HE ISN'T MYBROTHER

Tiga Pemuda Pembawa Bunga



Tiga Pemuda Pembawa Bunga

0"Udah jangan deket-deket aku. Jalan agak jauhan! Kamu lupa, kamu kamu siapa?" Lirikan sinis menembus hati lelaki yang kini berjalan beriringan dengan dirinya.     
0

Beberapa mahasiswa saling menyapa keberadaan Delon tanpa melihat keberadaan Rachel yang sedang berjalan lebih dulu di depan Delon.     

"Selamat sore, Pak!"     

"Pak Delon selamat sore!"     

"Selamat sore, Pak. Sendirian aja?"     

Sapaan mereka benar-benar membuat telinga Rachel panas. Ingin rasanya ia masuk ke dalam mobil dan menghidupinya pendingin udara hingga mencapai titik terendah.     

Sedangkan Delon hanya mengangguk dingin tanpa memberikan ekpresi lain. Ia bisa sja berjalan menyusul istrinya. Tapi, kembali lagi, ini adalah area kampus S1 dan hal itu sangat tidak diperbolehkan meski status mereka sah.     

Berbeda, jika Rachel adalah mashiswinya S2-nya. Maka, hal tersebut diperbolehkan untuk menjalin hubungan secara terang-terangan.     

Delon memijat pangkal hidung mancungnya yang terasa begitu berat telah membuat kening Rachel terluka.     

"Cheel!" Panggilan itu membuat tubuh Rachel terhenti seketika. Tubuhnya sedikit berputar ke arah pusat suara.     

Seorang perempuan datang dengan berlari kecil ke arah Rachel. Kedua manik mata hitamnya juga melirik keberadaan Delon di sana.     

"Dua anak Lo sama Abang. Ikut gue aja. Gue bawa mobil sendiri." Sellyn menarik tangan Rachel, tapi tubuh yang ditarik tidak mau bergerak. "Apa maksud Lo? Kenapa bisa? Mereka gue titipin—"     

"I know ... I know! Nathan yang telpon abang Regan katanya kangen sama Fira. Makanya abang jemput dua tuyul Lo itu. Lagian nggak bagus juganlo semobil sama Pak Delon. Ini masih area kampus," tanggap Sellyn kembali melirik keberadaan Delon untuk meminta izin.     

Sellyn mengulas senyum manisnya saat kepala lelaki tampan itu mengangguk.     

"Tuh, udah dibolehin. Lo aja yang ribet!" Sellyn kembali menarik tangan Rachel untuk segera menuju ke parkiran. Namun, baru saja Rachel dan Sellyn mencari keberadaan mobil Sellyn. Tiga junior mereka menghampiri dengan membawa masing-masing satu tangkai bunga.     

"Kak Rachel! Kak Sellyn!"     

"Kalian udah mau pulang?" Suara itu lagi-lagi mengalihkan perhatian kedua perempuan cantik itu yang sedang kebingungan mencari tempat Sellyn memarkirkan mobil.     

Sellyn dan Rachel hanya melirik sekilas dengan tajam. Lalu, mengembalikan pandangan mereka pada mobil mewah yang berjejer rapi di sana.     

"Kita mau kasih bunga ini lagi, Kak. Ini as—"     

"Ini asli kok nggak palsu." Sellyn dengan cepat menirukan suara itu dengan bibir yang sengaja dimajukan.     

Salah satu dari mereka hanya bisa tersenyum canggung dengan menggaruk kepala belakang yang tidak gatal.     

"Udah berapa kali kalian ngasih bunga ke kita? Emang kita tempat pemakaman umum?" seloroh Sellyn yang mendapati hidungnya selalu gatal saat salah satu bunga merek tidak sengaja dihirupnya.     

Ketiga lelaki berwajah manis itu terlihat saling menatap satu sama lain. Bunga yang mereka bawa pun sedikit terlihat diremas.     

"Udah-udah jangan didengerin mulutnya Sellyn. Dia memang suka begitu ...." Rachel melangkah maju ke arah ketiga pemuda itu yang sudah menundukkan kepala. "Gue ambil ketiga bunga ini, tapi besok-besok nggak perlu gini ya? Kalian lihat lelaki di belakang kalian itu?"     

Seketika wajah mereka bertiga berbalik ke arah tunjuk Rachel yang mengarah pada sosok gagah dengan langkah yang begitu tegas mengarah kepada mereka.     

"Siapa, Kak dia?"     

"Iya, siapa, Kak? Kok nakutin gitu ... kayak tukang nagih utang mak gue yang suka datang ke rumah."     

