HE ISN'T MYBROTHER

Tangkap Perempuan Itu!



Tangkap Perempuan Itu!

0"Dia yang sedang duduk bersama Pak Regan, Tuan Delon."     
0

Mendengar informasi dari anak buahnya. Delon kembali memacu langkah untuk semakin mendekat ke arah seseorang yang tahu akan kecelakaan yang dialami Rachel.     

Pemuda berambut keribo dengan memakai kemeja panjang dimasukkan ke dalam celana jeans rapi. Kedua mata teraling-aling kaca mata tebal itu menatap takut ke arah Delon yang terlihat berapi-api ke arahnya.     

Langkah Delon sudah semakin dekat, sekarang jarak mereka hanya tinggal satu metter saja. Tanpa basa-basi tangan panjang Delon mencengkram kuat kemeja pemuda tersebut. Sontak membuat beberapa orang di sana terkejut dan juga Regan yang sudah berjanji pada pemuda tersebut jika tidak akan ada yang berani menyentuhnya.     

"Delon, stop! Jangan sakiti dia!" teriak Regan menahan kepalan tangan Bossnya yang sudah bersiap di udara.     

"T-uan, saya hanya merekam dia. Saya tidak ikut dalam rencananya. Sa–ya mohon, ampuni saya," katanya dengan terbata seraya memejamkan mata merasakan udara di sekelilingnya terasa begitu sesak. Padahal ruangan ini begitu besar dan hanya diisi beberapa orang saja.     

"Lon, Lo tenang dulu. Dia tahu kenapa Rachel marah ke Lo." Regan mencoba melepaskan mencengkram tangan Delon yang berada di area atas kemeja pemuda itu. Regan yakin, pemuda itu tak bisa bernapas karena cengkaraman tangan kuat Delon.     

Delon yang mendengar perkataan Regan akhirnya melepas dengan kasar hingga membuat tubuh pemuda itu terpantul di atas sofa hitam panjang itu.     

Regan menghela napas panjang lega melihat Delon masih dalam kendalinya. Ia tidak tahu lagi akan melakukan apa, jika wajah pemuda akan babak belur nantinya. Dan pasti pemuda itu tidak akan mau memberikan rekaman yang sampai sekarang Regan pun belum mengetahuinya.     

"Katakan apa yang kau punya?" tanya Delon dingin, kedua tangan itu sudah diletakkan di pinggang.     

Pemuda itu tak bisa melihat wajah iblis Delon yang masih begitu kentara. Ia masih mengatur napasnya yang tersengal. Dengan menepuk-nepuk dadanya untuk melegakan.     

"Lon, sabar. Dia gak bisa napas gara-gara Lo," sahut Regan kesal. Ia juga ikut menepuk-nepuk punggung pemuda itu hingga satu tangan terangkat di udara membuat tepukan Regan terhenti.     

Delon berdecak mendengar pembelaan Regan. Ia sudah Ingin menyerat siapa di balik kisruhnya rumah tangga dirinya dan Rachel. Dan dia harus hidup!     

"Sudah, Tuan. Saya akan berbicara ..." katanya seraya meraih tas punggung hitam yang berada di belakang punggungnya. Tidak lama, pemuda itu menarik resleting tas tersebut, memasukkan tangan kanannya untuk mengambil sesuatu. "Ini, Tuan ...." Benda pipih itu sudah terangkat, diserahkan ke arah Delon.     

Delon mengernyitkan dahinya menatap pemuda itu, lalu beralih ke arah benda pipih yang masih memperlihatkan layar hitam.     

Seakan tahu apa yang sedang dipertanyakan lelaki menyeramkan di depannya. Pemuda itu akhirnya membuka mulut kembali, menjelaskan.     

"Saya waktu itu berada di luar kelas. Dan kebetulan di dekat toilet perempuan. Karena bingung di mana kelas teman saya, jadi saya kesasar di area kelas kak Rachel ..."     

"Saya tanpa sengaja melihat semuanya. Dan saya juga merekam untuk bisa melaporkan ke pihak Rektor. Tapi, sebelum itu terjadi tiba-tiba anak buah tuan membuat saya tidak sadarkan diri," jelasnya panjang lebar seraya memajukan ponselnya ke arah Delon yang akhirnya lelaki itu meraihnya juga.     

Regan dan para anak buah Delon lainnya hanya memandang lekat tanpa suara ke arah Bossnya yang sedang memainkan jemari di layar ponsel itu.     

