HE ISN'T MYBROTHER

Lima Tahun Kemudian



Lima Tahun Kemudian

0Lima tahun Kemudian.     
0

Suara teriakan kecil saling bersautan memenuhi sebuah sebuah rumah besar bernuansa dominan putih. Sedangkan seorang ibu muda yang berbalut celemek di tubuhnya juga tak kuasa untuk untuk tidak berteriak membalas apa yang ia dengar.     

"Nathan Nefa! Kalian berdua jangan lari-lari yaa! Nanti jatuh nangis!" seru mama muda yang terlihat masih terfokus dengan dengan adonan yang masih menempel di tangannya.     

Masih dalam keadaan fokus untuk membuat adonan kue itu semakin rata bercampur bahan-bahan. Tiba-tiba tubuh ramping itu tersentak mendapati punggung kecil itu terasa berat.     

"Sayang, aku baru pulang," bisik seseorang yang sudah menciumi leher jenjang perempuan cantik tersebut.     

Dia menggeliat saat bibir tebal itu masih saja menciumi lehernya tanpa jeda. Terpaksa ia harus memberontak, tap tetap saja lelaki yang berada di belakangnya tidak mau bergerak membuat lehernya semakin basah.     

"Kaak! Jangan gini. Kamu ganti baju dulu, aku sedang membuat kue untuk Nathan dan Nefa besok di sekolah," protesnya. Berharap lelaki itu melepaskan tautan tangan besarnya yang sudah melilit pinggang ramping.     

Tapi, sayang lelaki tidak mau melepaskan pelukannya. Meski ciuman di leher jenjangnya sudah dihentikan.     

"Chel, aku kangen kamu. Udah seminggu lho. Mereka juga udah besar kan?" bisik Delon yang sudah memasukkan tangannya ke dalam lapisan celemek Rachel. Membuat gerakan di kedua payudara besar istrinya.     

Rachel membulatkan mata lebar saat merasakan kedua tangan suaminya sudah berada di tubuh bagian depan Rachel. Perempuan itu terjebak dengan tangannya yang masih penuh dengan tepung. Sedangkan gerakkan itu semakin membuat perempuan itu tak bisa konsentrasi dengan adonannya.     

"Sayang," panggil Delon dengan suara serak. Seperti menahan sesuatu yang sudah tidak bisa lelaki itu tahan.     

Astagaa! Rachel benar-benar dibuat bingung dengan keadaan seperti ini. Ia tahu sudah seminggu mereka tidak bercinta. Tapi, itu semua juga karena siklus bulanan Rachel.     

Sebenarnya Rachel juga kasihan dengan Delon yang selalu tak bisa lepas darinya. Maka dari itu setelah melihat tanggalan tadi pagi. Lelaki tampan itu meminta haknya setelah Delon pulang kerja tentunya.     

Dan sekarang lihatlah. Rachel hanya bisa pasrah saat kuasa Delon mengalahkan keinginannya untuk membuat di kue.     

Tangan Delon memeringkan kepala perempuan cantik itu. Bibir basah lelaki itu sudah tak kuasa ingin memagut bibir merah tipis istrinya. Baru saja satu kali lumatan panas lelaki itu berikan pada bibir Rachel.     

Mendadak tarikan kain celana panjang Delon dari bawah membuat lelaki dewasa itu menghentikan aktivitasny saat ini.     

"Papa ... papa sedang apa?" tanyanya dengan suara kecil. Kepala kecil itu menengadah pada sosok dua manusia besar di depan mata hitam beningnya.     

Rachel yang mendengar suara kecil itu pun langsung melepaskan pelukan suaminya. Dan perlahan menurunkan tingginya. Sekarang perempuan itu sudah setinggi tubuh bocah laki-laki tersebut.     

"Nathan Sayang, kenapa ke sini? Adikmu mana?" tanya Rachel lembut dan tak lupa memberi kecupan hangat di pipi putih gembulnya.     

Nathan menunjuk ke arah gadis kecil yang sedang menaiki mainan kuda-kudaan. Tawa kecil itu menghiasi wajah cantiknya. "Nathan nggak dibolehin main, Ma," adu Nathan saat melihat adiknya sedang menjulurkan lidah kecilnya ke arah Nathan.     

Rachel terkekeh kecil saat mendapati kedua anaknya begitu lucu saling mengejek.     

