HE ISN'T MYBROTHER

Apa Kau Pikir Aku Peduli?



Apa Kau Pikir Aku Peduli?

0Delon seakan seperti mimpi mendengar apa yang dikatakan istrinya. Suara lirih itu terdengar mengusirnya. Tapi, kedua mata Rachel kembali tertutup setelah sedikit terbuka tadi.     
0

"Apa yang kamu katakan, Sayang? Aku tidak akan pergi ... aku hanya ingin di sini bersama kalian. Kumohon, apapun yang kamu pikirkan sekarang. Itu tidak benar, percayalah padaku," ucap Delon dengan tubuh bergetar membawa jemari lentik Rachel di depan bibir lelaki tampan itu yang tak berhenti untuk loloskan tangisnya.     

Setelah sudah satu jam di dalam kamar rawat Rachel dan tidak mendapati perempuan itu tersadar dari tidur ha. Kini tubuh tanpa tenaga itu berjalan keluar untuk bergantian dengan kedua mertuanya yang pasti juga begitu mencemaskan Rachel.     

Ceklek     

Bunyi kamar rawat terbuka itu membuat seluruh orang yang berada di sana menoleh ke asal suara dengan begitu antusias. Tapi, wajah Delon nampak terlihat frustasi saat kedua bola mata itu mengarah tepat pada sosok kedua orang tua yang sudah merawatnya sejak dulu.     

"Pa ... Maa. Apa kalian ingin masuk? Rachel belum sadar. Mungkin sebentar lagi Rachel akan sadar dari tidurnya," ucap Delon membuat Jeno dan Martha saling bergandengan dengan langkah yang perlahan sampai di dekat sang menantu.     

Tatapan mereka menilisik ke dalam bola mata hitam legam milik lelaki muda di depan mereka. Kenapa di sana begitu tersirat rasa kesedihan yang belum bisa Delon selesaikan? Padahal Rachel dan kedua calon anaknya sudah selamat. Tapi, kenapa Delon masih nampak sedih?     

"Kamu kenapa, Lon? Apa kondisi Rachel kembali memburuk?" tanya Jeno yang ikut merasakan apa yang sedang dirasakan Delon saat ini.     

Entah kenapa hatinya juga ikut sakit melihat keputus asaan Delon saat ini. Sebenarnya apa yang membuat menantunya seperti ini?     

Delon mengangkat pandangan yang sedaritadi tidak bisa lurus ke arah Jeno dan Martha karena bayang-bayamg suara lirih Rachel selalu saja membuatnya begitu sedih.     

"Tidak apa-apa, Pa. Delon hanya sedikit pusing saja," balas Delon dengan mengulas setengah senyumnya.     

Martha mengusap lengan kekar suaminya untuk segera mengajak suaminya masuk ke dalam kamar rawat. Ia sungguh tidak sabar ingin melihat kondisi putrinya seperti apa.     

"Pa, ayo, mama ingin melihat Rachel dan cucu-cucu kita," ajak Martha yang langsung menarik tangan lelaki paruh baya itu untuk mengikutinya.     

Tubuh Jeno pun mau tidak mau terbawa oleh tarikkan istrinya yang sudah memasukkan seluruh tubuh itu ke dalam kamar rawat Rachel. Sedangkan Jeno masih bisa melihat raut wajah sedih Delon saat mereka berdua masuk ke dalam sana.     

Delon memutuskan untuk berjalan ke arah bangku pengunjung. Di mana di sana ada Regan yang sedang terduduk dengan mengerjakan beberapa dokumen kantor yang dikirimkan anak buahnya lewat email.     

Lelaki tampan itu mulai mendudukkan tubuh dengan menyingsing kedua lengan kemejanya semakin ke atas. Dan hal tersebut mengundang perhatian Regan yang langsung menutup ponselnya, memasukkan ke dalam kantong. Kini wajah berbalut kaca mata bening itu menatap ke arah Bossnya dengan kening yang berkerut.     

"Lo kenapa, Lon?"     

"Ohya, apa Lo mau dengar hasil pemantauan anak buah kita tentang kasus Rachel?" tambah Regan yang menatap penuh arti ke arah Delon.     

Beruntung di sini hanya ada Regan saja. Sedangkan Sellyn sudah pulang bersama dengan Monica yang dijemput Nino tadi. Sehingga ia bisa bicara bebas dengan bossnya saat ini.     

"Katakan," perintah Delon yang membuat Regan mengangguk mengiyakan.     

