HE ISN'T MYBROTHER

Lo Nggak Jadi Sama Pak Renar, Mon?



Lo Nggak Jadi Sama Pak Renar, Mon?

0"Suamimu selingkuh. Kamu juga sih, Chel suka ngambekan."     
0

"Apaan, sih, Ma! Belum tentu itu kak Delon. Coba sini lihat," balas Rachel yang menolak sangkaan mamanya. Tangan itu sudah menengadah untuk meminta ponsel Martha yang masih menjadi objek pemantauan dari mata elangnya.     

Rachel mendengus kesal melihat permintaannya tidak ditanggapi wanita paruh baya itu. Perempuan itu langsung menarik benda pipih tersebut dari tangan sang empu yang terkejut tiba-tiba ponselnya sudah beralih tangan.     

"Heeyy, beraninya kamu kurang ajar sama mama yaa?" teriaknya setengah nada kesal.     

Rachel hanya membalas dengan menangkupkan kedua tangannya ke arah wanita paruh baya itu dan langsung memastikan apa yang dikatakan benar atau tidak.     

"Itu suamimu, Sayangku. Mama siap-siap nih telpon Renar kalau begini," goda Martha pada sang putri yang mencoba membesarkan layar ponselnya untuk melihat wajah itu nyata atau tidak.     

Rachel melihat Delon yang yang sedang berjabat tangan dengan seorang perempuan bertubuh ramping dengan satu lelaki berada di sampingnya dan perempuan sksi itu berada di tengah.     

"Ini mungkin rekan kerja. Mama jangan berpikiran jelek dulu. Kalau urusan pak Renar biar Rachel sendiri yang menangani," kata Rachel yang mencoba tenang tidak terbakar kompor yang dinyalakan mamanya.     

Namun, jauh di dalam hati Rachel sudah terbakar sejak awal saat mamanya mengatakan Delon sedang berfoto dengan seorang perempuan cantik. Sedangkan foto bersama Jenny saja belum selesai.     

Kini masalah baru datang dengan begitu cepat. Kenapa suaminya begitu mudah mengambil foto dengan seorang perempuan sih? Apa selama ini Delon adalah maniak foto dengan berbagai jenis perempuan?     

'Sialan, kenapa aku jadi mikir kayak gitu? Ini semua karena mama! Aagghh...,' batin Rachel yang menggit bibir bawahnya sendiri.     

"Kamu lihat yang bener dong, Chel! Digeser begini ... cantik ... pinter," sahut mama Martha yang menuntun jari telunjuknya untuk bergerak menggeser foto selanjutnya di unggahan media sosial tersebut. "Nah, yang ini. Perempuan itu cuma upload fotonya sama Delon," tambahnya.     

Rachel mengikuti pandangan yang dikatakan wanita paruh baya itu dengan bola mata coklat yang sudah berkilat. Lalu, dengan cepat perempuan cantik itu mengeluarkan jurus jemari ampuhnya.     

Martha yang melihat wajah putrinya yang nampak menyeramkan. Ia pun langsung menaruh kecurigaan penuh pada putri tunggalnya. Ia tahu apa yang akan terjadi jika wajah itu berubah.     

"Racheel, jangan macam-macam yaa! Itu masih menggunakan akun mama. Kamu kalau ingi menga—"     

"Nih, Rachel balikin. Rachel nggak ngapa-ngapain." Rachel menyodorkan kembali benda pipih itu kepada sang mama seraya menidurkan kembali punggungnya. Ia merasa sudah cukup puas saat ini.     

Martha menerima benda pipih itu kembali ke tangannya dengan tatapan tak percaya mendengar perkataan itu dari mulut sang putri. Ia tahu bagaimana watak Rachel sejak dulu yang begitu persis menuruni dirinya.     

Kedua mata tua Martha begitu dikejutkan dengan komen yang ditinggalkan Rachel di kolom komentar perempuan asing itu.     

Rachel ternyata mengirim foto Delon dan putrinya yang sedang berciuman saat menikah dulu. Dan foto itu memang masih tersimpan terkunci dari Jeno dulu dan hanya dirinya dan Rachellah yang tahu kata sandinya.     

"Kamu bener-bener, yaa, Chel! Mulutmu itu tidak pernah bisa mama peraya sekarang,x sungut wanita paruh baya itu yang sekarang menjadi bulan-bulanan para netizen yang patah hati melihat Delon yang ternyata sudah menikah.     

"Dari dulu, Maa!" sahut Rachel terkekeh.     

