HE ISN'T MYBROTHER

Di mana Rachel Sebenarnya



Di mana Rachel Sebenarnya

0"Lo pikir begitu? Lalu ini apa ... apa Lo pikir juga profesional? Rachel ... Rachel Lo emang kasihan. Perut Lo udah buncit, tapi liat suami Lo kayak apa di luar sana!" Rere menjunjukkan sebuah foto yang ia ambil tadi saat berada di di sebuah restaurant.     
0

"Foto apa? Lo nggak usah jadi masalah di hubungan gue dan suami gue! Atau hidup nggak akan bisa tenang, Re!" balas Rachel yang menyingkirkan kasar tangan Rere yang mencoba menunjukkan sesuatu itu pada layar ponselnya.     

Rachel tidak mau melihat sesuatu yang seharusnya tidak ia lihat. Ia tidak akan mau menambah luka yang telah jelas berhasil Rere goreskan pada hatinya. Apalagi, jika ditambah foto itu. Rachel pasti tidak akan bisa mengendalikan dirinya lagi.     

"Lo sekali ngomong lagi. Gue nggak akan segan buat ngancurin mulut Lo, Re!" tambah yang sudah meremas kuat rahang perempuan yang ada di depannya.     

Tapi, anehnya Rere bahkan tidak merasakan rasa sakit sama sekali. Perempuan itu malah melebarkan garis bibirnya seraya menatap memicing ke arah Rachel.     

"Lo nggak bisa ngindarin suami Lo yang udah nggak suka sama Lo! Lihat! Hahaha." Rere tertawa terbahak saat melihat ekspresi kecewa Rachel melihat foto yang berada di ponselnya. Yang akhirnya bisa dilihat Rachel sendiri.     

"Gimana, Chel? Apa Lo masih mau bungkam mulut gue?"     

Rachel mulai mengendurkan cengkraman tangannya pada rahang Rere. Lalu tangan itu terjatuh begitu dengan tatapan masih menatap tajam ke arah Rere.     

"Lo bohong. Itu bukan suami guee! Gue nggak lupa semua kejahatan Lo ke gue. Dan itu juga salah satunya, nggak mungkin suami gue ...." Rachel menyangkali apa yang ia lihat. Tidak mungkin Delon sudah begitu dekat dengan Jenny seperti itu apalagi ia melihat wajah suaminya tanpa beban terlihat tertawa dengan menatap Jenny.     

Rere mengusap rahangnya yang memang terasa sakit karena cengkraman kuat dari jemari Rachel. Tapi, rasa sakitnya begitu sebanding dengan apa yang ia lihat saat ini. Rachel kecewa dan frustasi melihat suami yang selalu menjadi kebanggan perempuan itu, tertawa senang dengan perempuan lain.     

Ohh... sungguh hari apa ini? Kenapa begitu menyenangkan untuknya, batin Rere.     

"Lo jangan sedih kayak gitu, Chel. Wajar aja lelaki banyak Simpanan bukan? Perempuan itu juga sangat cantik, nggak kayak Lo. Mungkin aja pak Delon bosen sama Lo ... atau dia cuma anak yang Lo kandung itu?" Rere semakin berkuasa merajai otak Rachel sekarang. Tubuh yang semula memang letih, kini semakin tak kuasa menahan beratnya tubuh.     

Kaki itu terasa begitu lemas tak bertenaga. Hanya kedua tangan yang mencengkram pinggiran westafellah yang membuat Rachel mampu menatap keberadaan mata Rere yang masih ingin membuat dirinya terpuruk.     

"Gue masih ada tiga foto lagi ... tenang ini hanya ekslusif gue tunjukkan ke Lo. Orang lain nggak tahu. Gue cuma mau jadi temen lo yang care ..."     

"Lihat ini, Chel ... senior kita sampai ngelapin bibir suami Lo, dan apa tanggapan suami Lo? Dia malah natap perempuan itu. Rumah tangga Lo baik-baik aja kan? Oma God! Its hot!"     

Rere kembali menunjukkan foto ya g selanjutnya saat Jenny menyeka sesuatu yang ada di permukaan bibir Delon. Bahkan, tatapan mereka beradu menjadi satu. Dan terakhir, Rere menunjukkan suaminya yang sedang menggendong Jenny masuk ke dalam mobil dengan keadaan Jenny yang tersadar serta tangan itu melingkar di leher Delon.     

