HE ISN'T MYBROTHER

Playboy Taubat Susah Dipercaya



Playboy Taubat Susah Dipercaya

0"Sayang, stop! Jangan katakan itu. Percuma kamu juga tidak bisa pergi dari sini. Aku sudah mengunci semua pintu."     
0

Nino masih mengukung tubuh Monica berada di bawahnya. Ia tidak peduli sekuat apa mantan kekasihnya itu memberontak. Tetap saja Nino tidak akan membiarkan Monica lari dari kungkungannya.     

"Lo nggak ada hak buat nahan gue di sini! Hubungan kita udah berakhir!" tandas Monica sekali lagi. Ia harap Nino benar-benar melupakan dirinya kali ini.     

Monica tidak bisa selalu seperti ini. Ia mencintai Nino, tapi ia tidak bisa mencegah ingatan yang begitu menyakitkan hatunya. Melihat Nino bertelanjang tubuh dengan Molly. Ingatan itu seperti sebuah samurai yang menggores hatinya dengan begitu dalam dan menyisakan luka yang masih menganga di hatinya.     

"Katakan semuanya. Aku siapa menjadi pelampiasanmu. Tapi, setelah ini dengarkan penjelasan ku. Aku tidak akan menyia-nyiakan waktu berdua denganmu seperti ini, Sayang. Aku sangat mencintaimu, percayalah padaku ..."     

"Aku sudah tidak pernah meniduri para jalang itu apalagi Molly semenjak bersamamu. Aku berani bersumpah," sambung Nino dengan mencoba memasukkan kepala Monica ke dalam pelukannya. Suara Isak itu begitu melukai hati Nino.     

Nino merasakan luka yang teramat dalam yang dirasakan Monica. Hanya kata 'maaf' yang bisa Nino Katakana saat ini sampai pukulan dan Isak tangis itu berhenti.     

Setelah itu semua akan terang. Nino akan menyerahkan keputusan sepenuhnya kepada Monica. Dan kali ini, Nino tidak akan pernah menganggu hidup perempuan cantik itu jika dia menginginkan pergi darinya.     

"Lo jahat, No! Lo, jahat!"     

"Gue udah ngasih hati gue ke Lo, tapi Lo tidur sama jalang itu! Kenapa Lo gak ngaku aja, ha?"     

"Lo, masih butuh kepercayaan gue? Buat apa? Kebiasaan playboy gak bisa hilaang! Gue Benci sama Lo! BENCI! Hiksss ...." Isak tangis Monica semakin kencang saja terdengar. Bahkan, baju santai yang digunakan Nino sudah basah karena air mata Monica.     

Nino semakin mendekap tubuh ramping itu yang bergetar. Ia pun tak lupa mengucup berkali pucuk kepala Monica. Dirasa pukulan itu sudah semakin melemah, Nino mulai sedikit mengurai pelukannya seraya melihat wajah Monica yang sudah kehilngan tenaganya.     

Perempuan itu menggeleng dengan wajah sembabnya saat pelukan mereka terurai. Monica merantang kedua tangannya untuk kembali meminta peluk. Ia memang tidak bisa sedih sendiri. Harus ada seseorang yang memeluknya hingga tertidur nanti, meski seseorang itulah yang memberinya luka.     

Nino mengerti keinginan Monica. Ia pun kembali ke bangkunya, seraya mengangkat tubuh itu untuk duduk di pangkuannya. Monica kembali tenggelam dalam pelukan hangat itu. Pelukan yang selalu membuat Monica melupakan segalanya.     

"Jangan bicara sebum aku bicara, Okay?" pinta Nino yang diangguki Monica.     

Nino menyeka lembut pipi memerah basah yang terbuka itu. Lalu, menderatkan kecupan hangat di kening Monica.     

Nino merogoh ponselnya yang berada di saku celananya. Jemarinya berselancar di layar ponsel itu. Monica hanya mengarahkan pandangnya ke atas tanpa banyak tanya seperti apa yang diminta Nino.     

Perempuan itu juga penasaran apa yang dilakukan Nino. Tapi, saat ini tubuhnya memang tidak bisa memberontak. Ia hanya bisa pasrah dengan kemungkinan-kemungkinan buruk yang akan terjadi nantinya.     

"Apa mereka berada di sana?" Suara Nino yang tiba-tiba begitu dingin membuat Monica mengeratkan pelukannya. Sedangkan tangan Nino yang satunya mengusap lembut bahu kecil Monica.     

