HE ISN'T MYBROTHER

Sesi Curhat Rachel



Sesi Curhat Rachel

0Rachel senang bisa dijaga oleh suster yang diperintahkan Delon. Ia merasa tidak sendiri dan larut dalam kesedihannya. Ia juga senang bisa mendengar apa yang sedang dia ceritakan tentang kehidupannya dulu.     
0

"Apa cinta pertamamu masih ada sampai sekarang, Sus?"     

Suster tersebut nampak malu-malu untuk menambah jawaban yang sebenarnya tidak seharusnya dia ceritakan pada pasiennya. Tapi, entah kenapa Rachel selalu bisa membuat mulutnya terbuka menjawab segala pertanyaan yang sudah dia tahan sejak dulu.     

Suster tersebut mengangguk. "Begitulah, Nyonya Rachel. Beberapa bulan lalu saya bertemu dengannya di sini. Tapi, sayangnya di sudah menemukan perempuan lain," jawabnya dengan menahan sedih.     

Rachel menatap tak tega pada wajah perempuan seusianya itu. Ini semua karena pertanyaannya yang sudah terlanjur terucap. Sesungguhnya Rachel hanya ingin tahu saja siapa yang bisa membuat suster secantik itu masih tetap menunggu hati seseorang hingga saat ini.     

"Maaf, Suster. Aku tidak bermaksud melukai hatimu," ucap Rachel merasa bersalah.     

Suster itu pun menggeleng dengan senyum simpul yang terbit di bibir. Manik mata hitam itu terangkat, menatap ke arah manik coklat Rachel untuk mengatakan dirinya tidak apa-apa. Ia memang sedih, tapi saat melihat lelaki yang dicintainya sudah bahagia dengan perempuan lain. Dia pun mencoba mengikhlaskan, meski ada sakit di sana.     

"Tidak apa-apa, Nyonya Rachel. Saya hanya sedikit sedih, Nyonya. Lalu, bagaimana dengan cinta pertama Nyonya Rachel?"     

Rachel yang tadi sedang menatap ke arah suster cantik tersebut. Tiba-tiba mengalihkan pandangan ke arah perut besarnya dengan senyum yang terlukis di sana.     

"Aku ... pernah suka sama kakak kelasku untuk pertama kalinya. Tapi, aku tidak tahu itu cinta atau tidak. Yang kutahu itu aku hanya suka dan dia mengirimiku surat selalu ..."     

"Tapi, entah kenapa sejak dua bulan kami menjalani masa pendekatan. Tiba-tiba dia menghilang dan ketakutan saat melihatku. Menurutku itu sangat aneh. Lalu, aku mengubur semua apa yang telah diberikan padaku. Apa itu disebut cinta pertama?" Lanjut Rachel masih dengan aktivitasnya mengusap perutnya. Seakan memberi ketenangan di sana agar kedua anaknya tertidur setelah apa yang telah terjadi terhadap mereka.     

Suster cantik itu tertawa ringan. Diikuti tawa Rachel yang tahu bagaimana asal tawa itu berasal.     

"Menurut say—" Kalimatnya terhenti tiba-tiba saat Rachel menoleh ke arahnya dan memotong kalimat yang ia ucapkan. Membuat kedua iris mata kedua perempuan itu beradu.     

"Bisakah, Suster tidak terlalu formal padaku? Panggil aku kamu saja. Itu lebih terdengar menyenangkan," sahut Rachel mencoba mencairkan garis formal di antara mereka berdua yang memang tidak terlalu jauh beda usia mereka.     

Suster itu nampak ragu untuk mengiyakan apa yang diminta Rachel padanya. Ia takut jika ada seseorang mempergoki dirinya terlalu akrab dengan pasien akan menjadi bomerang dirinya dengan suster kepala.     

"Seperti ini saja, Nyonya Rachel. Ini masih di lingkungan rumah sakit. Saya takut melanggar aturan," katanya membuat Rachel mengangguk pasrah paham tentang aturan yang begitu merumitkan itu.     

"Baiklah-baiklah, Sus. Kamu menang! Ayo, lanjutkan lagi, bagaimana pendapatmu. Aku masih sekarang masih memikirkan cowok itu, bagaimana keadaannya," balas Rachel.     

Suster cantik itu pun mengulas senyum simpulnya membalas perkataan Rachel. Ia pikir kehidupan pasien cantiknya itu tidak terlalu bebas. Bagaimana bisa seorang perempuan cantik sepertinya hanya disukai oleh satu lelaki. Dan dalam tahap dua bulan membuat mereka berpisah dengan cara yang aneh.     

