HE ISN'T MYBROTHER

Rachel Mengalami Pendarahan



Rachel Mengalami Pendarahan

0"Lo punya mata atau nggak sih? Gila banget buku gue sampai jatuh semua. Emang Lo nggak punya otak!" umpatnya dengan memberondong seraya mengambil beberapa bukunya jatuh berselengkrahan di atas lantai.     
0

"Lo harus tanggu—"     

"Pak Delon? Eh ... anu itu, Pak ..." sambungnya dengan merasa bersalah saat umpatan itu sudah dilontarkan dari mulutnya ketika kepalanya mendongak mendapati mantan dosennyalah yang membantu membereskan beberapa bukunya yang terjatuh.     

"Kau tidak apa-apa?" tanya Delon yang seakan tidak pernah mendengar apapun dari mulut mantan mahasiswanya itu.     

Sedangkan mahasiswa itu memperlihatkan senyum canggunya untuk menjawab pertanyaan Delon. "Haduh, maaf Pak Delon. Saya benar-bemar tidak tahu kalau Bapak yang menabrak saya. Saya pikir mahasiswa yang lain ..."     

"Kenapa Bapak kembali Ke kampus ini lagi dengan berlari juga. Apa ada sesuatu barang Bapak yang hilang di kampus?" sambungnya membuat Delon kembali mengernyitkan kening. Ingatannya kembali pada sang istri yang belum ditemukan.     

"Pak, ada apa? Bapak kebingungan nyari ruang dosen?" tangannya kembali membuat Delon menatap ke arah mantan mahasiswanya.     

Delon menatap dengan tatapan gusar. Ia sudah ydak tahu lagi ke mana keberadaan Rachel sejak tadi tidak ada satu pun yang menghubungi dirinya. Berati memang benar belum ada yang bisa menemukan Rachel.     

"Apa kau bertemu Rachel tadi?" tanya Delon yang berharap mantan mahasiswanya itu mengatakan iya. Karena Delon akan benar-benar mengerahkan anak buahnya untuk mengelilingi area kampus ini tanpa celah sedikit pun.     

"Rachel ..."     

"Hemm... tadi, ketemu. Iya, sebelum saya ke perpustakaan." Lanjutnya mengingat kembali, dan seketika matanya terbuka lebar saat ingatan itu kembali.     

Delon sudah menghela napas lega mendengar apa yang dikatakan mantan mahasiswa tersebut. Ia meraih kedua bahu pemuda itu mencekam dengan erat minta kalimat itu untuk dilanjutkan.     

"Katakan ... katakan Diaman kau bertemu dengan Rachel," ucap Delon dengan begitu antuasias. Hatinya begitu lega saat nama istrinya sudah bisa Delon temukan.     

"Di kamar mandi di ujung kelas XIB, Pak. Katanya dia sedang capek mau membasuh muka, katanya begitu," balasnya yang membuat Delon langsung berlari kencang tanpa mengatakan apapun. Pikirannya sudah bisa bekerja dengan normal dengan kondisi istrinya yang sedang mengandung besar.     

Delon menyeka air mata yang sudah membasahi rahangnya dengan kasar di sepanjang kakinya mengayun pesat. Meeting yang seharusnya dilakukan saat ini harus Delon batalkan untuk mencari keberadaan Rachel.     

Tidak berapa lama kaki yang yang mengayun kencang saat berlari itu mulai memperlambat kekuatannya karena tubuhnya kini sudah berada di depan kamar mandi perempuan yang persisi ditunjukkan oleh mantan mahasiswa tadi.     

Delon mengambil napas dalam untuk membuat tubuhnya rileks tanpa berpikiran buruk terhadap kondisi sang istri.     

"Rachel ... kamu di dalam, Sayang? Jawab aku jika iyaa!" teriak Delom yang sudah menunggu beberapa menit, tapi tidak ada jawaban dan terasa begitu hening. Jadi, Delon memutuskan untuk masuk ke dalam kamarandi tersebut karena ia pikir sudah tidak ada lagi mahasiswi di sana.     

Baru beberapa langkah Delon masuk, suara rintihan begitu lirih memmbuatnya menyebar ke seluruh sudut kamar mandi. Tapi, saat pandangannya mengikuti arah lirihan itu, Delon begitu terkejut dengan cairan merah yang menyentuh ujung sepatu hitam pantofelnya.     

Lelaki itu mengikuti arah asal darah segar itu mengalir. Dan seketika mata hitam legam Delon terbebelalak saat melihat Rachel sedang setengah saadar dengan memegang perut besarnya.     