"Serem banget mukanya. Meskipun tampan sedikit, tapi pasti cuma cewek buta aja yang mau sama cowok itu," tambah mereka satu sama lain. Mereka bergidik melihat wajah sangat dengan sedikit jambang menghiasi rahang Delon.     

Sedangkan Sellyn tak henti-hentinya cekikikan mendengar perkataan mereka bertiga. Saat mendengar kalimat terakhir begitu jelas terdengar di telinganya.     

"Emang cewek stress yang mau 'kan? Gue emang sehati sama Lo bertiga," sahut Sellyn yang benar-benar membuat tawanya seketika pecah.     

Hahahaha!     

"Teruss... terus! Emang mulut Lo harusnya disumpeel bunga!" Rachel memasukkan satu bunga ke dalam mulut lebar Sellyn yang sedang menertawakan dirinya.     

Tawa Sellyn seketika berhenti seraya mengambil paksa bunga mawar yang berada di mulutnya. "Emang stress Lo! Lo pikir gue adiknya mbak Kunti?"     

Sosok lelaki tampan itu tanpa sadar sudah berada di antara mereka berlima. Bahkan ketiga pemuda itu sontak memundurkan kaki mereka mendapati aura mencekam sudah menyelimuti lelaki yang sudah berada di dekat mereka.     

"Dia siapa Kak Rachel? Kakak kenal?" tabya salah satu di antara mereka seraya mengkode lirikan mata ke arah Delon.     

Rachel membenarkan anak rambutnya yang mengenai wajahnya sebelum menjawab pertanyaan mereka.     

Sedangkan apa yang sedang dilakukan Rachel saat ini membuat mereka bertiga terpaku menatap tak berkedip. Perempuan yang berada di depan mereka sangat cantik. Kedua bola mata hitam mereka hampir saja keluar dari sangkar.     

"Apa yang kalian lihat?" tanya dingin Delon. Tapi, tidak ada di antara mereka yang saling merespon pertanyaan lelaki tampan tersebut.     

Rachel menaikkan satu alisnnya mendapati perubahan sikap aneh pada ketiga juniornya.     

"Dia body guard gue. Dan sekarang kalian berhenti ngasih bunga ke gue atau Sellyn. Dia bisa makan orang! Jadi, mulai sekarang gue peringatan kalian supaya bisa nikmatin semester selanjutnya di sini. Paham?" tanya Rachel meminta jawaban pasti dari mereka agar bunga-bunga itu tidak terbuang percuma untuk dirinya.     

Mereka bertiga mengangguk patuh. Dan di salah satu dari mereka maju untuk menatap lebih dekat sang primadona kampus yang akan segera memulai mengerjakan skripsi.     

"Tapi, kami masih bisa nyapa Kak Rachel dan Kak Sellyn kan?"     

Rachel menoleh ke belakang ke arah Sellyn yang sedang menatap mereka bertiga.     

"Boleh ... boleh! Jangan sungkan bertanya kalau bingung. Sahabat gue siap ngejawb pertanyaan kalian," jawab Rachel sembari menahan tawa untuk sahabatnya yang berada di belakang punggungnya. Pasti Sellyn sedang mengumpati dirinya.     

Sedangkan Delon hanya bisa menghela napas berat mendengar pengakuan dari Rachel. Ia ingin membantah seluruh perkataan itu. Tapi, ia mengingat statusnya yang kembali menajdi dosen. Itu akan berdampak buruk bagi kampus.     

"Baik, kami pergi dulu, Kak Rachel cantik. Kak baik. Nggak kayak cewek yang lain," kata salah dari mereka dengan senyum sumringah menghiasi bibir mereka. Dan tak lama mereka pun membalikkan tubuh meninggal ketiga orang di sana dengan pemikiran mereka masing-masing.     

"Sayang, kamu ikut mobilku. Jangan membantah!" ucap Delon dingin. Mode cemburu akut telah kembali menyala hanya karena pujian dan balasan senyum dari sang istri untuk lelaki lain.     

Rachel menoleh ke arah Sellyn yang terlihat mengendikkan bahu untuk menyerahkan keputusan sepenuhnya di tangan Rachel.     

"Gue sih nggak apa-apa. Tapi, pandangan mahasiswa di sini 'kan beda-beda," ujar Sellyn yang memang menyiratkan sedikit kecemasannya. Setelah Rere memutuskan untuk menerima beasiswa ke luar negeri.     

"Kak, aku—"     

"Pak Delonnn!" Panggil seorang wanita dengan memakai dres mini formal berjalan ke arah Delon.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.