HE ISN'T MYBROTHER

Perkiraan Regan Salah



Perkiraan Regan Salah

0Mata coklat Rachel terbuka tajam seakan ingin ingin membuat lelaki yang berada di sampingnya menarik kembali ucapannya. Bernainya dia mengatakan hal seperti itu kepada seorang Rachel.     
0

"Nona sangat galak. Aku tidak berniat mempunyai istri yang galak apalagi Tuan Besar yang seperti—"     

"Seperti apa?!" sahut Jeno yang sedang mencari sebuah berkas, tiba-tiba lelaki paruh baya itu langsung menghempaskan di berkas-berkas itu di atas meja kerja hingga membuat Rachel dan Renar begitu terkejut.     

Renar meneguk ludah dengan kasar saat Jeno sudah beranjak dari meja kerjanya. Ia pikir Jeno akan tetap berada di sana untuk mengancam dirinya dengan tatapan mematikan itu. Tapi, ternyata tubuh tua yang masih terlihat kekar itu mengayun dan tiba-tiba tubuhnya terangkat ke atas.     

"Tuan Besar saya hanya ... bercanda dengan Nona Muda. Mana mungkin perempuan sesempurna Nona Rachel saya tidak tertarik. Hahaha. Itu sangat konyol, Tuan Besar," ucap Renar yang terbata dengan diselingi tawa getir saat cengkraman Jeno begitu kuat di kemeja atasnya.     

Rachel ikut berdiri saat Renar sudah berada di tangan papanya. Perempuan cantik itu mencoba berjalan menjauh, ia takut kedua anaknya melihat adegan berbahaya itu.     

"Bohong, Paa! Rachel tadi ditolak, padahal Rachel sudah bilang kalau Pak Renar tampan. Tapi, katanya Rachel galak!" teriak Rachel yang berada di antara kursi tamu meja kerja Jeno.     

Renar membulatkan matanya mendengar suara Rachel. Ia benar-benar akan mati melihat tatapan memburu seorang Jeno. Renar merutuki mulut dari seorang Rachel. Memang benar apa yang dikatakan semua orang, buah itu tidak akan jatuh dari pohonnya. Rachel adalah dublicate dari seorang Martha.     

Sudah berapa kali Martha membuatnya dalam bahaya berhadapan dengan Jeno. Begitupula dengan Rachel yang baru bertemu setelah sekian lama mereka berpisah. Tapi, mulutnya masih saja tetap saja.     

BUGH ...!     

Renar terhempas di sofa panjang kantor dengan tubuh yang terpantul keras di atas sana. Sedangkan Jeno sudah merangkul bahu kecil Rachel untuk mengantarkan ke kampus.     

Rachel tertawa terbahak saat mendapati Renar meringis kesakitan memegangi perutnya.     

Hahaha     

"Tahu rasaakan! Makanya jangan bilang aku bukan selera Pak Renar."     

Renar masih memegang perutnya yang merasa sedikit ngilu karena tinjuan Jeno yang memang tidak keras. Tapi, mampu membuatnya terpental di atas sofa. Beruntung tubuhnya tidak terjatuh di atas meja kaca. Sepertinya nyawa Renar masih diperlukan Jeno, pikirnya.     

"Tuan Besar memang terlalu sungkan untuk memberiku sarapa pagi hari," gumam Renar yang dengan cepat langsung berlari menyusul kedua majikannya yang sudah berjalan terlebih dulu.     

Jeno begitu bahagia bisa kembali memeluk putri kesayangannya seperti dulu. Meski keadaan sudah berbeda. Tapi, Jeno tidak pernah menyesali. Delon sudah terlalu banyak membatunya. Ia tidak aka. Pernah menjadi seorang kulit yang lupa kulitnya seperti apa yang dikatakan Dinu padanya dulu.     

"Papa, kenapa melamun?" tanya Rachel saat mereka sudah berada di dalam lift dengan Renar yang sudah berhasil mengekori mereka berdua.     

Rachel melihat tatapan bola mata hitam itu terlihat berkaca-kaca dan pelukan tangan tua itu semakin erat di bahu kecil Rachel.     

Jeno menoleh ke arah pusat suara putrinya, lalu menggeleng lembut. "Hanya terbaru. Papa tidak menyangka kamu berdiri di sini, setelah berkali-kali kamu menghindari papa," balasnya yang membuat Rachel memeluk tubuh tua itu dengan sayang.     