"Ka–ak ...." Suara Rachel terbata dafi mulutnya dan hampir saja tidak terdengar di telinga orang lain. Namun, bisa terdengar di telinga Delon yang langsung mendekati tubuh lemah tak beradaya itu di atas lantai kamar mandi.     

"Sayang, kenapa kamu bisa begini? Kamu harus segera ke rumah sakit. Aku sudah bilang jangan jauh-jauh dariku," ujar Delon yang sudah perlahan membawa istrinya dalam gendongannya.     

Apa yang ia rasakan tadi sekarang terbukti benar. Delon sudah berfirasat buruk tentang kondisi istrinya yang membuat dadanya begitu sesak dan tiba-tiba sakit.     

Tapi, saat melihat wajah Rachel yang masih tersadar di dalam digendongannya, Delon sedikit lega. Ia tidak mau terjadi apapun kepada Rachel dan juga termasuk kedua anaknya. Lelaki itu lebih mengkhawatirkan kondisi Rachel yang sudah memucat. Delon sungguh menyesal dengan kelalaian yang membuat Rachel bisa seperti ini.     

"Ka–mu ja–hat, K–ak! Ka–mu meng–khia–nati–ku," ucap Rachel sekali dengan terbata. Dan setah itu Rachel sudah benar-benar tidak sadarkan diri.     

Delon mendengar semua yang dikatakan Rachel padanya. Ia berteriak dengan sekuat tenaga untuk menyadarkan Rachel kembali dengan Isak tangis yang tak bisa tertahan lagi oleh Delon.     

"Racheeel, kumoho bangun Sayaaang! Aku tidak pernah mengkhianatimu. Kumohon bangunlah, RACHEEEL!"     

Regan menoleh dengan cepat saat mendengar suara Delon yang berteriak keras. Tubuh itu langsung berlari saat melihat tubuh Rachel sudah berada di gendongan Bossnya.     

"Boss ... cepat bawa ke mobil pak Renar. Gue bawa mobil Lo sama yang lain," kata Regan yang diangguki Delon yang sudah berlari cepat ke arah mobil Jeno yang sudah terparkir di sana sejak tadi.     

"Bukaa mobilnya!" teriak Delon yang membuat Renar dengan bergegas menuruti perintah Delon tanpa banyak bertanya lagi.     

Delon masuk ke dalam mobil Renar dengan tubuh bergetar merasakan ketakutan yang luar biasa mendapati Rachel sudah tidak lagi bergerak di dalam pelukannya.     

"Cepat, tambah kecepatannya! Rachel harus segera Sampai di rumah sakit!" perintah Delon yang langsung diangguki Renar juga dengan ketakutan melihat majikannya yang sudah tidak sadarkan diri seperti itu.     

"Baik, Tuan Muda!" balasnya dengan nada bergetar.     

Renar menambah kecepatan mobil mewah itu sesuai dengan permintaan Delon. Diikuti mobil hitam Delon yang mengikuti dari belakang. Sellyn dan Monica tidak henti-hentinya membaca doa untuk keselamatan Rachel dan kedua bayi itu.     

"Abang, lebih cepat lagi. Nanti kita kehilangan jejak mobil pak Delon," ucap Sellyn yang sedaritadi tidak bisa menghentikan kepalanya untuk memantau mobil hitam Jeno yang melesat begitu kencang.     

"Jangan terlalu cemas. Ingat kamu juga memiliki bayi kita. Kamu tidak boleh terlalu stress memikirkan Rachel," ucap Regan seraya mengusap lembut perut rata Sellyn yang diangguki lemah perempuan itu.     

"Kenapa bisa Rachel jatuh di sana. Bukannya kamar mandi kampus nggak pernah licin?" Suara Monica membuat Sellyn menoleh ke belakang. Lalu, menggeleng kepala menanggapi pertanyaan sahabatnya itu.     

"Gue juga nggak tahu. Aneh banget, bener-bener aneh. Lo tahu sendiri Rachel nggak pernah seceroboh itu kan?" balas Sellyn yang masih membiarkan tangan suaminya mengelus perutnya.     

Mungkin Regan juga takut jika seandainya posisi Sellyn berada di posisi Rachel. Ia juga akan begitu marah dengan keadaan seperti yang dilakukan Delon.     

"Gue bakal telpon Nino buat nyari tahu ada apa di sana."     

Monica akan memberi pelajaran jika firasatnya benar ada orang dibalalik kecelakaan Rachel.     

'Orang itu harus merasakan sakit yang sama seperti Rachel!'     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.