HE ISN'T MYBROTHER

Neraka Ciptaan Iblis Delon



Neraka Ciptaan Iblis Delon

0"Lon, lihat perempuan itu! Sepertinya kita memang sedang mendapat berkat dewa. Tidak menunggu lama umpan kena juga," celoteh Regan membuat Delon mengalihkan pandangan tak acuh pada sosok yang sedaritadi membuat mulut sahabatnya terus saja mengoceh.     
0

"Kalian semua salah orang! Gue bukan perempuan yang kalian cari! Cepat lepasin guee!" teriaknya dibarengi dengan pemberontakan yang sia-sia. Karena tubuh kecil itu tak akan mlu bertarung dengan tubuh besar para anak buah Delon.     

Delon mengusap wajah tampannya dengan kasar. Tubuh tegap itu sudah tidak lagi terduduk di kursi kebesarannya. Kini langkah pasti itu berjalan ke arah sosok perempuan yang sedaritadi tak henti-hentinya mengumpati anak buah Delon.     

"Kau Rere bukan? Apa anak buahku terlalu kasar padamu?" tanya Delon dengan menyelidik. Wajah dingin itu berubah arah, memering menyapa wajah Rere yang tertunduk ketakutan saati ini.     

Rere memilih bungkam. Ia benar-benar ketakutan berhadap-hadapan sedekat ini dengan dosen yang menjadi idolanya dulu. Nyatanya, wajah tampan itu begitu mengerikan di mata Rere. Tidak seperti wajah tampan yang selalu ia fantasykan dengan beberapa lelaki bertubuh kekar seperti Delon.     

"Mungkin dia kesakitan. Tolong lepaskan tanganmu," perintah Delon yang diangguki patuh tanpa bantahan sama sekali dari salah satu dari mereka.     

Tubuh Rere sekarang sudah terbebas dari kuncian tangan kekar lelaki yang berada di belakang punggungnya.     

"T–erima kasih, P–ak Delon ..." ucapnya dengan terbata. Dan dibalas dengan anggukan lelaki di depan Rere.     

"Tidak masalah. Apa kau yang memotretku saat sedang meeting dengan Jenny? Siapa yang menyuruhmu?"     

Pertanyaan Delon membuat kedua mata Rere melebarkan. Ia tidak menyangka lelaki itu mempertanyakan hal itu. Rere masih bingung dari mana Delon tahu jika itu dirinya. Ia yakin CCTV itu sudah rusak parah.     

"Bu–bukan, Pak Delon," jawabnya dengan terbata. Lidahnya terasa Kelu untuk menjawab dua pertanyaan itu. Tapi, Rere harus tetap menjawab agar tidak menimbulkan kecurigaan. Siapa tahu mereka benar-benar menyangka salah menangkap.     

Delon kembali mengangguk dengan menggerakkan dagu ovalnya. "Apa ini juga perintah Jenny? Aku bertanya satu kali lagi. Jika jawabannya sama. Maka, aku dan anak buahku benar-benar salah tangakap." Lanjutnya.     

Rere bersorak senang saat mendengar kalimat Delon. Ia sudah menyangka ini akan terjadi. Karena dirinya sudah meyakini tidak ada bukti yang dia tinggal kemarin. Semua bersih tanpa noda apapun, Bahkan dari jejak kaki sepatunya sekali pun.     

"Benar, Pak Delon. Bukan saya," jawab Rere kali ini dengan penuh percaya diri. Kepala itu juga tidak lagi tertunduk, sekarang tatapan lekat itu sudah mampu menatap berani ke arah mata hitam legam milik lelaki tampan di depannya.     

Meskipun Delon terlihat berantakkan dari segi kemeja dan tatanan rambutnya. Tapi, hal itulah yang membuat wajah Delon terlihat menggoda. Rasanya Rere ingin bergerak liar di atas tubuh kekar itu dengan gaya woman on top.     

"Bukan dia, Re. Kita biarkan pergi saja," ujar Delon yang membuat tubuh Regan tersentak. Mata hitam dialing-alingi kaca mata bening seakan ingin keluar dari tempatnya. Perintah Delon terlalu tidak masuk di akal.     

Sedangkan Nino hanya memperhatikan drama di depan matanya dengan tangan yang terlipat.     

"Lo, gila kita ngelepasin begitu saja? Ini pasti ada hubungannya dengn Jenny," seloroh Regan tidak terima. Anak buahnya mencari perempuan licik itu dengan seluruh tenaga. Karena Rere seperti seekor belut. Pariannya selama dua hari ini begitu menyulitkan untuk anak buah Delon.     

