HE ISN'T MYBROTHER

Dan Ternyata Kening Benjol



Dan Ternyata Kening Benjol

0Langkah kaki Rachel mengikuti apa yang telah dikatakan adik kelasnya. Langkah itu menuju ke arah ruang profesor Fathoni. Ia memang sedikit terkejut mendengar ada dosen tampan dari mulut adik kelasnya.     
0

Karena setahu Rachel di kampus milik papanya ini. Tidak ada dosen tampan apalagi muda. Karena seluruh dosen begitu ketat diseleksi. Dan hanya pengajara bertittle profesorlah yang diterima di kampus ini.     

"Setampan apa? Apa mungkin setampan kak Delon? Seharusnya dia sudah sampai di kampus 'kan? Tapi, sampai sekarang gue nggak tahu dia di mana ... mungkin juga dia di gedung lain," gumam Rachel saat tubuhnya tanpa sadar sudah berada di depan pintu ruangan dosen baik tersebut.     

Kecuali asisten dosennya yang menggantikan dia hari ini. Seharusnya Rachel dihukum untuk mengerjakan sebuah makalah atau mengamati suatu usaha. Tapi, semua itu di luar keinginannya. Hari ini ia dipaksa untuk berolah raga hingga Rachel merasa tubuhnya sudah semakin kurus saja.     

Tok!     

Tok!     

Tok!     

"Pak, Saya Rachel Mauren," ujar Rachel saat tangannya mengetuk pintu coklat tersebut. Dan sebuah suara besar membuat Rachel berani membuka pintu kayu tersebut.     

"Masuk!"     

Rachel kembali menarik napas dalam sebelum tubuhnya benar-benar masuk ke dalam ruangan itu.     

Rachel menyebar pandangannya saat melihat ruangan itu kosong. Sedangkan tangannya dari belakang menutup kembali pintu kayu tersebut.     

"Pak, saya Rachel Mauren ... saya datang untuk mengumpulkan laporan." Ulang Rachel. Sebenarnya ia takut datang sendiri di ruangan dosen seperti ini.     

Biasanya Rachel akan membawa Monica dan Sellyn untuk menghindari kejadian yang tidak diinginkan. Tapi, kali ini, hukuman yang Rachel terima benar-benar membuat dirinya harus berjalan sendiri tanpa para sahabtanya.     

Ceklek!     

Lampu tiba-tiba padam.     

Rachel gelagapan setelah meletakkan laporan di atas meja. Tangannya meraba ke seluruh benda yang bisa membantunya untuk lebih tenang.     

"Kenapa bisa mati lampu sih?" gerutu Rachel saat tangannya masih saja meraba benda di depannya. Ia ingin segera sampai kembali ke pintu ruangan itu dan terbebas.     

Rachel melangkahkan kaki pelan dengan kedua tangan yang menjulur ke depan. Perempuan itu melebarkan matanya meski yang dilihatnya hanyalah suana gelap gulita tanpa penerangan sama sekali.     

"Kenapa apes terus sih sedaritadi. Dosen itu juga ke mana? Kenapa nggak keluar-keluar. Betah banget di dalam kamar mandi," gerutu Rachel yang benar-benar seperti berjalan di lorong gelap yang panjang tanpa ujung. "Kenapa gue nggak sampai-sampai sih?" tambahnya.     

Tidak berapa lama jemari perempuan cantik itu sudah bisa merasakan permukaan yang tidak rata. Ia bisa merasakan apa yang sedang Rachel sentuh.     

Garis bibir Rachel melengkung menghiasi bibirnya. Ia akhirnya bisa menemukan pintu yang seperti terletak di antara dua dunia.     

Tangan Rachel sudah berapa mencari knop kunci tersebut. Tapi, saat tangannya sudah akan menggapainya. Mendadak pinggang rampingnya ditarik mundur kembali. Rachel membulatkan mata saat mendapati ada sebuah lengan kekar yang sedang memeluknya dari belakang.     

"Aaaggh! Siapa!? Dasar nggak sopan!" pekik Rachel yang sudah mencoba melepaskan tautan tangan lelaki itu pada pinggang rampingnya.     

Namun, usaha melepaskan tangan itu hanya sia-sia saja. Rachel terlalu lemah untuk bisa melawan.     

Rachel tidak putus asa!     

Kakinya menghentak-hentak di tempat. Ia memang tidak melihat di mana letak kedua kaki lelaki yang berada di belakangnya. Tapi, Rachel yakin jika kakinya akan menghantam keras kaki lelaki itu hingga mati di tempat.     

'Lo pikir Lo bisa ngelecehin gue di sini? Jangan harap!' batin Rachel saat ia masih memberontak dan deru napas panas menyentuh tengkuk leher putih Rachel.     