"Seperti apa yang dikatakan kak Delon. Semua orang berhak kesempatan kedua, tapi tidak ketiga, Pa. Rachel harap papa benar-benar telah melupakan masalah kemarin. Dan memulai kembali bersama dengan Rachel dan kak Delon ..." ujar Rachel dengan nada sendunya.     

Benar apa yang dikatakan Rachel. Seseorang pasti akan mempunyai kesempatan kedua. Tapi, tidak untuk ketiga. Sesungguhnya kemampuan sabar seseorang berbeda-beda. Rachel dan Delon telah memberinya kesempatan itu. Ia tidak akan pernah menyia-nyiakannya.     

Jeno menderatkan ciuman kasih sayangnya pada sang putri di pucuk kepala Rachel.     

"Papa janji akan berjalan dengan kalian."     

Sedangkan di kantor Delon, lelaki tampan itu telah selesai melakukan meeting yang bersama dengan para kepala Devisinya untuk membahas produk penjulan perusahaan yang semakin hari semakin membaik. Delon yakin akan segera mengubah status cabang itu menjadi sebuah perusahaan besarnya.     

"Boss, Anda harus menghadiri meeting kembali untuk perusahaan pusat dua jam lagi." Regan membaca note yang selalu setia menemani dirinya ke mana pun lelaki itu berjalan.     

Delon mengangguk seraya membuka lebar pintu kantor dengan begitu mempesona dengan kekuatan lelaki tampan itu.     

Kaki itu berjalan ke arah kursi kebsesaran yang mungkin sudah rindu untuk duduki sang Tuan. Karena Delon selalu saja pergi melakukan perjalanan bisnis untuk memeriksa perusahaan utama. Terkadang Rachel juga harus tidur berdua bersama dengan bibi Olla. Karena istrinya tidak mau tidur di rumah utama keluarga Mauren.     

"Katakan aktivitas apa yang sedang dilakukan istriku?" tanya Delon yang membuat Regan npak ragu untuk.mengatakannya.     

"Tidak ada," jawab Regan yang lebih baik berbohong daripada melihat Delon yang akan murka dengan berbagai kemungkinan yang akan meninggalkan meeting lagi untuk menangani kekesalan hatinya.     

Delon percaya dengan jawaban mengangguk. Jantung Regan seketika aman dan bisa kembali berdetak dengan lancar. Jemarinya juga sudah berbalas pesan kepada istri menggemaskannya yang juga sedang hamil muda. Selama ini, ia tidak pernah mengalami apa yang dialami Delon saat permulaan Rachel hamil.     

Regan hanya menuruti apa yang sedang ingin Sellyn makan dan beberapa kali perempuan itu juga menolak untuk dirinya tidur bersama dengan Sellyn. Ia pikir itu masih tergolong wajar seperti apa yang dikatakan mami Sarah.     

Saat Regan sedang asik membalas pesan dengan Sellyn yang juga sedang mengirimi foto bersama dengan Rachel di dalam kelas. Tiba-tiba suara gebrakan meja keras membuat ponsel yang semula baik-baik saja digenggaman tangannya. Tiba-tiba saja terbang dan terjatuh di lantai.     

BRAK ...!     

"BERANINYA DIA!" pekik Delon saat metanya memburu ke arah layar ponselnya.     

"Ada apa, Boss?" tanya Regan yang segera mendirikan tubuhnya setelah mengambil ponselnya yang beruntung masih tabah dengannya.     

Kini tubuh Regan sudah berada di depaneja kantor Delon. Kening Regan berkerut saat pertanyaannya tidak segera dijawab oleh Delon. Bossnya justru masih menempelkan pandangan pada benda pipih itu. Serta jarinya yang naik turun dengan trampil.     

"Boss ada apa? Apa ada klien yang bermasalah? Biar aku yang memeriksa sekarang. Proyek di sebelah mana? Daerah mana ... Aku akan segera meluncur dengan para anak buah. Mereka pasti ingin berulah untuk meminta fitur yang tidak-tidak," sungut Regan yang sudah berpengalaman menghadapi klien yang seperti itu.     

Pasti kali ini permintaan klien itu semakin tak masuk akal di luar perjanjian yang membuat Delon begitu murka.     

"Tenang, Boss. Aku akan membuat mereka menarik kembali permin—""     

"Cepat ke kampus istriku! Sialaan lelaki itu!"     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.