HE ISN'T MYBROTHER

Perpisahan Sementara



Perpisahan Sementara

0"Singkirkan tanganmu! Mereka tidak membutuhkanmu ... mereka akan hidup bahagia hanya dengan bersamaku, kamu tidak perlu cemas. Kamu nantinya akan bisa bertemu dengan mereka ..."     
0

"Aku tidak akan menghalangimu. Tapi, kumohon tinggalkan ku sekarang." Untuk kesekian kalinya Rachel menyingkirkan tangan suaminya dengan kasar, tanpa memandang ke arahnya.     

Delon terpaku dengan apa yang ia dengar. Apa pendengarannya tidak bermasalah? Rachel meminta dirinya untuk menjauh dan memberi kesempatan kapan pun untuk menemui anak mereka? Apa maksud semua ini?     

"Sayang, kamu jangan bercanda denganku. Aku tentu akan bertemu denganmu dan anak-anak kita setiap hari, kamu tidak perlu mengatakannya," balas Delon mencoba untuk tidak berpikir ke arah buruk.     

Lelaki itu perlahan mengatur napasnya agar tidak sesak. Ia pun kembali mengusap perut Rachel meski kali ini ia tidak mendapat penolakan. Delon merasa lega dengan hal ini, semoga apa yang ia duga tidak benar-brnara terjadi.     

"Mari berpisah, Kak," ucap Rachel membuat Delon menghentikan tangannya yang mengusap perut buncit itu. Tubuhnya tiba-tiba berdiri, dan suara deritan kursi yang terpaksa mundur membuat keadaan hening itu menjadi tegang.     

Kedua bola mata hitam legam Delon berkaca-kaca. Tak hanya Delon, Rachel pun sudah meneteskan air matanya membasahi pipi putihnya. Ia juga sulit mengatakan hal ini, tapi apa yang ia lihat sungguh menyakitkan hatinya sebagai seorang istri.     

"Apa yang membuatmu mengatakan hal ini, Rachel? Katakan padaku, aku tidak tahu kesalahanku. Kamu membuatku bingung dan hampir mati karena menunggumu dan anak kita ...."     

Rachel hanya bisa diam dengan menahan sesenggukkan tangis air matanya. Semakin Delon mengeluarkan kalimat-kalimat itu, hati Rachel semakin sakit juga.     

Delon sudah meruntuhkan kembali air matanya. Rahang tegas itu kembali basah karena dua kalimat yang keluar dari mulut Rachel.     

"Kamu tidak perlu mengatakan apapun. Aku yang akan mencari tahu semuanya. Dan Aku pastikan akan membawa bukti dari apa yang membuatmu mengatakan hal ini," ujar Delon dengan suara serak. Tubuh kekar itu mencodong ke arah wajah Rachel membuang ke arah kiri.     

Delon menyeka pipi basah istrinya, lalu memberi ciuman hangat di kening Rachel, perlahan turun di pucuk hidung mancungnya hingga sampai di bibir merah pudar istrinya.     

Dengan air mata itu Delon sudah bisa mengartikan apa yang dikatakan istrinya tidak benar-benar dari dalam hati. Ini hanyalah ungkapan rasa kekecewaan dari Rachel untuk dirinya.     

Delon perlahan meletakkan wajah di depan perut Rachel sembari berkata di sana, "Anak-anak papa tunggu papa pulang ya. Papa akan segera berkumpul dengan kalian lagi."     

Dua kecupan di depan perut Rachel lelaki itu deratkan di sana dengan penuh kasih sayang. Lalu, tubuhnya kembali berdiri memutar pandangan ke arah istrinya yang tadi juga sedang menatapnya.     

"Aku mencintaimu, Rachel. Sampai kapan pun."     

Delon membalikkan tubuh dengan kaki yang perlahan melangkah menuju ke arah pintu kamar rawat Rachel. Meski langkahnya begitu berat meninggalkan istrinya, tapi Delon harus bisa membuat Rachel percaya kembali padanya dan bisa menemukan masalah yang membuat Rachel begitu membenci dirinya saat ini.     

'Tunggu aku, Sayang. Aku akan menyeret siapa pun itu di bawah kakimu,' batin Delon yang kembali membalik tubuh untuk melihat wajah istrinya yang masih saja membuah pandangan.     

Delon menghela napas panjangnya, lalu tangan besarnya menekan knop kunci, mengeluarkan tubuhnya dari kamar rawat istrinya.     