Regan kembali merogoh sakunya untuk mengambil benda pipih itu. Ia sudah mendapatkan laporan dari anak buahnya tadi untuk kasus Rachel, meski belum benar-benar bisa terlihat siapa yang berani menyelamati Rachel. Tapi, setidaknya langkah anak buah Delon sudah lebih cepat dari anak buah Jeno.     

"Lihat ini ...." Regan menunjukkan sebuah rekaman CCTV dari sisi lain. Dan CCTV tersembunyi itu tidak dicurigai oleh pelakunya.     

Delon mengikuti suara asisten pribadinya yang sedang menunjukkan siluet hitam ke arah seseoranb yang berjalan ke arah kamar mandi. Dan sosok seseoang itu adalah Rachel. Karena ia melihat bentuk rambut dan perut besar yang membuat istrinya nampak berbeda dengan para mahasiswa lainnya.     

Tidak berap lama ada sosok perempuan lagi yang masuk ke dalam kamar mandi seraya menoleh ke kanan lalu ke kiri untuk memeriksa keadaan. Dan keadaan kampus memang sedang sepi, hal tersebut membuat perempuan itu kembali mengayukan langkah kembali ke arah di mana Rachel pergi.     

Dan hampir tiga puluh menit yang terlihat keluar hanya sosok siluet asing itu. Anehnya Rachel sama sekali tidak keluar. Dan tidak berapa lama ada sosok lelaki bertubuh jangkung dengan langkah pangjangnya masuk ke dalam kamar mandi.     

Dan itu adalah dirinya, Delon! Keluar dengan menggendong Rachel keluar dari kamar mandi tersebut.     

Delon membulatkan mata saat video itu sudah diakhiri Regan. Dan kini tatapan tajam itu mengarah lurus ke depan seraya mengeraskan rahang kekarnya.     

"Benar dugaanku. Rachel tidak jatuh karena terpleset di lantai.kamar mandi itu ... ada seseorang yang sengaja membuat keadaan Rachel separah itu. Brengsek! Beraninya dia melawanku!" geram Delon dengan penuh amarah.     

Ia sudah mengatakan tidak ada. Jika, tidak ada seorang pun yang bisa menyentuh istri dan kedua anaknya. Dan kali ini, ia tidak akan segan-segan membunuh siapa pun itu telah membuat istrinya membencinya seperti ini.     

"Cari dia sampai ketemu. Berikan video itu kepada Nino, dia pasti bisa membuat wajah itu nampak jelas," tambah Delon yang diangguki Regan paham. Tapi, tatapan itu nampak ragu dengan perintah kali ini dari Delon.     

"Kita terlalu cepat. Jika, kita sudah bisa melihat siapa perempuan itu. Kita juga tidak menjadikan bukti itu sebagai bukti utama. Pasti mereka berpikiran jika Rachel terjatuh dari sana," ujar Regan mencoba memberi pengertian pada Delon yang sepertinya sudah tidak sabar untuk menghabisi perempuan itu.     

Delon kembali menoleh ke arah Regan dengan tatapan masih tajam seakan perintah itu tidak ada lagi ada bantahan. Ia ingin menghancurkan, sehancur-hancurnya siapa pun itu.     

"Aku tidak akan membawanya ke pihak keamanan. Aku akan menghabisi dengan tanganku sendiri. Sekarang lakukan apa yang kuminta, aku tidak ingin mendapatkan kabar gagal. Aku ingin dia ada di hadapanku. Apa kau paham?" jelas Delon membuat Regan meneguk ludahnya dengan kasar.     

Regan tidak bisa membayangkan jika Delon sendirilah yang kini bertindak. Karena sejak dulu, Bossnya selalu menyuruh anak buahnya untuk menghabisi siapa pun yang mengganggu dirinya dan perusahaan.     

Tapi, kali Delon akan membasahi tangan itu dengan lumuran darah segar. Dan melihat tatapan dingin itu mematikan lawan dalam seketika. Regan bergidik jika mengingat kejadian satu malam dulu. Mungkin, pengalaman yang paling menyeramkan dirinya ketika mengikuti Delon.     

"Apa kau benar ingin memainkan tanganmu sendiri? Jangan lakukan itu mungkin dia hanya disuruh oleh seseorang." Regan kembali menyadarkan Delon untuk tidak melakukan kepada orang yang salah.     

"Apa menurutmu aku peduli?"     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.