HE ISN'T MYBROTHER

Kedatangan Tamu



Kedatangan Tamu

0"Kenapa, Nona? Anda tidak perlu malu denganku. Aku sudah biasa melihat langsung maupun ... seperti ini. Tapi, video ini sudah kubagikan kepada semua orang."     
0

Lelaki itu menaik turunkan alisnya yang terlihat bekas luka yang berbentuk seperti bulan sabit di sana. Terlihat seram saat senyum itu tercetak di sana.     

Rere melebarkan mata mendengar perkataan itu. Video itu baru dikirim oleh pelanggannya yang meminta untuk merekam kegiatan mereka yang berlangsung satu kemarin setelah Rere menghabiskan malam bersama lelaki asing bersama dengan Jenny juga.     

Bukan masalah itu. Tapi, wajah itu begitu kentara saat Rere memberi service pada pelanggan tuannya.     

"Kenapa Lo lancang, hah? Siapa yang nyuruh kalian buat hancurin barang-barang gue?!" bentak Rere dengan jari telunjuk mengarah pada barang-barangnya lagi.     

Hati Rere meringis saat benda kesayangannya juga ikut hancur lebur.     

"Di sini juga ada foto tuan kami. Apa Nona juga ngefans dengan tuan kami?" Pertanyaan melenceng itu membuat kening Rere berkerut.     

Tuan? Tuan siapa maksudnya?     

Rere nampak bingung dengan pertanyaan itu. Tapi, dengan cepat perempuan itu menyadari jika dirinya menyimpan foto Delon. Dan hanya lelaki itulah yang berada di ponselnya.     

"Kalian disuruh p–ak D–elon?" tanya terbata Rere yang diangguki oleh lelaki dengan berpakaian hitam itu.     

"Waahhh.... lihatlah! Nona ini akhirnya mengenal tuan kita. Apa sekarang kita bisa berpesta?" teriaknya dengan suara lantang dibarengi dengan tawa penuh arti yang syarat akan makna untuk seorang Rere.     

"Benar, Boss! Kita harus berpesta! Hahaha," sahut suara mereka secara bersamaan. Tawa mereka juga tak kalah nyaring dengan tawa sang boss.     

Rere meneguk ludahnya kasar dengan kaki yang mulai berjalan pelan mundur seraya menginjak berbagai barangnya telah hancur lebur itu di atas tapakan kaki Rere.     

"Kalian ingin berpesta? Gue pikir, gue punya minuman di dalam kulkas. Itu cukup buat kalian. Ambil saja semuanya ... gue nggak ped—"     

"Oh, Nona ... Anda mau ke mana? Pesta saja belum mulai, kenapa Anda maua pergi?" ucap salah satu di antara mereka yang ternyata sudah ada di belakang Rere.     

Rere berniat membalikkan tubuh karena ia melirik ke arah bawah kakinya yang terlihat ada celah kosong. Perempuan itu berniat untuk pergi. Tapi, ternyata tubuh kecilnya terpantul di depan dada bidang seseoarng lelaki berbadan besar.     

Sialan! Gue nggak bisa kabur!     

"Lepasin guee! Gue mau pergi! Siaalna kalian semua!" kelakar Rere menatap seluruh anak buah Delon dengan tatapan menyala bak kilatan petir.     

Namun, hal itu tidak menjadi masalah penting bagi mereka. Karena nyatanya Rere—si perempuan licik itu telah berhasil mereka tangkap. Dan mereka mengakui jika Rere sangat sulit untuk mereka dapatkan seperti beberapa musuh yang diam-diam menyerang perusahaan tuan mereka.     

"Dilepasin kok, Nona! Tapi, nanti yaa! Sekarang Nona ikut kami. Kami akan berpesta setelah ini," ucap lelaki yang yang berada di belakang Rere yang sudah mengunci pergerakkan tangan perempuan itu sangat erat.     

"Enggak... enggakk! Gue gak mau ikut kaliaan, brengseek!"     

***     

Nino sekarang berada di kantor Delon dengan tatapan malas menatap lelaki berkaca mata bening itu yang sedang berdiri di samping meja kerja Delon.     

Delon tidak tidur. Tampilannya sungguh kacaua saaat ini. Ia ingin menghubungi istrinya, tapi ia takut jika Rachel akan marah-marah padanya jika menganggu waktu istirahat perempuan itu.     

