HE ISN'T MYBROTHER

Gue Benci Lo, No!



Gue Benci Lo, No!

0"Jangan ganggu kekasih gue! Berani nyentuh, Lo gue bunuh!"     
0

"Nino, Lo apa-apaan!" sungut Monica saat tubuhnya berjalan ke arah Dani yang tersungkur di atas lantai caffe. Perempuan cantik itu langsung membantu Dani untuk bangun. Belum sempat Monica untuk menjawab kenapa dirinya belum bisa menjawab perjodohan itu.     

Dani mulai bangkit dengan bantuan dari Monica. Kini tatapan Niko menatap berkilat ke arah lelaki yang berada di samping Monica.     

Nino menggeram kesal saat melihat tangan mantan kekasihnya itu menyentuh tubuh lelaki itu. Apapun alasannya, Niko tidak menyukai apapun yang dilakukan Monica kepada lelaki lain.     

"Kamu jangan sentuh dia." Nino menarik tangan Monica dengan cepat. Sehingga tubuh ramping itu reflek jatuh di dada Nino.     

Dani mengusap rahangnya yang terasa kebas karena tinjuan yang diberikan Nino tanpa persiapan apapun darinya.     

Lelaki bertubuh jangkung itu mengulurkan tangannya di depan Nino. Sontak apa yang dilakukannya mengundang tanya dari Monica dan Nino.     

Mereka berdua menatap ke arah tangan Dani yang terulur di depan tubuh Nino. Ia memang tidak berniat untuk membalas apa yang telah dilakukan lelaki di depannya.     

Karena banyak pelanggan yang menatap ke arahnya, dan itu sama aja akan menjatuhkan nama baik caffe-nya yang baru ia didirikan dua hari yang lalu.     

"Dani. Kita satu kampus. Tapi, kita memang beda jurusan. Gue anak musik dan juga calon tunangan Monica," ucap Dani jelas.     

Dan seketika membuat Monica memutar bola matanya ke seluruh arah. Tangan yang tadi dicekal Nino juga sudah perempuan itu lepas dengan pasksa.     

"Calon tunangan?" Ulang Nino yqng langsung diangguki Dani.     

Dani ingin menarik tangannya dari depan tubuh Nino. Karena tidak kunjung mendapat balasan. Akhirnya, Dani memutuskan untuk menariknya. Tapi, belum sempat benar-benar ditarik oleh sang empu Nino langsung meraihnya dan melakukan Jabat tangan dengan gentleman.     

"Gue, calon suaminya. Gue rasa pertemuan kalian cukup sampai di sini. Gue mau bawa calon istri gue pergi," balas Nino yang bergegas menarik tangan Monica pergi sebelum perempuan itu menolak di depan Dani.     

Dani menatap kepergian Monica yang melambai ke arah dirinya. Lalu, ia pun sama, membalas apa yang telah diberikan Monica padanya. Perasaan teman dan tidak lebih.     

"Tante Ladi, putrimu sungguh tidak menyukaiku," gumam Dani seraya menyugar rambut hitam legamnya.     

Sedangkan Monica mencoba memberontak dengan cekalan tangan Nino yang membuatnya masuk ke dalam mobil dengan paksa. Tak lupa Nino memutar tubuh untuk memberi ucapan terima kasih pada teman sekelasnya yang sedang menongkrong di sana dengan menangkat tangan di udara.     

"You're welcome, Bro!" teriaknya dari ujung caffe.     

Nino bergegas lari memutari mobilnya untuk segera melajukan perjalanan mereka. Lelaki itu membuka pintu mobilnya seraya memasukkan sebagaian tubuhnya terlebih dulu.     

"Kenapa Lo bisa ke sini sih?" gerutu Monica yang sama sekali belum memakai safebelt-nya. Kedua tangannya terlipat di depan dada. Dengan ditambah wajahnya yang ditekuk, perempuan itu tersebut mirip dompet akhir bulan.     

Nino Yanga akan melajukan mobilnya tiba-tiba memundurkan kembali kedua satu tangan yang akan menekan kendali otomatis itu. Kepala Nino menoleh ke arah Monica yang menatap lurus ke depan setelah ia tidak menjawab pertanyaan Monica.     

"Ma–u apa Lo?" tanya Monica dengan terbata.     

Monica tersentak saat tubuh Nino mendekat, napas hangat itu bahkan terasa dikulit wajah Monica. Kedua mata mereka bahkan bertatap tanpa berkedip. Mereka berdua tenggelam dalam kesalaman cinta yang mereka berikan masing-masing.     