"Sudah aman, Boss. Kami juga sudah telah melihat hasil CCTV di kelab ini. Tadi, kamu menemukan mereka sedang bercinta satu ruangan," jelasnya di ujung sana.     

Nino pun mengangguk setelah mendengar laporan tersebut. Kini senyum simpulnya terlihat samar tanpa Monica ketahui.     

"Apa sesuai yang kuduga?" tanya Nino kembali dengan menelisik. Ia yakin apa yang ia rasakan sesuai dengan kenyataannya. Molly hanya ingin menghancurkan hubungannya dengan Monica. Dan hal itu berhasil. Bahkan, foto-fotonya dengan Molly tersebar di kampus.     

Kali ini pengampunan tak lagi ada untuk jalang itu. Nino tidak akan pernah meloloskan siapa pun yang mencoba menyentuh miliknya.     

"Benar, Boss. Anda hanya tidur saja di samping perempuan itu tanpa melakukan apapun," balasnya kembali.     

"Baik. Sambungkan videocall ... aku ingin melihat dia mangatakan sendiri," perintah Nino yang langsung diangguki paham oleh anak buahnya yang berada di sebuah kelab malam di pusat kota.     

Tidak menunggu lama panggilan video pun terjadi. Monica juga sudah mengubah bentuk duduknya menjadi membelakangi tubuh Nino, tapi tetap berada di dipangkuan lelaki tampan itu.     

"Apa yang Lo tunjukkin?" tanya Monlica dengan suara lirihnya. Dia mencoba membaca apa yang dilakukan Nino. Tapi, tetap saja dirinya tidak bisa. Dia kira, Nino akan memberinya kejutan sambungan video call dengan Rachel.     

Namun, ternyata salah. Monica melihat Molly di sana hanya menggunakan bra hitam dengan tubuh terikat terikat tali terduduk di atas lantai menampakkan wajah kesalnya.     

"No ...."     

"Udah, diem dulu. Aku sudah mengatakan jangan mengeluarkan suara apapun sebelum aku selesai," sahut Nino cepat seraya mencium lembut pipi putih Monica yang masih basah.     

Monica pun akhirnya memilih untuk diam. Seperti apa yang dikatakan Nino lagi. Memilih untuk menunggu apa yang akan ditunjukkan lelaki tampan itu padanya.     

"Suruh dia mengaku!" Perintah Nino dengan suara dinginnya kembali.     

Sekarang dua anak buah Nino sudah bisa melihat ekspresi wajah menakutkan itu secara langsung. Dan mereka pun juga dengan cepat melakukan perintah Nino.     

Mereka berdua berpisah dengan mengarahkan sebuah pisau dengan ujung berkilat itu ke arah area senstive mereka berdua. Jelas hal itu terlihat menakutkan, jika sedikit saja tergores di sana. Maka hancur sudah masa depan mereka.     

"Ayo katakan semuanya. Apa yang diminta Boss Nino harus kau katakan sekarang. Cepat buka mulut! Atau kau memang rela kusayat hingga tak tersisa, ha?!" bentak salah satu anak buah Nino pada Molly yang terlihat terkekeh menatap ke arah ponsel yang mengahadap diririnya.     

"Oh, ada Monica! Haai, apa Lo bersenang-senang hari ini? Apa Lo lupa tubuh Nino juga milik guee?" ucap Molly yang membuat Monica menajamkan mata. Kepalan kedua tangannya perempuan itu juga sudah terbuntal keras. Siap menonjok siapa pun yang berada di sana.     

Tapi, sebelum Monica membalas perkataan Molly. Suara teriakan kesakitan membuat Monica semakin ingin tahu apa yang terjadi di sana. Tapi, sayangnya ponsel itu seakan menutupi kejadian yang membuat dirinya penasaran.     

"Jalang! Katakan yang sebenarnya, jangan pernah bermain-main dengan kami!" pekik anak buah Nino kembali, tapi Molly memang sengaja melukai dirinya supaya bisa melihat Monica sakit hati.     

Nino tidak peduli denga apa yang sedang direncanakan Molly. Ia sudah tidak sabar untuk menunjukkan kebenaran itu pada Monica.     

"Tunjukkan video CCTV malam itu! Kalian bisa bereskan kedua manusia brengsek itu!" kelakarnya tajam.     

Mereka pun mulai mulai menunjukkan rekaman hasil CCTV yang terjadidi kelab malam itu. Saat lelaki yang bercinta dengan Molly membuka seluruh bajunya dan melakukan pemotretan bersama.     

"Gimana, Sayang? Aku benar tidak melakukannya bukan?"     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.