Dan benar! Tiba-tiba tidak lama kaki Rachel menginjak salah satu kaki laki-laki itu dengan keras hingga telinganya mendengar nyaring teriakan lelaki tersebut.     

"AAWKHH!"     

"Syukurinnn!" balas Rachel berseru senang. Dan dengan cepat perempuan cantik itu pun segera kabur dari pelukan lelaki tersebut.     

Tapi, belum lama Rachel benar-benar terlepas dari lelaki itu. Kepalanya dengan kencang tertabrak pintu. Sehingga suara meringis yang keluar dari mulut Rachel lebih keras dari mulut lelaki tersebut.     

"AWKKHH! SAKITT!"     

Ceklek!     

Lampu seketika menyala. Dan betapa terkejutnya dia mendapati Rachel sudah tersungkur di atas lantai.     

"Sayaang ... kamu tidak apa-apa?"     

Pertanyaan itu membuat Rachel membulatkan mata sempurna. Ringisan kesakitan di kening tadi sudah tidak ia perdulikan. Kini kepala itu memutar ke arah lelaki yang kini sudah terduduk setara dengan tubuhnya yang tersungkur di bawah.     

"K–ak Delon?" panggil Rachel terbata. Kedua mata perempuan cantik itu belum bisa mengerjap saat ia merasakan tubuhnya terangkat. Lalu bergerak ke arah sofa panjang di ruangan itu.     

"Kamu tunggu di sini dulu, Sayang. Aku akan mencari es batu untuk mengompres keningmu," ujar Delon yang langsung bergerak ke arah pintu, membuka lalu keluar.     

Setelah suaminya pergi. Rachel baru bisa menghela napas panjang. Ia sudah menahan napas sesaknya sedaritadi. Dan akhirnya ia bisa lega jika yang memeluk tubuhnya bukan lelaki lain.     

"Astagaa, dia lagi-lagi ngerjain aku. Dulu pertemuan pertama juga begitu. Sekarang juga! Agghh! Dasar suami gilaa!" gumam Rachel yang sudaah menghentak-hentakan kaki di atas lantai.     

Tidak menunggu lama pintu ruangan itu terbuka. Perlahan tubuh kekar terlapisi kemeja hitam ketat itu berjalan ke arah Rachel yang langsung membuang wajah.     

"Sayaang, sini wajahmu. Aku akan mengompresnya. Maaf," kata Delon yang sangat merasa bersalah saat melihat kening istrinya benjol karena dirinya.     

"Jangan sentuh-sentuh aku. Dosamu udah sangat banyak! Udah berapa kali kamu ngerjain aku ha?" tanya Rachel dengan nada ketusnya. Ia memang merasa keningnya berdenyut dan panas. Entah apa yang terjadi di keningnya itu.     

Delon memaksa tubuh perempuan cantik itu menghadapnya. Ia tidak peduli jika Rachel akan marah padanya setelah itu.     

"Sini, lihat aku. Marah-marahnya nanti aja. Tuh, lihat keningmu sudah seperti pinochio," katanyanya.     

Rachel tidak bisa berkutik saat kakinya dikunci oleh himpitan kedua paha lelaki tampan di depannya. "Apa-apaan sih!? Lepas nggak!"     

Delon tak peduli. Ia menahan tengkuk istrinya untuk bisa menurut dengan perintahnya. "Ini benjol, Sayang. Kamu ceroboh banget."     

Rachel menajamkan matanya saat ia merasakan sentuhan dingin di keningnya dan juga tidak terima dengan perkataan suaminya.     

"Ini semua juga karena kamu. Kalau kamu nggak pura-pura jadi lelaki asing terus meluk aku! Aku nggak akan lari tahu!" sungutnya tak terima.     

Delom terkekeh dengan apa yang ia dengar dari mulut Rachel. Ia sebenarnya juga merasa bersalah telah membuat istrinya takut.     

"Sayang aku tadi lihat kamu sama Aster. Kamu bisa jelasin?"     

Tangan Delon masih dengan lembut menyentuh luka Rachel. Sesekali kening itu ia beri kecupan penuh cinta untuk mengurangi rasa sakit di sana.     

"Sayamg ..." panggil Lelaki tampan itu lagi saat merasa istrinya tidak menjawab pertanyaannya.     

"Kenapa aku harus mengatakannya? Ini semua juga karenamu," balas Rachel ketus. Bibirnya sudah mengerucut merasakan kekesalannya yang belum hilang dalam hatinya.     

"Kenapa karenaku? Kamu juga salah. Jangan terus menyalahkanku."     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.