HE ISN'T MYBROTHER

Kebohongan Untuk Menutupi



Kebohongan Untuk Menutupi

0Rachel dan Delon dilanda perang dingin setelah mereka sama-sama memunggungi ketika tidur. Tidak ada guyonan yang sering mereka lakukan sebelum mata mereka terserang kantuk.     
0

Bahkan pagi ini mereka hanya saling bertanya ketika Nathan dan Nefa memaksa bertanya tentang buku cerita yang diberikan kepada Alisha kemarin dan buku cerita itu Rachel titipkan kepada Delon karena dirinya sangat sibuk di dapur.     

"Mama, apa pagi ini Nefa bisa makan ice cream yang banyak?" tanya Nefa dengan suara kecilnya. Mengingat hari ini sekolah kedua anaknya sedang mengadakan bazar makanan. Maka dari itu Rachel hanya bisa membuatkan kue buatannya.     

Rachel menggeleng dengan punggung jari mengusap lembut pipi gembul putrinya. "Kamu nanti batuk, Sayang. Kamu tahu 'kan bagaimana batuk sangat tidak enak?" tanyanya yang masih membuat putri kecilnya tidak mau mengerti.     

Nefa mengerucutkan bibirnya seraya mengalihkan pandangannya pada sang dewa penolong yang sekarang sedang menggerakkan kendali setirnya.     

"Boleh. Tapi, tidak boleh banyak-banyak," ucap Delon yang sektika membuat Rachel menajamkan kedua mata coklatnya menatap lelaki tampan itu yang masih memfokuskan mobil mereka ke arah jalanan sekolah Nathan dan Nefa.     

"Apa-apaan kamu, Kak?! Kamu bukannya sudah tahu bagaimana Nefa tidak bisa makan ice cream. Kenapa kamu justru mengizinkan?" todong Rachel yang hanya di lirik ekor mata lelaki tampan itu tanpa berekspresi apapun.     

"Aku mengatakan tidak boleh banyak. Hanya sedikit itu tidak akan membuatnya sakit tenggorakkan. Kenapa kamu jadi tidak bisa memahami keinginan anak kita? Apa karena sudah bergaul dengan para mahasiswa itu, kamu jadi lupa statusmu?"     

Delon mengatakan dengan nada dinginnya.ia masih mengungkit masalah yang membuat tidurnya tidak tenang sama sekali. Berkali-kali, Delon harus terbayang tentang kedekatan Rachel dengan pemuda itu. Pemuda yang menurutnya memang sangat tampan.     

Karena status pemuda itu yang baru pindah setahun di kampus milik Jeno. Jadi, pemuda itu tidak mengetahui siapa suami Rachel siapa. Dan hal itulah yang membuat Delon cemas.     

Rachel berdesisis dengan jawaban tak masuk akal Delon. Bagiamana urusan tentang anak sampai merambat hingga ke arah masalah tadi malam? Delon benar-benar seperti anak kecil, batin Rachel yang sudah sangat kesal dengan lelaki itu.     

"Papa Nathan juga mau ice cream sama seperti Nefa," sahut Nathan yang sedaritadi sibuk dengan maiannya kini ikut bersuara.     

"Baiklah, Pangeran Kecil papa. Nanti kita makan ice cream bersama adikmu yaa!" balas Delon dengan nada sedikit berteriak supaya istrinya semakin kesal.     

Rachel mendengar tak percaya. Lagi-lagi Delon membuatnya tidak bisa membantah di depan kedua anaknya.     

"Nathan Nefa, Sayang. Kalian berdua tidak boleh makan ice cream yaa! Nanti mama akan mengganti dengan membuat kue lagi seperti tadi malam, bagaimana?" tawar Rachel yang berharap tawarannya akan berbuah baik.     

Senyum cantik sudah Rachel pasang di bibirnya untuk mempengaruhi kedua anaknya menurut pada Rachel dan melupakan perkataan Delon.     

Nanthan dan Nefa kompak menggeleng dengan tawa Rachel.     

Rachel yang mengetahu Dewi Fortuna sedang tidak memihak dirinya akhiranya memilih mengigit bibir bawahnya, lalu membanting kasar punggung kecilnya.     

"Mama kenapa? Nanti sakit punggungnya," ucap Nefa dengan polosnya saat bola mata coklat kecil itu menatap adegan di depan mata.     

Rachel membalas dengan senyum simpul setengah dipaksakan mengusap kepala belakang putrinya."Mama hanya sedikit lelah saja," kilahnya.     

Nefa yang mendengar perkataan dari sang mama, langsung memelukkan tubuh kecil itu seraya mengusap lembut bahu belakang mamanya.     

