HE ISN'T MYBROTHER

Kedatangan Aster Kembali



Kedatangan Aster Kembali

0Hahahaha!     
0

Suara gelak tawa mengisi seluruh ruang kelas. Dan hal tersebut sontak membuat Rachel membuat mata permpuan cantik itu terbuka lebar di atas lipatan kedua tangannya.     

Rachel mengarahkan pada gang ke arah Monica yang mengulum bibir untuk tidak bersuara. Tetapi, lirikan ekor mata sahabatnya itu cukup membuat Rachel mengingat kembali jika dirinya masih berada di dalam kelas.     

'Sialaan! Gue lupa lagi kalau ada kelas!' gumam batin Rachel seraya memejamkan mata dalam.     

Suara deheman yang begitu nyaring di telinga Rachel membuat perempuan itu perlahan menegakkan tubuh dengan kepala tertunduk.     

"Sejak kapan kamu tidur di kelas saya?" tanyanya tegas.     

"Sa–ya tidak tahu, Pak," jawab Rachel sekenanya. Dirinya memang tidak tahu sejak kapan kedua mata itu sudah merajuk ingin dipejamkan. Seingat Rachel ia sedang mendengarkan Monica dan Sellyn sedang memarahi dirinya. Lalu, setelh itu Rachel tidak mengingat hal lain.     

Dosen tampan itu menganngguk. Kemudian pandangannya mengarah pada sebuah taman bunga yang sepertinya sedang disiram pekerja kampus.     

"Kamu keluar dan gantikan pekerja itu untuk menyiram seluruh taman bunga yang ada di kampus ini. Setelah itu mintalah tanda tangan kepada keemmpat pekerja kebun itu di atas pernyataan yang kamu buat," perintahnya. Yang langsung membalikkan tubuh saat Rachel akan mengangkat kepala tak terima tugas itu.     

Rachel mendengus kesal di depan punggung kekar yang perlahan melangkah menuju ke depan, bangku dosen.     

"Udah jalani aja. Lo sih kebanyakan molor!" ucap berbisik Sellyn yang sedikit bersembunyi agar tidak ikut dihukum seperti Rachel.     

Dosen tersebut kembali menulis materi penting ke adalam papan putih tanpa memperdulikan desah kesal dari mahasiswi cantik itu yang sudah berada di belakangnya.     

"Pak, mau tanya. Kalau tukang kebunnya tidak masuk bagaimana?"     

Dengan tangan yang masih bergerak menulis di sana. Lelaki tampan itu membalas pertanyaan Rachel, "Temui dia di mana pun dia berada. Atau kau akan mendapat hukuman tambahan slenjutnya."     

Beberapa mahasiswi junior yang memang tidak menyukai Rachel saling berbisik dengan tawa senang. Mereka pikir kecantikan seorang Rachel tidak berlaku pada dosen magang tersebut.     

"Baiklah, Pak. Saya permisi ...," kata Rachel seraya membungkukkan tubuhnya ke arah punggung kekar tersebut. "Semoga saja neraka menerimamu," sambungnya lirih.     

Rachel akhirnya memilih melenggang terpaksa dari kelasnya. Dan memilih mengumpati dosen itu hingga dasar akar. Kedua tangannya meremas-remas kesal di sepanjang koridor untuk sampai di kebun bunga pertama.     

"Dia pasti asisten dosen baru. Pantes, nggak paham siapa gue!"     

Sedangkan di dalam kelas, dosen tampan tersebut melukiskan senyum mendapati kekesalan satu mahasiswinya yang membuat hari pertama mengajarnya jadi sempurna.     

"Baik, silahkan dicatat materi awal untuk menunjang ujian semester kalian," ucapnya seraya mengetuk-ngetuk papan putih yang penuh dengan goresan spidol hitam untuk membuat seluruh mahasiswa kembali fokus terhadap materi yang disampaikannya.     

"Baik, Pak!" jawab mereka kompak.     

Rachel sekarang sudah mengalihkan selang air berada di tangannya untuk mengguyur berbagai bunga di depan matanya.     

"Non, kenapa mau nyiram bunga? Ini 'kan tugas bapak," kata lelaki paruh baya yang sedang memakai topi Capil. Karena teriknya sinar matahari memaksa dirinya untuk memakai topi tersebut.     

Rachel menggerakkan tangannya ke depan, lalu ke kanan setelah itu ke kiri. Bau khas tanah yang tersiram air dari selang air perempuan tersebut membuat kedua matanya segar. Kantuk yang tadi mengekang kedua matanya. Kini mengulang entah ke mana.     