Delon mengendikkan bahu seraya sedikit melirik ke arah Rere yang terlihat sedang memperlihatkan senyum sangat samarnya. Namun, senyum itu dapat dilihat oleh Delon yang seketika membalikkan tubuh.     

"LEPASKAN!" perintah Delon dengan nada tinggi.     

Perintah itu pun sontak membuka kumpulan anak buah Delon, sehingga membentuk jalan khusus untuk Rere yang terlihat sedang menatap ke arah punggung Delon dengan kedua tangan yang bertaut di belakang.     

"Terima kasih, Pak Delon," ucap perempuan muda itu seraya membungkukkan tubuh. Sedangkan Regan sudah menyumpah serapaji Bossnya bodohnya. Dia yang kemarin memerintah untuk menemukan Rere, kini perempuan itu kembali dilepaskan.     

Permainan macam apa ini? Pikir Regan yang tak habis pikir dengan arus otak genius Delon.     

'Yess! Gue berhasil lolos! Siapa sih cowom cupu itu, beraninya dia mencoba mengompori Pak Delon? Bisa gawat kalau gue kelamaan di sini. Gue takut kalau Pak Delon terpengaruh dengan perkataan cowok cupu itu,' batin Rere sedikit melirik dengan ekor matanya.     

"Saya izin pergi Pak Delom," ucapnya sekali lagi. Dan sekarang tubuh itu berjalan cepat ke arah pintu besar kantor Delon. Rere harus bergegas. Ia tidak mau sampai Delon menyadari kekeliruannya saat melepaskan dirinya dari sini.     

'Sedikit lagi ...' batin Rere saat langkahnya sebentar lagi akan melewati batas pintu besar itu.     

Namun, sebelum tubuh itu benar-benar melintasi batas pintu kantor Delon. Tiba-tiba suara ringisan kencang terucap begitu saja dari mulut Rere.     

"AAWWKHH ...!"     

"SAKITT!"     

Rere mengasuh kesakitan saat kepalanya juga seketika tertarik ke belakang. Dan langkah kaki itu juga dengan cepat mengikuti arah tarikan rambutnya.     

"Sakitt? Ini belum seberapa, Jalang! Kau kubiarkan bebas bukan berarti bisa keluar dari neraka yang kubuat!" Delon berucap dingin tepat di depan telinga Rere.     

Rere mencoba meraih tangan Delon yang menggegam erat kumpulan rambut lurusnya dengan gelagapan. Kulit kepala Rere sangat perih dan seakan seperti terbakar. Delon benar-benar membuat tubuhnya mati dalam satu detik.     

"Kau tahu apa yang dirasakan istriku? Luka yang lebih sakit dari ini. Dan lihatlah dirimu ... aku hanya melakukan gerakkan kecil saja suaramu seperti sedang menerima seribu cambukkan dariku," tambah Delon. Kini tangannya yang terbebas mencengkram kuat leher kecil Rere.     

Rere semakin gelagapan saat menerima cekikan di lehernya. Delon seakan menghentikan aliran darahnya seketika. Napas perempuan itu benar-benar sangat terasa sesak. Bahkan kedua tangan itu sudah tidak lagi memiliki kekuatan untuk melawan.     

"P–ak D–elon ... l–ep–as," pinta Rere dengan suara terbata. Ia kehabisan napas. Dadanya terasa sesak sekarang. Perempuan itu merasakan tempat ini benar-benar seperti neraka, dan Delon sebagai dewa kematiannya.     

Delon terkekeh geli mendengar permintaan dari Rere. Bahkan tawa menakutkan itu telah membuat seluruh orang di sana bergidik. Mereka selalu melihat tawa ini ketika Delon akan segera menghabisi targetnya.     

Lalu, apa kali ini Boss mereka akan membunuh perempuan itu?     

"Kenapa kau memotretku hanya berdua dengan Jenny. Padahal di sana tidak hanya ada perempuan itu. Lalu, sekarang apa yang kau katakan, hm?" imbuh lelaki itu dengan menekan setiap kalimatnya. Kekuatan rambut dan tangan yang mencengkram di leher perempuan itu juga semakin kuat.     

"Ke–napa ... sa–ya su–ka me–li–hat Ra–chel han–cur!"     

"Apa katamu? Kau sepertinya ingin mati!" Delon menatap nyala pada perempuan di depannya. Gerakkan tangannya langsung menarik tubuh itu dengan kencang ke arah tembok tanpa rasa ampun. Menghempas dengan kekuatan penuh.     

BAGH!     

Suara tubuh menghantam tembok itu berhasil membuat Delon mengusap dagunya. Ini pertanda bahwa lelaki itu tidak akan berhenti di sini saja.     

"Mati 'kan? Kau ingin mati, bukan?"     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.