HE ISN'T MYBROTHER

Maaf Nona Muda Anda Bukan Tipe Saya



Maaf Nona Muda Anda Bukan Tipe Saya

0Rachel menggeleng tak percaya dengan ulah mamanya yang begitu ganas seakan melebihi keganasan yang sering Rachel lihat di rumah. Saat matanya melihat CCTV yang ditunjukkan papanya.     
0

"Sudah. Jangan, dilanjut lagi. Yang terpenting papa tidak menyalahi kontrak, dia yang lebih dulu melakukan hal gila. Sudah tahu papamu ini cinta mati dengan mamamu. Masih saja nekad," seloroh Jeno yang kembali menyerahkan laptop pada Renar.     

Rachel mengangguk dengan senyum cantik yang menghiasi wajahnya. Lalu, melirik ke arah asisten pribadi papanya yang sedang menatap ke arah Jeno.     

"Kamu tidak ingin menyambutku, Pak Renar? Sekarang kau sombong ya? Sudah berapa lama kau bekerja dengan papa?" tanya Rachel saat arah pandangannya sudah berubah ke arah lelaki berumur empat puluh tahun itu.     

Renar terkejut saat Nona Mudanya menyinggung dirinya. Ia benar-benar lupa untuk menyambut perempuan cantik yang sering membuatnya pusing sedari dulu.     

"Nona Rachel apa kabar?" Rachel membulatkan matanya saat mendengar suara Renar. Apalagi ditambah Jeno yang terbahak mendengar suara sang asisten pribadinya.     

"Kau ini pernah berpacaran atau tidak?" Rachel kembali menodong asisten pribadi papanya itu untuk mengungkapkan kejujuran. Jika, apa yang dipikirkan Rachel benar. Ia harus membuat asisten pribadi Jeno itu untuk memilih salah satu dari karyawan di sini.     

Karyawan perusahaan papanya juga tidak mengecewakan. Mereka berpenampilan begitu modis dengan wajah berpoles riasan tebal dan tipis. Tinggal Renar yang memilih, dua suka yang bagaimana.     

Lina sebenarnya juga cantik, tapi sayang ekor pelakornya sudah begitu nampak. Mungkin karena kecantikan yang perempuan itu milikki membuat perempuan itu percaya diri untuk menggoda papanya.     

Jika, Renar mau sebenarnya ia bisa saja mendekati Lina. Tapi, kenapa insting memburu sebagai seorang lelaki dalam diri Renar begitu lemah setelah Rachel amati.     

"Tentu—"     

"Tentu belum, Sayang. Renar mana berani pacaran. Katanya perempuan menakutkan," sahut Jeno yang membuat wajah Renar bersemu merah.     

Dalam hati Renar ia benar-benar merutuki milut Tuan Besarnya tersebut. Ingin sekali mulut itu Renar tutup dengan perekat lap ban agar tidak membuat harga diri yang selama ini ia jaga hancur lembur di hadapan Nona Mudanya bermulut lemes itu.     

"Anu ... itu, Nona ...." Renar terbata. Ia bingung untuk mengiyakan atau menolak apa yang telah Jeno katakan tadi. Jika, Renar seorang boss menggantikan Jeno sehari. Ia pastikan akan membuat lelaki tua itu berada di bawah kakinya dengan mencantumkan kedua buku tangannya menangis tersedu memohon ampun padanya.     

"Nah, kan! Aku sudah bilang dari dulu! Minta carikana papa saja ... karyawan papa cantik-cantik kok. Aku takut kau tidak bisa meneruskan hartamu nantinya," balas Rachel yang membuat Jeno semakin tertawa terbahak di sela jemarinya yang bergerak di atas keyboard.     

"Tidak menikah, berati hartaku harus kusumbangkan, Nona Muda. Pahalaku akan bertambah," jawab ketus Renar kesal. Lelaki paruh baya itu mengerutkan keningnya mendengar perkataan tajam putri Tuan besarnya tersebut.     

"Duduk sini, Pak Renar. Aku akan membuatmu terkenal dalam sedetik," kata perempuan antik itu yang menepuk-nepuk sofa disampingnya meminta asisten pribadi papanya itu menurut dan tidak membantah.     

Rachel akan menunjukkan kepada dunia visual dari sang aisten pribadi papanya yang menurut Rachel juga termasuk visual tampan yang akan membuat seluruh perempuan menjerit saat melihat lelaki itu.     

Renar nampak ragu untuk menuruti permintaan Rachel. Pandangannya berputar pada Tuan Besarnya yang sedang mengarahkan pandangan ke arah layar komputer.     