Suara pintu tertutup membuat Rachel menggerakkan kepala lurus ke arah pintu yang sudah tidak lagi menampilkan punggung kekar suaminya. Tangis Rachel mendadak pecah seketika. Tubuhnya bergetar karena menahan rasa sedih sedaritadi karena mengatakan kalimat yang seharusnya tidak ia katakan.     

"Maafkan aku, Kak. Semoga kamu tidak membenciku ... semoga apa yang kulihat juga tidak benar-benar nyata. Aku tidak ingin kehilanganmu ..."     

"Anak-anakmu membutuhkan dirimu, Kak. Tidak ada laki-laki yang bisa menggantikanmu, kamu aalah papa yang terbaik untuk mereka," sambung Rachel seraya mengusap perut buncitnya. Air mata itu sudah tidak bisa lagi Rachel tahan untuk turun deras.     

Suara sesenggukan tangis Rachel juga telah menyebar di ruangan besar itu hingga ketukkan pintu membuat Rachel gelagapan untuk menghentikan air matanya.     

Tok ...!     

Tok ...!     

Tok ...!     

Tidak lama bunyi suara pintu terbuka mencuri pandangan Rachel yang memerah karena kebanyakan menangis. Seorang perempuan memakai pakaian putih gading dengan topi perahu terbalik di atas gulungan kecil di atas kepala itu membuat Rachel mengernyitkan kening. Karena ia tidak merasa memanggil seorang suster yang perlahan mengikis jarak di antara mereka berdua.     

"Selamat sore, Nyonya Rachel. Saya di sini bertugas untuk menjaga Nyonya sampai tuan Delon kembali datang. Suami Nyonya Rachel yang menyuruh saya untuk menunggu Nyonya ..."     

"Jika merasakan ada keluhan sakit, saya mohon untuk memberitahu saya dengan cepat, Nyonya Rachel." Lanjutnya dengan tubuh sedikit membungkuk ke arah Rachel.     

Rachel mengangguk, lalu menunjuk ke arah kursi di samping brankarnya. Senyum simpul itu terbit saat mendengar nama suaminyalah yang mendatangkan suster ini datang padanya. Rachel percaya jika Delon tidak akan membiarkan dirinya sendiri.     

"Duduklah, Sus. Aku tidak merasakan apapun. Aku sudah membaik meski tubuhku masih terasa lemah," balas Rachel membuat senyum suster itu mengulas senyum ramahnya.     

"Syukurlah, Nyonya. Tinggal beberapa hari lagi masa penyembuhan pasti Nyonya Rachel sudah biaa rawat jalan ... tapi, tetap beristirahat tanpa melakukan gerakkan yang berat, Nyonya. Karena dinding rahim Nyonya Rachel sangat tipis," tambahnya yang membuat Rachel mengangguk sekali lagi.     

Sedangkan Delon sudah mengendarai mobilnya dengan kecepatan penuh ke arah kantornya. Di sana Regan sudah menunggu dengan beberapa anak buahnya.     

Hanya memerlukan waktu dua puluh menit Delon langsung memarkirkan mobilnya dengan sembarangan, lalu melemparkan kunci mobilnya ke arah sekuritinya.     

Di depan pintu perusahaan Delon, lelaki itu sudah di sambut oleh dua anak buahnya. "Sore, Tuan Delon. Kami telah melakukan apa yang Anda minta," ucapnya yang diangguki Delon dengan langkah panjang menuju ke arah lift khususnya.     

"Dia sudah berada di ruangan, Tuan Delon," tambahnya dan semakin membuat Delon tak sabar ingin segera sampai di ruangannya.     

"Apa pelakunya?" tanya Delon membuat mereka berdu menggeleng kompak. "Lalu, siapa? Kalian jangan main-main denganku!" pekiknya dengan mencengkram kuat pakaian hitam salah satu dari mereka.     

"D–Dia adalah seorang mahasiswa yang tanpa sengaja merekam saat nyonya Rachel berada di kamar mandi. Dan kami sudah mengejar perempuan itu," jawabnya dengan terbata. Dan seketika membuat Delon melepaskan dengan kasar cengkraman baju itu.     

Tidak berapa lam pintu lift terbuka dan para karyawan Delon begitu terkejut saat mendapati Boss mereka menampilkan wajah yang berbeda. Apalagi keadaan kemeja yang sudah tidak lagi rapi.     

BRAK     

Delon menendang pintu kantornya dengan begitu keras hingga membuat seluruh orang yang berada di sana tersentak.     

"Di mana dia?"     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.