"Lo kenapa, Lon?" tanya Regan yang seakan tahu kekalutan yang sedang melingkupi pikiran sahabat sekaligus Bossnya itu.     

Delon mendorong ponselnya ke arah sisi meja kosong di depan lelaki berkaca bening itu. Regan jelas melongok apa yang sedang diperlihatkan sahabatanya hingga bisa sefrustasi itu.     

Regan melebarkan mata saat melihat aktivitas yang dibagikan Martha di media sosial dengan putri kandungnya. Di sana Rachel nampak setengah tersenyum yang memperlihatkan perempuan itu tak benar-benar baik, meski senyum itu tergores.     

"Lo cemen, Boss! Tinggal pencet tombol ijo, beres deh!" racau Regan yang benar melakukan apa yang ia ucapkan.     

Sedangkan Delon memang sedang tidak melihat ke arah Regan, lelaki tampan itu sedang menjambak rambutnya sendiri dengan putus asa. Delon tidak menyadari jika panggilan itu sedang berlangsung hingga terdengar suara yang selama ini ia rindukan.     

"Hallo?"     

Delon menajamkan bola mata hitamnya. Seluruh gerakkan tangan itu tiba-tiba terhenti, saat suara itu terdengar kembali.     

"Hallo? Jangan main-main ya denganku!" tandasnya dan seketika membuat tubuh Delon membalik seketika. Tapi, saat kedua manik matanya menyadari suara itu berasal dari ponselnya. Lelaki tampan itu bergegas untuk mengangkat panggilan tersebht, namun sayangnya, nasi telah menjadi bubur. Panggilan itu sudah dimatikan Rachel.     

Lalu, saat Delon ingin menelpon kembali nomor istrinya. Ponsel Rachel mati. Dan seketika lelaki itu membuang ponselnya begitu saja sampai seluruh bagian itu tersebar di lantai.     

Bragh     

"Shitt! Lo yang telpon Rachel?" tanya dingin Delon tanpa menatap ke arah Regan yang sedang mengulum tawa melihat kelakuhan lucu Bossnya.     

Regan mengangguk tanpa merasa bersalah. "Yaa, gimana ya. Gue nggak bisa liat Lo dan Rachel marahan sampai mau cerai. Beda lagi kalau orang lain. Gue sih masa bodo!" balas Regan dengan nada yang kencang seraya melirik mengejek pada seseorang yang terduduk di atas sofa yang sedang melirik ke arahnya juga tak kalah tajam.     

"Tutup mulut Lo!" sentak Delon yang membuat nyali Regan tiba-tiba menciut.     

Sedangkan Nino tertawa mengejek melihat adegan lucu di depan matanya, meski jemari itu sekarang sedang bergerak bebas di atas keyboard laptop putihnya.     

"Boss, video Rere sudah sampai di pihak kampus. Surat drop out juga sudah terpapang webnya. Sekarang kepolisian sedang memburu Rere atas kasih pencurian dan kasus Rachel," ujar Nino yang masih berada di atas sofa. Jemarinya bergerak lincah dan seketika mengakhiri dengan menekan penuh semangat di salah satu tombol itu.     

"Sudah gue kirim, Boss! Silahkan cek!"     

"Gue juga sudah dapat informasi tentang kematian bocah tujuh tahun itu. Setelah kasus ini selesai gue urus semua, Boss," tambah Nino yang diangguki Delon saat dia melihat layar komputernya, di sana laporan Nino sedang dibaca Delon dan Regan.     

Tidak berapa lama ada ketukkan pintu yang membuat Regan menegakkan kepala. Tapi, tidak untuk Delon. Lelaki itu masih melihat kasus yang dikenakan oleh Rere.     

"Masuk!" perintah Regan yang seketika membuat pintu besar dan luas itu terbuka lebar.     

Regan membenarkan kaca mata bening yang berada di tulang hidung mancungnya. "Wahh... kita kedatangan tamu sepertinya. Apa kedatanganmu harus dikawal anak buahku? Sepertinya kau memang istimewa."     

Delon sudah cukup untuk melihat hasil kerja Nino satu hari ini. Dan dia juga bisa memperjelas sosok di dalam video tersebut memang merupakan Rere.     

"Di mana bossmu? Boss yang menatraktirmu minum dan biaya shopping hingga puluhan juta? Apa dia sedang sibuk sekarang?"     

"Heei, jawab dong!"     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.