Cukup sudah! Cukup! Kekonyolan apalagi ini. Sungguh membuat Rachel jengah.     

"Bagaimana, Chel? Gue nggak sengaja lihat mereka berdua makan bareng. Gue cuma ingetin ular berkepala dua memang berbahaya. Lo cukup tahu gue nyerang Lo dari depan. Karena gue nggak nyerang dari belakang. Apalagi, itu saudara gue sendiri," ucap Rere dengan nada mengejeknya melihat peluh yang sudah membasahi wajah Rachel saat ini.     

Inilah yang dinamakan pembalasan yang begitu menyenangkan. Setelah Rachel menghancurkan segala usahanya untuk mendapatkan beasiswa, kini ia tidak akan membiarkan perempuan di depannya itu hidup tenang dengan kebahagian sempurna.     

Jika, Rere tidak bisa hidup bahagai. Maka, Rachel pun harus merasakan hal yang sama. Ia tidak peduli dengan kandungan itu. Rere berharap kandungan itu keguguran karena Rachel tak akan bisa berhenti memikirkan apa yang telah dia tunjukkan kepada musuhnya itu.     

'Lo emang jahat, Re! Apa salah gue sama Lo, kenapa Lo buat hati gue sehancur ini?' batin Rachel sudah tidak bisa lagi menahan air matanya meluru deras di pipinya. Bahkan ia merasakan sakit di perutnya karena hatinya yang begitu sakit melihat perlakuan Delon di belakangnya.     

Rere hanya menyeringai senyum melihat tubuh Rachel yang sudah tidak bisa lagi berdiri. Kini tubuh itu sudah terduduk di atas lantai seraya meremas kuat ujung dress mini yang dipakainya.     

"Lo harus tahu harga yang harus Lo bayar, Chel," kata Rere sebelum dia melenggang bebas tanpa merasa berdosa telah membuat Rachel begitu terpuruk. Apalagi di saat dirinya sedang hamil besar, hatinya bak dihantam baru besar hingga meluluh lantakka.     

Perempuan cantik itu menggeleng tak percaya melihat foto itu. Padahal Rachel sudah berulang kali untuk memperingatkan Delon untuk selalu berjaga dengan Jenny. Tapi, kenapa kejadian ini terulang lagi.     

"Kak Delon kenapa dia begitu jahat sama gue! Gue lagi hamil, kenapa dia semudah itu jalan dengan Jenny?! Apa yang mereka lakukan sebenarnya selama ini di belakang gue. Aaaaghhhh ...!" teriak Rachel yang sudah tidak bisa lagi menahan amarahnya yang begitu menyesakkan dalam hatinya.     

Dan tiba-tiba rasa sakit di perutnya semakin bertambah seiring dengan tangis yang begitu menggebu dalam sudut matanya. Rachel terbelalak saat menyadari ada cairan hangat yang mengaliri kakinya. Perempuan itu menggelengkan kepala untuk menyadarkan kembali kedua manik mata yang nampak samar.     

"Apa yang terjadi dengan kedua anakku ... kenapa rasanya sangat sakitt! Aaawkkhh... to–tolong! Kumohon siapa pun tolong anakku," jerit tertahan Rachel yang sudah tidak bisa lagi menyadarkan matanya.     

Sedangkan di sini lain Delon begitu cas dengan keadaan Rachel. Entah kenapa perasaannya tidak tenang sejak Rachel keluar dari kelas itu dan ia tidak bisa lagi menemukan keberadaan istrinya di manaa. Suasana kampus sudah begitu sepi hanya beberapa mahasiswa yang keluar masuk.     

Tidak hanya Delon. Sellyn, Regan, dan Monica juga ikut menyebar ke seluruh area kampus untuk mencari keberadaan Rachel. Mereka meyakini Rachel belum pulang. Karena Renar masih berada di luar untuk menunggu kedatangan sang Nona yang tak kunjung muncul.     

"Racheel, kamu di manaa?" teriak Delon yang tak kunjung lelah memanggil nama istrinya di setiap sudut kampus.     

Delon tanpa sadar bersenggolan dengan seorang mahasiswa yang sedang membawa buku dari arah perpustakaan. Mungkin mahasiswa itu ingin mengembalikan buku yang dia pinjam, tapi perpustakaan sudah tutup.     

"Ad-uhh! Siapa sih ganggu banget!" keluhnya saat mengambil beberapa buku yang terjatuh di atas lantai.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.