"Tidak apa-apa. Lakukan saja apa yang diminta putriku. Sekerang perintahku sama dengan perintah putriku," ujar Jeno yang seakan tahu jika asisten pribadinya sedang meminta persetujuan dirinya.     

"Baik, Tuan Jeno." Renar membungkukkan tubuhnya ke arah Jeno sebelum menyusul duduk di samping Rachel.     

Rachel sudah mengulas senyum sumringah menyambut kedatangan Renar. Dengan cekatan perempuan cantik itu membagi tempat bersama dengan lelaki tua yang nampak begitu hot. Pantas jika dijadikan sebagai sugar daddy.     

"Saya duduk di sini, Nona ..." kata Renar yang meminta izin terlebih dulu dan diangguki Rachel dengan antusias.     

"Kandungan Nona bagaimana? Apa baik-baik saja? Sudah bisa menendang gaya apa, Nona?" tanyanya yang membuat Rachel tiba-tiba berpikir keras. Apa yang dimaksud tendangan gaya apa? Ia bahkan tidak merasakan apapun, hanya perutnya yang semakin membesar dan kadang berdenyut.     

Rachel memutar pandangan ke arah lelaki paruh baya yang sedang memutar balikkan berkas putih yang sesekali membuat dia memijat pangkal hidung mancungnya.     

"Papa, tendangan apa yang dimaksud Pak Renar?"     

Jeno yang mendengar perkataan putrinya langsung melepas berkas yang sedang lelaki paruh baya itu tinjau. Lalu, mengarahkan pandangan tajam ke arah Renar yang sedang menepuk-nepuk keningnya.     

"Tidak perlu kamu pikirkan, Sayang. Dia mana tahu tentang ibu hamil. Pacar saja tidak punya," jawab Jeno yang kembali menambah peringatan pada Rena dengan memicingkan mata tajam ke arah Renar.     

Renar menghela napas panjang. Ia merutuki pertanyaannya yang membuat Jeno lembali menyerangnya dengan kalimat yang menusuk hatinya. Seharusnya ia tahu tubuh Nonanya saja yang bertambah dewasa, tapi otaknya sama saja seperti beberapa tahun lalu.     

"Lupakan, Nona. Lalu, apa yang akan Nona lakukan pada saya ... karena saya sedang banyak pekerjaan dari Tuan Jeno ...."     

"Kau bebas pekerjaan, Renar selama bersama dengan Rachel!" sahut Jeno yang benar-benar membuat Renar ingin melempari beberapa granat ke arah Jeno.     

Rachel kembali melebarkan senyumnya hingga sampai ke telinga. Lalu, megambil benda pipihnya. Perempuan itu sudah memantau keadaan wajah dan lainnya milik Renar. Dan menurut Rachel tidak ada yang perlu dirubah lagi.     

Kenyataannya Renar memang tampan. Bagaimanapun bentuk pakaian yang dipakainya.     

"Nona Muda, apa yang kamu lakukan?" tanya Renar yang begitu terkejut dengan perbuhan duduk Nona Mudanya itu yang begitu dekat dengan dirinya saat ini.     

"Ini tidak apa-apa. Ini namanya foto bersama, Pak Renar akan menjadi lelaki pertama yang kuunggah di media sosialku. Aku punya banyak followers lho ..."     

"Pak Renar tidak percaya? Ayo cepat tersenyum!" Lanjut Rachel yang diangguki patuh oleh lelaki empat puluh tahun itu. Beberapa foto terlihat begitu sempurna di manik mata coklat Rachel.     

Dan semua foto mesra itu diunggah dengan begitu cepat di sana.     

"Apa kita sudah selsai, Nona Muda? Kepalaku pusing. Aku tidak pernah berfoto seperti itu," keluh Renar yang memang merasakan berdenyut di kepalanya.     

"Sudah, sudah. Pak Renar memang tampan. Kalau aku belum menikah mungkin Pak Renar yang akan berhadapan dengan Papa," ujar Rachel di sela jemari yang sedang bermain di atas layar ponselnya. Kepala perempuan cantik itu juga masih tertunduk mengamati berbagai foto tampan Pak Renar.     

Renar membalas dengan senyum getirnya. Ia tidak akan mampu untuk melawan Jeno dengan beberapa kekuasaan yang berada di tangan. Apalagi, jika mengahadapi mulut Rachel yang kejam itu.     

"Maaf, Nona Muda ... Anda bukan tipe saya."     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.