menyadarkan sang suami yang sudah terbakar dengan gairahnya.     

Delon menggeleng mendengar kalimat Rachel. Ia tidak bisa lagi menahan untuk sampai di rumah mereka. Apinya sudah bergejolak membawa di dalam tubuh meminta untuk segera dituntaskan.     

"Kita sudah biasa melakukannya di sini, Sayang. Ayolah! Apa kamu tidak menginginkannya?" rayu Delon semakin mendesak perempuan untuk mengikuti nalurinya yang ingin dipuaskan.     

Meski, tadi pagi mereka sudah sama-sama saling memuaskan diri. Namun tetap saja Delon tidak akan pernah dengan hanya beberapa ronde saja.     

Rachel yang sedaritadi memejamkan mata akhirnya memilih membuka mata untuk mendapatkan keputusannya. Tubuh Rachel memang membutuhkan sentuhan lebih dari sang suami. Tapi, kali ini mereka tidak sendiri. Mereka sudah memiliki anak yang sewaktu-waktu bisa menangis membutuhkan dirinya.     

"Aagghh... Kaak!" lenguh Rachel mendapati jemari Delon sudah mbuat tubuhnya terbang.     

Delon mengigit telinga Rachel, ia sudah benar-bemar sudah bisa menahan. "Hanya satu kali saja, Sayang. Aku janji," bujuk lelaki itu yang semakin menambah kecepatan jemari yang berada di bawah sana.     

Rachel semakin menggeram saat tubuhnya bergetar. Aliran darahnya terasa mengaliruh dengan begitu deras membuat seluruh tubuhnya tak bisa terkontrol dengan pikirannya. Ia mengangguk pasrah untuk memenuhi keinginan Delon.     

Delon mengulas senyum kemenangannya saat melihat persetujuan yang dikatakan tubuh perempuan di dalam dekapannya.     

Lelaki itu mengurai pelukannya. Dan langsung menarik tangan Rachel untuk masuk ke dalam kamar mandi kamar Nefa. Ia tahu bagaimana kecemasan yang sedang dirasakan istrinya. Maka dari itu persembunyian di kamar mandi adalah pilihan yang tepat.     

"Tempat ini cukup untuk kita bisa mendengar mereka, Sayang. Aku baik hati bukan?"     

Delon mendorong punggung Rachel menyentuh dinding. Kini tangannya mengukung tubuh istri cantik ya yang sedang terkejut mendapati mereka berada di tempat lembab tersebut.     

"Bukannya kamu juga memiliki CCTV ruangan Fira? Kenapa kita di sini?" tanya Rachel semakin bingung meski penjelasan Delon sudah dikatakan.     

Delon menggeleng kepala dengan senyum tampan tercetak alami di sana.     

"Kita butuh penyegaran, Sayang. Kamu sekalian mandi. Kamu bau asam." Delon terkekeh saat melihat ekspresi kesal itu kembali muncul.     

"Jangan sentuh aku! Sentuh perempuan lain yang menurutmu tidak bau!"     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.