HE ISN'T MYBROTHER

Apa Lo Bisa Ngubah Perasaan Lo?



Apa Lo Bisa Ngubah Perasaan Lo?

0Alis Rachel bertaut mendengar pertanyaan Delon yang bernada meninggi untuknya. Biasanya jika sudah seperti ini pasti lelaki itu sudah sangat kesal dengan dirinya.     
0

"Apa sih, Kak? Jangan gini deh. Kamu lupa aku harus ke kampu?" jawab Rachel yang tidak tahu arus tuduhan tak berdasar itu dari mana.     

Delon mengusap wajah tampannya dengan kasar. Lalu, menghentikan mobil hitam mewah itu sebelum kampus. Tapi, Delon juga masih bisa melihat pemuda yang tadi malam mengirimi pesan kepada istrinya.     

"Kamu ikut aku ke kantor, okay? Aku sudah tidak mau meributkan ini," balas Delon yang akan menyalakan mesin mobil. Tapi, dengan cepat Rachel menghentikannya.     

"Jawab dulu ada apa? Setelah itu aku ikut kamu. Bilang dulu," paksa Rachel sejak malam Delon selalu tidak mengatakan apa yang sedang dirasakannya. Dia sebenarnya sedang cemburu atau marah padanya? Delon selalu saja seperti ini.     

Delon benar-benar frustasi pagi ini. Padahal jadwalnya begitu penuh. Seharusnya dirinya memang tidak mencampuradukan antara urusan kerja dan rumah tangganya. Tapi, dirinya tetap tidak bisa. Rachel segalanya bagi Delon, dan ia tidak akan pernah rela siapa pun mendekati istrinya.     

"Lihat di sana. Apa kamu bialng untuk minta dijemput?" Lelaki tampan itu menunjuk ke arah seorang pemuda dengan teman-temannya sedang berada di depan kampus. Kepalanya selalu menoleh ke kanan lalu ke kiri seperti mencari seseorang.     

Rachel mengikuti arah tunjuk Delon. Lalu, menatap biasa pada seseorang yang dimaksud suaminya.     

"Aku bukan menunjuk dia, Kak. Aku nunjuk ke arah Monica dan Sellyn yang ada di sampingnya. Aku nggak nyuruh Rendra buat nunggu aku juga. Mana aku tahu di sana," bantah Rachel yang memang tidak tahu asal usu Rendra menunggunya.     

Delon menatap lekat ke arah Rachel dan di sana memang tidak ada kebohongan.     

Rachel menghela napas dalam mendapati kerut kening suaminya begitu terlihat tebal dengan sorot mata lelah. Pasti tadi malam suaminya tidak benar-benar menikmati waktu istirahatnya.     

Ceklek     

Suara safebelt terlepas membuat Delon mengalihkan pandangannya. Rachel bergerak menuju ke arah pangkuan suaminya. Kedua tangan itu melingkar mesra di leher tegas Delon.     

"Kamu sedaritadi malam bikin aku pusing, Kak. Ada apa coba katakan? Kamu cemburu?" Rachel menyatukan kening mereka. Delon memejamkan, merasakan tangannya yang sudah melingkar indah di pinggang istrinya.     

Mereka berdua saling merasakan napas mereka yang saling bersentuhan hangat. Delon mengecup pipi putih Rachel dengan perasaan bersalah. Lalu, rahang tegas itu menempel erat di pipi putih Rachel lagi.     

"Maaf, Sayang. Maaf," ucap Delon dengan nada sendunya.     

Rachel mengusap kepala belakang lelaki tampan itu untuk menenangkan. "Aku tidak bisa tergoda dengan lelaki lain, Kak. Kamu yang paling tampan. Kamu ingin apa?" tanya Rachel yang mencoba ingin membuat suaminya kembali menormalkan emosi.     

Delon melonggarkan tautan rahangnya dengan pipi Rachel. "Masih dua jam lagi aku meeting pemegang saham ... jadi—"     

"Jadi kita ke hotel dulu. Aku ada kelas nanti jam 9. Aku masih bisa membuat suamiku tersenyum lagi," sahut cepat perempuan cantik itu yang tak lupa memberi kecupan lembut di bibir tebal suaminya.     

Delon mengulas senyum menawannya. Senyum yang selalu membuat seluru wanita terhipnotis termasuk dirinya.     

"Lepas dulu, Sayang. Bahaya kalau kamu nyetir aku di sini." Rachel mulai melepaskan pelukan tangan kekar Delon yang mengukungnya untuk tidak kembali ke bangku penumpang.     