"Saya ingin menolong kak Rachel, tapi saat saya ingin menolong, Tuan masuk. Dan saya akhirnya memilih pergi ke ruang Rektor." Pemuda berambut keribo itu masih menambahkan penjelasannya. Karena ia takut jika Delon akan kembali menyerangnya dan salah paham.     

Delon sudah menemukan video yang di maksud. Lelaki itu tidak terlalu kesusuahan mencari rekaman video tersebut, karena pemuda itu ternyata hanya mengoleksi beberapa video pembelajaran dan tambahan video dari rekaman kecelakaan Rachel.     

"Pegang dia. Jangan sampai kabur!" perintah Delon yang langsung diangguki dua anak buah yang tadi menyambut dirinya di bawah.     

"Baik, Tuan Delon."     

"Baik, Tuan Delon," jawab mereka berdua dengan kompak. Sekarang kedua lengan pemuda itu telah tertahan erat oleh pegangan tangan kedua anak buah Delon.     

Pemuda itu hanya melirik ke arah kedua anak buah Delon yang berbadan besar. Dan seketika nyalinya menciut untuk memberontak. Daripada mati konyol, ia memilih menurut dan diam sembari menunggu apa yang akan dilakukan lelaki berkuasa di depannya lagi.     

Delon mulai melihat isi rekaman video tersebut. Kedua mata lelaki itu membulat seketika, saat melihat siapa perempuan yang mendorong bahu Rachel dengan begitu kasar hingga tersentak di bangunan semen westafel.     

Tidak hanya itu. Seluruh percakapan itu juga terdengar begitu jelas hingga saat Rachel memegang perut besarnya karena perempuan itu menunjukkan berbagai foto dirinya dan Jenny. Tangan Delon yang terbebas mengepal erat. Apa yang ditunjukkan perempuan itu tidaklah seperti apa yang dikatakannya.     

Delon punya alasan sendiri untuk bisa menjelaskan semuanya.     

Sampai tiba di akhir video tersebut. Sat Rachel sudah bisa lagi menahan rasa sakit di perutnya, dia pun terjatuh di atas lantai. Sampai di sini, lelaki itu memutuskan untuk menghentikan video tersebut.     

"Regan bawa ponsel ini." Delon menyerahkan ponsel pemuda itu kepada asisten pribadinya. Dan juga langsung diterima lelaki berkaca mata bening tersebut.     

Namun sorot mata terkejut ditampilkan pemuda berambut keribo itu saat ponsel satu-satunya terpaksa dirampas Delon.     

"Tuan, biasalah kau memindahkan saja videonya. Saya hanya memiliki ponsel itu saja. Saya bukan masahasiswa kaya, maka dari itu saya menginginkan ponsel saya kembali," ucapnya memelas berharap ponselnya bisa kembali dari tangan Regan.     

Tapi, sayang. Jawaban gelengan kepala membuat tubuh pemuda itu memberonak. Ia tidak terima jika ponsel yang ia beli dengan uang sakunya sendiri dimiliki orang lain.     

"Jangan macam-macam, Tuaan! Saya bisa melaporkan masalah pencurian ponsel kepada pihak polisi! Kalian ternyata pencu—"     

"Mana ponsel barunya?" tanya Delon kepada salah satu anak buahnya yang sedang berdiri di dekat meja kerja Delon.     

Anak buah itu mengangguk, lalu membawa sebuah kotak persegi panjang yang berukur sepanjang ponsel pemuda itu telah sampai di tangan Delon saat ini.     

"Kau pakai ini. Aku sudah memperkirakan semuanya. Aku pikir ponselmu tidak terlalu banyak materi kuliah karena kau mahasiswa baru bukan?" Delon melempar kotak itu di atas pangkuannya.     

Pertanyaan lelaki berkuasa itu dibalas dengan anggukan berat. Lalu, pandangannya beralih pada benda pipih yang masih berlapis merdua itu.     

"Tenang saja. Aku tidak akan menyakitimu," tambah Delon kembali.     

"Te–rima kasih, Tuan," jawabnya lagi dengan terbata seakan tak percaya jika lelaki berwajah iblis itu mempunyai hati seperti malaikat.     

Regan menjentikkan jemarinya untuk kedua anak buah Delon yang memegang tangan pemuda itu. Lalu, tidak menunggu lama pemuda berambut keribo tebal tersebut sudah terlepas dari cengkaram tangan kekar.     

"Tangkap Rere! Seret perempuan itu padaku!"     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.