Nino memiringkan wajahnya untuk menggapai bibir yang diolesi pink peach itu dengan lembut. Nino merindukan bibir perempuan cantik tersebut. Pagutan itu ternyata jug dibalas oleh Monica.     

Nino semakin tak bisa menahan diri jika seperti ini. Ia tahu Monica juga merindukan dirinya, tapi karena masalah Molly peremouan itu seakan tak memperdulikan hatinya yang tersiksa.     

Celetak     

Bunyi safebelt terpasang. Nino pun menghentikan pagutan mereka dengan memberi kecupan tanda bersambung. Karena di sini area lalu lalang kendaraan, Nino tidak akan ambil resiko.     

"Kamu merindukanku 'kan?" tanya Nino yang langsung menutup mulut Monica dengan pagutan singkat. Lalu, melepaskan pagutan mereka dengan lembut. "Nggak perlu dijawab. Aku sudah tahu," sambungnya dengan mengulas senyum tampan di sana.     

Nino kembali ke bangkunya setelah safebelt Monica sudah terpasang. Mobil putih itu melaju dengan perlahan. Lalu, tidak lama perjalanan mereka berada di kecepatan sedang..     

Monica memilih membuang wajah memerahnya ke samping. Ia benar-benar malu karena telah menunjukkan ekspresi murahan di depan Nino. Seharusnya ia menolak sentuhan bibir Nino. Kenapa otak dan tubuhnya sekarang bermusahan hanya karena sebuah ciuman saja?     

Padahal ini bukan kali pertama Monica dicium oleh lelaki. Tapi, deguban jantung Monica hanya berfungsi saat dirinya bersam Nino. Sungguh teragis, jika mengingati seperti apa seorang Nino dan pergaulannya.     

Lebih baik sejak dulu dirinya tidak mengenal Nino daripada harus jatuh cinta semakin dalam dengan lelaki tampan yang ada di sampingnya.     

Tidak ada percakapan yang berarti di anatara mereka berdua setelah ciuman panas yang mereka lakukan tadi. Monica bingung dirinya mau dibawa ke mana. Kenapa jalannya begitu. asing dan sangat sepi.     

"Lo mau bawa gue ke mana? Lo nggak mau culik gue kan?" Pikiran buruk mulai berkeliaran di otak Monica. Karena mengingat jalanan ini sangat sepi dan hanya ditumbuhi pepohonan besar.     

"Nggak, tenang aja. Aku cuma cari jalan lain buat sampai di rumah sakit Rachel. Aku mau ngajak kamu ke sana," balas pemuda tampan itu seraya mengeringkan satu mata.     

Kedua mata Monica mendelik saat mendapatkan kerlingan mata genit itu. Mata yang selalu bisa membius siapa pun perempuan yang melihatnya. Tidak hanya itu, ternyata tangan Nino memaksa untuk memegam jemari lentik Monica.     

"Nino lepasin, nyetir-nyetir aja. Gak usah. Pegang-pegang. Apa Lo nggak puas sama jalang lo si Molly itu?" cibir Monica yang masih saja memaksa melepaskan jemarinya dari genggan tangan lelaki tampan itu.     

Nino hanya menoleh ke arah Monica dengan senyum simpulnya tanpa melepasakan sedikit pun genggaman tangan perempuan cantik di sampingnya.     

"Ninoo! Lo bisa nyetir tanpa memegang tangan gue!" Ulang Monica yang menekankan kalimatnya dengan sedikit menaikkan suaranya. Sehingga tiba-tiba mobil Nino berhenti, dan langsung melepas safebelt-nya menyerang bibir lembut Monica dengan memburu.     

"Eeuugghh..." lenguhan suaa itu begitu terdengar di telinga Nino. Dan hal tersebut membuat tangan Nino tak sabar untuk menurunkan bangku yang diduduki Monica menjadi tertidur.     

Monica benar-benar tidak bisa memberontak. Ia hanya melakukan pemberontakkan sekali. Dan selanjutnya Nino yang mengendalikan tubuhnya.     

"Sayang, jangan menjauh lagi," ucap Nino di sela ciuman panas mereka. Monica hanya menatap sayu ke arah Nino. Kadar kesadarannya masih tersisa sedikit. Ia pun mendorong wajah Nino agar menjauh dari bibirnya.     

"Jangan bermimpi! Hubungan kita berakhir di sini. Jangan pernah temuin gue lagi ..."     

"GUE BENCI LO, NO!"     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.