HE ISN'T MYBROTHER

Delon Frustasi Karena Penolakan Rachel



Delon Frustasi Karena Penolakan Rachel

0"Lo gila, Nino! Lo mau bawa gue ke mana?!" teriak Monica yang masih tidak tahu mau dibawa ke mana. Monica pikir Nino akan membawanya ke kamar. Tapi, apa yang ia lihat saat ini membuat tubuh perempuan itu tak lagi memberontak.     
0

"Aku hanya ingin membawamu ke sini. Kita perlu udara segar, Sayang. Aku ingin membuatmu tenang," tambah Nino saat tubuh itu sudah merengkuh tubuh ramping Monica dari belakang.     

Monica memejamkan mata merasakan setiap hembusan angin malam menyentuh kulitnya yang terbuka tanpa batasan kain. Nino, selalu saja tahu apa yang membuatnya tenang.     

Perempuan bersuarai hitam lurus sebahu itu tidak menyangka jika Nino kembali membawa dirinya ke lantai paling atas rumahnya. Tempat ini seperti rooftop kampus. Tapi, memang tidak setinggi kampus mereka. Namun, cukup untuk seseorang menenangkan diri.     

"Gue udah cukup tenang. Sekarang gue mau pulang. Lepasin tangan Lo! Gue nggak mau dipeluk sama cowok kayak Lo!" Monica kembali mencoba melepas pelukan tangan Nino, tapi Nino justru membalik tubuhnya, dan langsung membukam bibirnya dengan bibir lelaki itu, mencium kasar.     

Monica masih memberontak. Ia begitu jijik sekarang saat merasakan bibir Nino yang menyentuh bibirnya. Di dalam pikiran Monica, ia menduga jika bibir itu adalah bibir yang sedang berciuman panas dengan Molly.     

"Awwkkhh!" Nino berteriak kencang sembari memegang senjata masa depannya.     

Monica membuang anak rambut yang menghalangi wajahnya saat menatap kilat Nino yang sedang merintih kesakitan karena tendangan lututnya yang begitu keras.     

"Jangan ganggu gue lagi!" Peringatan Monica begitu terdengar jelas di telinga Nino. Ia ingin mencekal tangan itu, tapi rasa sakit dibagian bawah sana terasa begitu menusuk.     

"Aagghhh... sialaan, Molly!" teriak Nino sekuat tenaga.     

Sedangkan di rumah sakit, Jeno dan Martha bingung dengan sikap Rachel yang sekarang menjadi pendiam dan hanya mau menjawab satu—dua kalimat saja. Bahkan, putri mereka tidak mau sama sekali bertemu dengan Delon.     

Martha menyenggol lengan suaminya untuk mau membujuk kembali Rachel untuk mau makan. Karena putri mereka hanya mau membuka mulut dua kali. Dan setelah itu, Rachel sudah tidak mau lagi makan.     

Jeno mengangguk untuk mengiyakan kode istrinya. Ia akan mencoba membujuk putrinya sekali lagi. Semoga saja usahanya kali ini membuahkan hasil.     

"Sayang, apa kamu sudah benar-benar kenyang? Tapi, buburnya belum habis. Kamu tidak boleh kenyang lebih dulu, ingat di dalam sana ada cucu papa lho," bujuk Jeno kembali. Meski ia tidak yakin jika Rachel mau mengiyakan bujukannya.     

Rachel yang mendengar perkataan papanya. Ia pun langsung mengingat jika dirinya masih memiliki kedua anaknya. Tangan lemah yang terpasang selang infus itu perlahan bergerak menyentuh perut buncitnya.     

"Apa kamu ingin suamimu yang berada di sini?" sahut Mama Martha mencoba ingin memasukkan manantunya yang pasti sedang cemas di luar sana.     

Tapi, jawaban gelengan kepala lemah itu mematahkan harapan Martha dan semakin membuat wanita paruh baya itu bertanya-tanya tentang masalah di antara mereka berdua.     

"Baiklah, mama mau makan dulu yaa. Kamu sama papa dulu," tambahnya yang langsung menderatkan ciuman sayang di depan kening Rachel.     

Mama Martha berucap bohong, hanya itu yang kini bisa ia lakukan untuk menemui Delon. Karena sedaritadi, dirinya dan Jeno tidak perbolehkan Rachel untuk keluar. Apalagi Sampai bergantian menjaga dengan Delon.     