"Bagaimana kalau di sini, Sayang? Aku sangat merindukanmu," bisik Delon dengan suara beratnya seraya menggit telinga Rachel. Sehingga perempuan itu hanya bisa mengeluarkan desahannya.     

Rachel merasakan jemari Delon sudah bergerak ke arah tubuh bagian atasnya yang sudah membusung, sehingga mempermudah Delon untuk menggapainya meski masih berada di dress mini.     

"Sa-yang ... di sini ya?" rengek lelaki itu lagi saat jemarinya sudah masuk ke dalam pangkal paha Rachel.     

Rachel yang mendapati kesadarannya masih berfungsi. Ia pun dengan cepat menahan jemari Delon yang sudah memacu di bagian inti Rachel.     

"Jangan, Kak. Di hotel aja. Ini masih area kampus, kita bisa ditangkap polisi karena melanggar aturan," ucap Rachel yang perlahan menarik tangan Delon dari bawah sana.     

Jemari Delon terlihat basah. Rachel pun dengan cepat mencari keberadaan tisu. Tapi, dengan kerakusannya.     

Lelaki itu memasukkan jemarinya sendiri ke dalam mulutnya. Memberikan dengan lidah, lalu mensesap hingga bersisa. Kedua manik hitam legam tajam itu menatap ke arah Rachel dengan tatapan menggoda.     

"Kamu jorok, Kak!"     

"Tidak, Sayang. Ini sangat lezat. Atau sekalian aku bersihkan tempatnya?" tawar Delon yang membuat Rachel dengan cepat berpindah duduk ke asal bangkunya.     

Sedangkan kain segitiga yang sudah melorot di kaki langsung saja Rachel lepas dan masukkan ke dalam tas.     

"Biar gamapng nanti," ujar Rachel yang seakan tahu arti dari tatapan dari sang suami yang melihat ke arahnya.     

Delon terkekeh dengan apa yang telah dilakukan istrinya. Dengan cepat lelaki tampan itu memutar arah laju mereka berbalik. Dan hal itu sontak membuat Monica dan Sellyn berteriak untuk mencegah. Tapi, sayang jarak mereka memang sangat jauh.     

"Racheeel!"     

"Ehh, jangan pergi!" Monica dan Sellyn kompak berlari. Namun, belum sampai pertengahan mobil hitam itu benar-benar sudah pergi.     

"Mau ke mana mereka? Kenapa balik lagi?" tanya Monica yang digelengi kepala Sellyn tidak tahu.     

"Mungkin ada yang ketinggalan. Orang kelas kuta juga mulainya jam 9," ujar Sellyn yang berniat ingin berbalik. Tapi, belum juga tubuh mereka melakukan hal tersebut.     

Tiba-tiba ada wajah tampan yang mengejutkan mereka yang seketika membuat mereka memundurkan langkah.     

"Astagaa!"     

"Sialan, bener! Bikin jantungan aja. Untung ganteng Lo, Kak!" Sellyn mengusap-usap dadanya untuk meredakan rasa kekejutannya.     

"Di mana Rachel? Kenapa dia nggak bareng kalian?" tanyanya yang ikut melihat ke arah jalanan lengang.     

Monica menghentikan bahunya. "Kita juga nggak tahu. Mungkin suaminya lagi marah atau apa. Udah kebiasaan sih kayak gitu," tanggap Monica yang seketika berlari ke arah seseorang yang sudah membuka pelukannya lebar.     

"Pagi istriku tercinta. Apa kamu merindukanku?" tanyanya seraya mengecup beberapa kali bibir Monica. Tapi, dengan cepat perempuan itu menutup bibir suaminya.     

"Nino, jangan kayak gitu. Ini di depan kampus." Nino hanya mengangguk lalu menggandeng pergi Monica pergi dari sana.     

Sellyn menatap kasihan pada Rendra yang bernasib sama dengan Aster. Tapi, Sellyn percaya jika cinta buta memang benar adanya. Nyatanya satu laki-laki di depan mata Sellyn buktinya.     

"Kak, Rachel udah punya suami. Dia juga punya dua anak. Lo harus bisa tukar posisi Rachel di hati Lo dengan perempuan lain. Jangan jadi bodoh," ucap Sellyn menatap kasihan pada Rendra yang memang tampan, tapi begitu pendiam.     

Pemuda itu menurunkan pandangannya ke arah Sellyn dengan tatapan penuh arti. Manik mata hitam itu seakan penuh dengan cinta terpendam untuk seseorang yang jelas tak bisa dia sampaikan.     

"Apa Lo bisa ngubah perasaan Lo?"     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.