Suara ketukkan tiba-tiba membuat Martha dan Rachel mengarahkan pandangan ke arah celah pintu yang terbuka. Dahi Rachel berkerut saat melihat dua orang masuk dengan senyum mengembang di bibir mereka.     

"Selamat malam semuaa!" Suara itu membuat Jeno meloncak saat pandangannya sedaritadi hanya terfokus pada layar laptopnya.     

"Nino ... Monica! Kalian kenapa malam sekali berkunjung," ujar Jeno saat tadi ia sempat untuk melihat jarum jam sudah bergerak ke arah mana.     

Nino yang baru datang dengan menggandeng tangan Monica pun langsung mengangkat tangan dan melihat jam tangan yang melingkar di tangannya.     

"Baru jam sebelas, Om. Tenang, malam masih panjang. Om kalau mau pulang, gak apa-apa. Biar aku sama Monica yang ganti jaga," ucap Nino dengan peracaya diri.     

Martha mendengus mendengar perkataan Nino. Mana mungkin dirinya dan Jeno pulang semalam ini. Kemungkinan kejadian buruk pasti akan terjadi karena musuh dari perusahaan Jeno selalu saja memantau pergerakkan mereka.     

"Sontoloyo! Tante sama Om mana mungkin pulang di jam malam seperti ini. Besok pagi baru bisa pulang. Berhubung kalian udah di sini, Tante mau nemenin Om kalian kerja," tanggap Martha yang sudah mendirikan tubuh, berjala. Ke arah Jeno yang terduduk di sofa.     

Jeno membulatkan mata saat mendapati istrinya sudah terduduk di samping tubuhnya. "Maa, kamu tidur aja. Mama nggak perlu nemenin papa. Pap tahu mama pasti lelah," kilah lelaki paruh baya itu penuh arti.     

Jeno tidak bisa membiarkan istrinya ikut membantunya kerja. Karena pekerjaan kantor itu tidak akan pernah selesai, melainkan akan menambah pusing Jeno karena harus merevisi kembali.     

Martha menggeleng seraya mengambil paksa berkas putih yang berada di depan keyboard laptop suaminya.     

"Kita berjanji akan mencintai satu sama lain sampai mati. Jadi, mama juga tidak akan membiarkan suami mama yang tampan ini kelelahan," jawabnya penuh keromantisan.     

Namun, Jeno menggeleng berat. Karena baginya perkataan Martha bukanlah sebuah keromantisan. Tapi, bertambahnya beban pekerjaan bagi dirinya.     

"Tapi, Maa—"     

"Ssttt... Mama tahu, mau berterima kasih 'kan? Oke-oke! Sama-sama, Sayang," sahut wanita paruh baya itu seraya mengedipkan satu mata genit ke arah Jeno.     

Nino sedaritadi menutup mata Monica untuk tidak melihat keromantisan Jeno dan Martha. Setelah menurutnya drama sudah selesai. Nino kembali membuka buku tangannya yang menutupi mata kekasihnya.     

"Apa-apaan, sih? Gelap tahu!" sungut Monica yang langsung memukul lengan kekar Nino dengan kesal.     

Nino yang menerima pukulan Monica hanya terkekeh kecil, lalu menarik tangan perempuan itu ke arah Rachel yang juga terlihat tertawa melihat kelakuhan lucu mama dan papanya.     

"Lo udah lihat 'kan Nona? Lo tuh terlahir dari dua orang itu. Untung Boss Delon sabar sama Lo," ujar Nino seraya menunjuk ke arah Martha yang sedang mmbacakan nominal dalam berkas tersebut.     

Rachel berdecih. Bukan Rachel namanya jika ia tidak bisa membalikkan keadaan.     

"Mami Sarah wanita baik-baik. Kenapa lahirnya anak kadal kayak Lo? Tuh, lihat tangan Lo udah berapa kali gandengan tangan cewek?" Rachel melirik ke arah gandengan tangan Nino yang masih begitu erat menggegam tangan Monica. "Kok Lo mau sih, Mon ... balikan sama anak kadal." Lanjutnya dengan nada mengejek.     

Monica membuka matanya lebar, mengarahkan pandangan ke arah tangannya yang bertautan dengan tangan Nino.     

"Apa Lo, Non?! Gue anak baik. Maklum kalau sedikit nakal. Tapi, 'kan sekarang udah taubat," balas Nino lagi tak lagi sengit.     

Rachel menjulurkan lidahnya seperti seorang yang akan muntah. "Lo jangan ketipu, Mon. Lo, nggak jadi sama pak Renar?"     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.