Wanita paruh baya itu menarik pintu kamar rawat putrinya. Dan benar apa yang sudah ia duga, menantunya masih berada di sana dengan memegang kepala tertunduk frustasi itu.     

"Delon ...," panggilnya dengan nada rendah. Dan seketika membuat kepala lelaki tampan itu terangkat dan juga tubuh jangkungnya sudah berdiri cepat searah dengan langkah pelan wanita paruh baya itu mendekatinya.     

"Maa, bagaimana kondisi Rachel. Apa dia sudah bangun?" tanya Delon yang sudah tidak sabar mengetahui kondisi terkini istrinya. Karena ia sempat melihat Rachel membuka mata. Dan mungkin saja kali ini sudah tersadar.     

Wanita paruh baya itu menyentuh bahu kekar Delon, lalu menekan lembut untuk kembali menyuruh duduk di mana lelaki tampan itu tadi mendudukkan dirinya.     

Delon hanya bisa menuruti apa yang dilakukan mertuanya. Ia masih ingin tahu bagaimana kondisi kedua anaknya juga di sana. Dan juga tatapan Delon tak bisa berhenti menatap wanita paruh baya itu yang sekarang duduk di sampingnya.     

"Rachel sudah sadar, Lon—"     

"Baik, Ma. Delon akan segera menemui Rachel. Pasti dia merindukan Delon," sahut cepat Delon yang sudah ingin mendirikan tubuh, tapi dengan cepat Mama Martha mencekal tangan itu dan menariknya kembali duduk.     

Dan apa yang dilakukan wanita paruh baya itu membuat Delon bertanya-tanya. Kenapa dirinya dilarang untuk masuk ke dalam kamar rawat istrinya?     

"Mama belum selesai berkata, Lon. Istrimu tidak ingin bertemu denganmu. Sebenarnya ada masalah apa di antara kalian berdua? Kenapa Rachel tidak mau kamu menemuinya?" tanya wanita paruh baya itu dengan menelisik. Ia sungguh ingin tahu tentang masalah yang sepertinya begitu rumit di rumah tangga putrinya.     

Delon tersentak mendengar penjelasan mama Martha. Sepertinya apa yang ia dengar tadi dan dilihatnya kesadaran Rachel memang benar adanya. Bahkan, saat tubuh istrinya dalam pengaruh obat tidur saja dia begitu menolak kehadiran dirinya.     

Lelaki tampan itu mentup wajah frustasinya dengan kedua buku tangannya. Tubuh tertunduk itu membuat mama Martha merasa bersalah telah menanyakan masalah ini. Tapi, ia tidak mempunyai pilihan lain untuk tidak ikut campur. Karena ia takut jika ada seseorang yang sengaja menginginkan perpisahan mereka berdua di luaran sana.     

"Katakanlah, Lon. Mama akan membantumu sedikit, jika bisa. Rachel sangat susah makan, mungkin itu juga karena tidak adanya dirimu di sana. Mungkin, Rachel mencoba tidak memperdulikan kerinduannya padamu," tambahnya lagi dan kali ini Delon mulai membuka kedua buku tangannya.     

Lelaki tampan itu menoleh ke arah wanita paruh baya itu dengan ekspresi sangat sedih. Ia tidak menyangka Rachel akan menghindari dirinya seperti ini.     

"Rachel curiga dengan kedekatan Delon dan Jenny yang hanya sebatas rekan kerja, Ma. Delon juga tidak tahu kenapa Rachel sampai semarah itu pada Delon. Delon pikir hanya akan merajuk kecil saja ... tapi, ternyata sampai seperti ini ...." Lelaki tampan itu masih bercerita tentang kedekatannya dengan Jenny. Dan awal mulai istrinya begitu kesal mendengar dirinya masih bekerja sama dengan Jenny kembali.     

Wanita paruh baya itu masih mendengarkan dengan teliti apa yang sedang diceritakan Delon. Ia menghela napas dalam mendengar masalah itu kembali bermuara ke arah Jenny lagi. Apa ini semua ulah keponakannya itu?     

Tapi, sejauh ini dirinya mengawasi Jenny sesuai dengan permintaan Tio, tapi tidak ada sikap Jenny yang begitu mencurigakan. Bahkan perusahaan Tio melaju pesat di tangan perempuan muda itu.     

"Delon harus bagaimana, Ma ... Delon sangat merindukan Rachel ...."     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.