"Kalau sudah Nefa peluk pasti capeknya pergi. Mama percaya kan?" katanya dengan masih memeluk tubuh besar itu.     

Rachel akhirnya bisa tertawa kecil melihat sikap menggemaskan putrinya. Ia rasanya baru saja melahirkan dua anaknya kemarin. Tapi, kenapa mereka cepat sekali tumbuh besar dan mampu mengucapkan kalimat ini?     

"Lelah mama sudah hilang karena pelukan Tuan Putri Kecil mama yang cantik ini," balas Racel seraya mengusap lembut punggung yang sangat kecil di buku tangannya.     

Delon hanya bisa melirik tanpa bisa mengatakan apapun melihat kehangatan keluarganya. Ingin sekali Delon ikut memeluk mereka berdua. Tapi, apa daya Delon sedang dalam mode marah dan cemburu. Jadi, ia harus bisa mempertahankannya.     

Tidak lama mobil mereka berhenti di depan sekolah mewah Nathan dan Nefa. Sekolah yang menjadi sekolah unggulan untuk anak dari kelas atas saja.     

Delon mengeluarkan tubuhnya untuk segera mengambil sang putra yang duduk di bangku belakang.     

"Hello, Pangeran papa? Apa sekarang sudah siap belajar?" tanya Jashon saat mengangkat Nathan dari bangku khususnya. Lalu, menggendong untuk keluar menemui istrinya yang sudah berada di depan gerbang terlebih dulu dengan Nefa.     

"Siaap! Nathan siap, papa!" serunya begitu bersemangat. Dan hal itu juga tak luput dari pandangan Rachel. Melihat putra dan suamijya tertawa lepas sungguh membuat hati Rachel seakan seperti ess yang mencair.     

Tapi, saat lelaki itu menatap dirinya sekarang dengan cepat pula Rachel membuang wajahnya. Ia tidak mau Delon menang dengan melihat segala kelemahannya.     

"Aku akan segera ke sini lagi. Mobilku berada pinggiran jalan," ucap Delon dengan nada dinginnya. Rachel hanya mengangguk tanpa mengalihkan wajahnya yang sengaja tidak ingin menatap ke arah suaminya.     

"Mama! Aku mau menemui Bimo, di sana!" Nathan menarik kain dress mini Rachel seraya menunjuk ke arah teman sekelas Nathan yang sedang memegang layang-layang besar.     

Rachel mengikuti arah tunjuk putranya lalu mengangguk mengiyakan perkataannya saat mengetahui tetangganya juga berada di sana.     

"Ayo, Nathan Nefa kita temui Bemo," ajak Rachel yang sudah menggandeng kedua anaknya menuju ke arah wanita tiga puluh tahun yang sedang mengulas senyum melihat pergerakkan putranya.     

Kaki mereka mengayun seiring Nathan yang sudah meloncat-loncat antusias tidak sabar ingin segera menemui sahabatnya.     

"Selamat pagi, Mbak Nadia! Sendirian aja," ucap Rachel yang membuat wanita itu mengalihkan pandangannya. Dan seketika tubuh itu berdiri untuk menyambut kedatangan Rachel.     

"Selamat pagi, Chel. Kamu udah sampai?" balasnya yang dibalas dengan anggukkan. "Lihat nggak cuma aku yang sendirian?" Lanjutnya menggoda permpuan cantik di depannya.     

Rachel terkekeh dengan balas yang ia dengar. "Ke mana suami tampanmu itu?" tanyanya yang membuat Nadia menggerakkan tangan seperti sedang menerbangkan sesuatu.     

"Biasa, nguli di atas langit dulu buat beli layang-layang Bimo," jawabnya terkekeh saat mengingat suaminya harus melakukan perberbangan mendadak dua hari yang lalu.     

"Aku kira kamu juga punya suami tampan? Apa sekarang dia juga sudah sangat sibuk?" Nadia melempar kembali pertanyaannya pada Rachel. Ia bingung harus menjawab apa. Tapi, secepat kilat ia merasakan ada benda basah yang menyentuh pipi putihnya.     

"Aku masih setia menemani istriku. Aku tidak peduli dengan pekerjaanku itu," sahut Delon dengan sangat jelas seakan lelaki itu melupakan perang dingin yang terjadi di antara mereka berdua.     

Rachel hanya bisa mengulas senyum canggung mendapat usapan lemhut jemari Delon pada bahunya.     

"Heey, Chel? Kau kenapa wajahmu itu? Apa suamimu ini diam-diam jahat?"     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.