"Terima kasih, Nyonya Rachel. Menurut saya, cowok itu tidak cinta pertama Nyonya Rachel. Menurut saya itu hanya sekedar cinta monyet. Hanya sekedar cinta mengagumi bukan cinta yang sebenarnya ..."     

"Seperti cinta tentang paras, kepintaran, dan kepupoleran. Nyonya Rachel pasti hanya mengagumi salah satu dari yang saya sebutkan. Lalu, bagaimana Anda menakhlukkan tuan Delon yang terlihat begitu dingin Nyonya?" Lanjutnya kembali dengan bertanya kepada Rachel.     

Suster tersebut begitu penasaran bagaiamana bisa lelaki tampan yang begitu dingin seperti Delon bisa ditakhlukkan oleh pasien cantiknya tersebut. Tapi, jika melihat paras Rachel yang begitu cantik. Ia juga tak heran jika lelaki tampan setingkat Delon bisa dia dapatkan.     

Rachel menggaruk kepala saat mendengar nama suaminya ia dengar.     

"Ayo, Nyonya ceritakan. Saya sangat penasaran sekali," katanya lagi dengan antusias.     

Rachel melukis senyum canggungnya. Ia sedikit ragu jika menceritakan seluruh kerumitan jalan cerita mereka berdua. Karena memang cerita cinta mereka berdua seperti jalur rel kereta. Tak akan pernah ada ujungnya.     

"Apa Suster percaya jika dia kakakku?"     

"Kakak Nyonya Rachel?" Ulangnya dan diangguki Rachel yakin. "Jadi, Nyonya dan Tuan ..." sambungnya nampak ragu untuk meneruskan. Karena yang dia pikirkan hanyalah hubungan terlarang yang tentu tidak pernah disahkan di agama mana pun.     

Rachel tertawa melihat ekspresi wajah suster cantik tersebut. Wajah itu terlihat begitu terkejut dan sangat berat ingin melanjutkan kalimatnya.     

"Apa yang kamu pikirkan, Suster? Apa aku terlihat aneh?" Rachel menunjuk ke arah wajahnya sendiri yang masih ditatap penuh arti oleh suster cantik tersebut.     

Suster tersebut menggeleng, lalu menurunkan pandangan tidak berani untuk mengungkapkan apa yang telah bersarang dalam pikirannya saat ini.     

Pasien di depannya tersebut adalah pasien dari kalangan VVIP maka dari itu ia tidak berani sembarangan dalam berucap. Meski, pasien cantik tersebut selalu mencoba membuat mencairkan hubungan di antara mereka. Namun, kenyataan strata sosial di antara mereka berdua tidak bisa dianggap mudah.     

"Pasti, Suster terkejut dengan perkataanku ya?" Rachel meraih ponselnya yang tadi berada di atas nakas. Lalu, memainkan jemarinya di atas layar ponsel tersebut. "Suster lihat foto ini ..." tambahnya seraya menunjukkan layar ponselnya ke arah Suster tersebut.     

Suster itu mengikuti suara yang begitu terdengar jelas di telinganya. Lalu, kedua manik hitam legam itu menatap sebuah foto lama, kedua orang yang berada di sana terlihat seperti berumuran lima belas tahun dan lelaki tampan itu berumur dua puluh tahun. Lelaki itu mencium kening perempuan cantik tersebut dengan penuh perasaan.     

"Ini kali pertamaku, aku mencintai suamiku, Sus." Rachel mengangkat kembali ponselnya. Lalu, meletakkan kembali benda pipih itu di atas nakas. "Saat aku dibawa ke Inggris. Aku merasa aneh dan kesal jug karena perasaan salahku."     

"Suamiku selalu saja memberikan seluruh kenyamanan yang tak pernah bisa aku dapatkan selama ini dari keluargaku. Karena aku tidak pernah mempunyai teman sampai kuliah. Dan hanya suamiku yang menjadi segalanya hingga detik ini," jelas Rachel panjang lebar yang masih dibalas dengan tatapan penuh arti dari suster itu.     

Suster itu masih tidak bisa menyangka hubungan terlarang bisa terjadi dan mengahasilkan kedua calon bayi yang berada di perut itu. Astagaa, apakaha ini dosa melebihiku?     

"Apa yang Suster pikirkan? Kenapa selalu diam sedaritadi? Apa masih memikirkan kakakku yang menjadi suamiku?" Suster itu tanpa sadar mengangguk sebagai jawabannya.     

"He isn't mybrother, Sus. Dia kakak angkatku."     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.