"Saya kena hukuman, Pak. Tapi, nggak apa-apa. Aku senang kok," balas Rachel sesuai dengan senyum yang melengkung di bibirnya.     

Tidak lama ada seseorang mahasiswa yang sedang berlari dari arah luar untuk segera ingin sampai ke sebuah ruangan. Namun, tiba-tiba gerak kakinya terhenti saat kedua manik hitamnya menemukan perempuan yang sudah lama tidak ia temui karena padatnya jadwal aktivitasnya.     

Kakinya mulai melangkah ke arah taman bunga dengan kepala memering, melongok ke arah wajah cantik itu yang ternyata sedang tersenyum dengan cerah.     

Lelaki itu meletakkan jari telunjuk di depan bibir. Mengkode lelaki paruh baya yang sedang terduduk di pinggiran lantai.     

Lelaki paruh baya itu pun mengangguk dengan senyum khasnya.     

"Hallo cantik!"     

"Sendirian aja," tambahnya yang seketika membuat tubuh Rachel berjengit ke samping. Dan dengan reflek selang air tersebut ia arahkan pada pemilik suara tersebut.     

"Hemmbb... hemmbb! Chel, ini guee!" Suara kelagapan tersiram air dari lelaki itu membuat Rachel membulatkan mata. Dan kembali reflek menjatuhkan selang air tersebut di atas rumput hijau.     

"Ha? Kak Aster?"     

Rachel dengan cepat meraba sakunya saat melihat lelaki yang berada di depannya sudah basah kuyup karena ulahnya.     

"Ini ... nih, pakai dulu buat ngeringin wajah Lo. Astagaa kenapa jadi kayak korban banjir!"     

"Lo sih ngagetin gue!" tambah Rachel yang merasa dirinya tidak benar-benar bersalah telah membuat artis terkenal itu seperti sedang syuting di bawah guyuran hujan.     

Aster mengambil sapu tangan yang diberikan Rachel padanya. Ia menyeka wajah tampannya yang basah hingga wajah itu kering kembali. Tapi, kemeja dan celana jeans panjang yang dipakai Aster tak bisa terselamatkan.     

"Lo masih aja bar-bar, Chel. Udah dua tahun nih!" gerutunya.     

"Iya dua tahun juga Lo nggak lulus-lulus!" sanggah Rachel tak mau kalah.     

Aster hanya terkekeh mendengar perkataan Rachel. Jika, perempuan itu tahu kenapa dirinya tidak lulus-lulus dalam skripsi, mungkin perkataan itu tak akan keluar.     

"Gue masih betah jadi mahasiswa di sini. Keliatannya masih muda aja," sahut Aster kembali seraya mengebas-ngebaskan kemeja basahnya.     

Rachel menatap bersalah saat melihat aktivitas tangan Aster. Ia memutar otak untuk bisa membuat rasa bersalahnya menguar.     

"Tunggu di sini, Kak." Perempuan cantik itu pun langsung berlari ke arah salah satu bangku di taman bunga tersebut yang ia gunakan untuk meletakkan tas kecilnya.     

Aster hanya mengangkat kedua alis saat mengarahkan pandangan ke arah punggung Rachel yang sepertinya sedang berbicara dengan seseorang di dalam ponselnya.     

"Pertemuan pertama yang apess!" gumam Aster yang masih mencoba mengeringkan bajunya, meski ia tidak membuka.     

Rachel berlari kembali ke arah Aster yang masih menundukkan tubuh menggerakkan seluruh pakaian yang menempel di tubuhnya.     

"Lo, tunggu ya! Lo emang ngeselin dari dulu, Kak!"     

TING!     

Satu pesan masuk ke dalam ponsel Rachel. Perempuan cantik itu pun mengarahkan pandangan ke arah satu pesan masuk tersebut. Dan seketika senyum Rachel terbentuk di bibirnya.     

"Tunggu... tunggu bentar! Gue mau ambilin baju ganti buat Lo!" kata Rachel yang sudah berlari meninggalkan Aster yang menatap terkejut ke arah punggung Rachel.     

"Cheel ... nggak usaaah!" teriak Aster sekuat tenaga. Tapi, sia-sia saja. Langkah Rachel sudah sangat jauh.     

Aster menggeleng kepala melihat kelakuhan Rachel. Entah kenapa perasannya masih saja belum berubah untuk perempuan cantik tersebut, meski ia tahu Rachel sudah mempunyai dua anak.     

"Seandainya Lo tahu ... gue masih nunggu Lo."     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.