"Nanti gantian ya. Nathan 'kan udah besar harus bisa ngalah sama Nefa. Nanti mama beri kue ya? Sekarang sama papa dulu mainnya," Rachel membujuk putra kecilnya seraya melirik ke arah Delon yang kini sedang berkacak pinggang ke arah Nathan.     

"Apaa?" tanya sebal Delon yang membuat Rachel tersenyum lebar ke arah wajah suami tampannya.     

"Papa galak! Nathan nggak suka. Nathan mau sama mama aja," ucap bocah laki-laki itu yang berjalan kecil.ke arah Rachel. Tapi, belum sempat jemari kecil memeluk kaki mamanya. Delon sudah lebih dulu menangkap tubuh putranya. Lalu, di bawanya lari kencang hingga membuat tawa Nathan terdengar nyaring.     

"Aagghhh... Hahaha! Papaa!" teriaknya saat mendapati pandangan mata kecil Nathan sudah tidak lagi memantulkan sosok mama cantiknya.     

"Kitaa terbanggg, Sayaang! Kamu sudah menggalkan roket terbang! Jadi, kamu aja yang terbanggg!" balas Delon dengan terkekeh. Ia benar-benar dengan kedua anaknya yang sepertinya tahu niatan terselubung Delon untuk memberi adik mereka.     

Delon berlari dengan tubuh putranya kecilnya yang diposisikan seperti pesawat yang sedang terbang di angkasa raya. Sedangkan di belakang tubuh lelaki tampan itu sekarang sudah ada sosok kecil yang sudah meninggalkan mainnaya. Ikut berlari dengan tawa yang tak kalah nyaring.     

Rachel yang melihat kelakuhan suami dan kedua anaknya saat ini hanya bisa menggeleng kepala. Senyum cantiknya selalu tergores menghiasi wajahnya yang nampak semakin cantik dengan usia yang sudah matang.     

"Aku selalu lupa jika umur Kak Delon sudah tiga puluh. Bagaimana bisa wajah lelaki itu nampak selalu tampan tanpa keriput," gumam Rachel yang akhirnya kembali melanjutkan tangannya untuk menguleni adonannya.     

Delon di sana nampak kelelahan. Dengan napasnya yang naik turun saat kedua anaknya masih tertawa menatap dirinya yang sudah terduduk di atas lantai dengan kedua tangan menyanggah tubuh kekar tersebut.     

"Katakan, Tuan Putri papa menangis tidak hari ini?" tanya Delon pada sang putri yang sedang memangku kedua pipi gembulnya sembari menatap manis ke arah Delon.     

Nefa menggeleng dengan senyum menggemaskannya. Tap, berbeda jawaban saat Nathan sudah berdiri, melangkah dua langkah di depan tubuh papanya.     

"No, Pa! Nefa cengeng! Nefa selalu menangis kalau Nathan main mainan milik Nathan sendiri," ujar Nathan dengan suara menggemaskannya seraya menunjuk berbagai mainan mereka berdua yang sudah bercampur menjadi satu.     

Delon yang mendengarkan perkataan putra kecilnya langsung menoleh ke arah putrinya yang sekarang sedang mengerucutkan bibir kecilnya ke arah Nathan.     

"Itu mainan Nefa, Pa. Kakak nggak boleh ikut main. Kakak harus beli lagi, nggak boleh ikut-ikut Nefa!" teriaknya galak. Sekarang tubuh gadis kecil itu berada di depan Nathan seraya berkacak pinggang.     

Delon menahan tawanya melihat pertengkaran kecil yang selalu saja menyambut dirinya ketika pulang kerja. Ia sangat bahagia melihat buah cinta yang selalu saja mengalami kesulitan saat di perut istrinya kini terlahir dengan sehat. Bahkan, mereka tumbuh dengan begitu cerdas. Memahami apapun lebih dulu dari anak lain di usia mereka.     

"Nefa tidak boleh seperti itu. Kalian berdua harus saling berbagi. Atau semua mainan papa ambil. Dan kalian berdua hanya boleh di dalam kamar. Bagaimana?" tawaran Delon membuat kepala kecil Nefa berbalik. Sedetik kemudian dua kelopak kecil itu mengantup, kerutan kecil di wajah Nefa membuat Nathan tertawa.     

"Tuhh 'kan nagis lagi. Nathan bilang apa, Pa! Nefa itu cengeng." Ulang bocah laki-laki tampan itu yang melihat adiknya sudah berjalan kecil ke arah papanya.     

Delon melebarkan kedua tangannya menyambut sang Tuan Putri kecilnya yang terisak. "Kakak jahat! Nefa benci kakak!"     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.